/0/15466/coverorgin.jpg?v=61f388f015d702f5b62256a150c5e2a8&imageMogr2/format/webp)
Seorang gadis dewasa, sedang sibuk mengerjakan bertumpuk-tumpuk dokumen di meja kerjanya. Mata itu tak lepas dari kertas laporan yang sedang ditulisnya.
Gadis itu tampaknya seorang bangsawan. Itu terlihat dari gaun dan perhiasan mewah yang ia kenakan. Dengan rok yang mengembang terlalu berlebihan di bagian bawah. Gadis itu mengenakan gaun mewah berwarna ungu abad ke 19. Kalung dan anting permata berwarna biru safir yang sangat mewah, jelas gadis itu adalah seorang bangsawan yang posisinya di
masyarakat sangat tinggi dan kaya raya.
Penampilan gadis ini agak aneh ....
Ia tinggi dan kurus seperti pohon cemara
tanpa daun. Ia terlihat seperti seorang vampire. Warna kulitnya sewarna dengan zaitun dan pucat pasi. Dan berdasarkan kulit pucatnya, jelas terlihat bahwa gadis ini tidak pernah terkena sinar matahari secara langsung. Seolah-olah gadis ini selalu saja bermain petak umpet dengan matahari selama seluruh hidupnya yang mungkin menjemukan. Dan jelas, petak umpet ini di menangkan oleh sang gadis.
Jari-jari tangannya yang melentik terlihat menari-nari di antara kertas-kertas, pena bulu yang dipegangnya agak terlalu membengkok menyesuaikan cengkraman tangan sang gadis. Dan kuku-kukunya memang sudah jelas sekali di rawat dengan telaten. Dimanikur dengan sempurna, serta di cat dengan kuteks berwarna merah terang.
Rambut dan mata gadis ini aneh, seperti bukan manusia normal saja. Rambutnya berwarna merah darah, seolah-olah rambutnya seperti ketumpahan berton-ton darah. Darah itu melumuri dan mewarnai rambutnya yang memanjang hingga sampai ke paha. Warna matanya seperti emas yang dilelehkan, dengan pupil mata hitamnya yang menyempit seperti kucing jika terkena sinar secara langsung.
Gadis itu sedang asyik dengan pekerjaannya, berkali-kali ia menggoreskan pena di atas kertas, merapikan dokumen-dokumen yang baru saja ia selesai tanda tangani, dan meletakkannya ke atas beberapa tumpukan kerta-kertas tebal. Gadis itu tampak sangat tidak peduli akan keadaan di sekitarnya. Meski suara langkah kaki yang terdengar agak tergesa-gesa terdengar mengentak dan keras sekali di luar pintu ruangan. Suara itu makin lama makin mendekat hingga berhenti tepat di depan pintu kayu ek hitam itu.
Meski lagaknya acuh dan tak acuh. Sang gadis tampaknya menantikan suara langkah kaki itu datang dari tadi. Gadis itu tersenyum miring, mata emasnya yang bercahaya langsung menyempit saat sinar matahari pagi yang merembes di luar jendela mengenai matanya. Hal itu membuat si gadis terlihat seperti kucing dalam bentuk manusia.
Gadis itu melirik sekilas ke arah pintu ek kantornya. Meski tadi ekspresi wajahnya agak dingin dan kelihatan kaku, wajah sang gadis tampaknya mencair. Senyum di bibirnya bukan senyum manis yang biasa di tampilkan oleh seorang gadis bangsawan seusianya, itu adalah senyum miring dan sinis yang di luar dugaan ternyata cocok untuk wajah cantiknya yang seperti vampir.
Dari luar pintu, terdengar ketukan pelan
sebanyak 3 kali ....
“Your Majesty?” panggil seorang pria dari
luar pintu.
Suara pria itu bernada lembut dan terasa hangat. Rasanya seperti kue yang baru di panggang dan di olesi dengan madu segar. Dan suara itu jelas sekali suara seorang pria muda. Malah terdengar
belia seperti seorang pria yang baru beranjak dewasa. Dan yang terpenting, suara manis dan lembut itu rasa-rasanya terdengar khawatir serta ragu-ragu.
Yang dipanggil hanya melirik ke arah pintu. Gadis yang sedang bekerja itu kemudian meletakkan pena bulunya di botol tinta, dan menutup kertas-kertas yang tadi ia kerjakan. Sang gadis bersandar sambil bersedekap.
Wajahnya dingin dan tanpa ekspresi. Gadis yang di panggil Yvonne itu kemudian berdeham, kedengarannya seperti seseorang yang batuk secara tidak sengaja. Yang berada di luar pintu, tampaknya mengerti akan dehaman sang gadis.
Hal ini bisa di lihat dari ketukannya yang berhenti.
Tidak lama kemudian, pria yang ada di balik pintu langsung mengetuk pintu lagi satu kali. Kali ini ketukannya mantap tapi tidak keras. Dan suaranya yang awalnya tadi ragu dan pelan, kini lebih lembut.
“Saya masuk, Your Majesty!” ucap sang pria saat kenop pintu terlihat berputar dan mengeluarkan bunyi.
Pintu berkerit, cahaya merembes masuk melalui pintu yang dibuka secelah demi secelah oleh seorang pria muda yang terlihat berumur kira-kira 20 tahun lebih.
Sang pria berwajah muda dan belia. Rahangnya keras dan persegi kotak ala orang inggris. Dengan bibir yang tipis serta sempit, dan dagunya menyempit tetapi lumayan tegas.
Hidungnya besar dan mancung, terlihat bengkok di sekitar bagian batang hidung dan di sekitar lubang hidung. Mata sang pria berwarna coklat muda yang hangat, warnanya seperti tanah tua berumur ratusan tahun. Dengan bentuk mata yang cukup besar dan berkelopak ganda dan cukup tebal. Bulu matanya tidak lebat, hanya tumbuh pendek dan jarang-jarang.
Alis sang pria tebal dan kaku. Keningnya seperti trapesium yang terbalik. Dengan batas rambut yang tebal dan lebat. Serta tidak ada bulu halus di wajahnya sama sekali. Sang pria mengenakan seragam seorang pelayan. Rambutnya yang berwarna coklat tua, seperti warna pasir tanah yang basah dan subur, tidak disisir dengan benar.
Kesannya seperti pria ini baru bangun tidur dan hampir terlambat bekerja, ia langsung buru-buru bersiap-siap tanpa sarapan dan tanpa sempat menyisir rambutnya. Sedangkan matanya tampak kuyu serta berkantong. Seperti mata panda saja.
Wajah sang pria tampak kusut dan terlihat lelah sekali. Berkali-kali ia menguap pertanda mengantuk yang teramat sangat. Sedangkan jas, keliman kerah kemejanya, dan ujung lengan jasnya terlihat digulung serampangan dan tidak dirapikan sama sekali sebelum ke sini.
“Oh, kau Edmund” jawab Yvonne pendek tanpa melirik sedikit pun ke arah sang pelayan yang bernama Edmund itu.
Mata Yvonne langsung kembali ke kertas yang tengah ia kerjakan. Yvonne lalu kembali mengambil pena bulu yang diletakkan di dalam botol tinta hitam. Tangannya mulai kembali membuka kertas-kertas yang tadi ia tutup, Yvonne mulai kembali menulis. Setelah beberapa detik kemudian, Yvonne sepertinya sudah selesai menulis, kemudian menyingkirkan
kertas itu ke arah lain. Sekarang mata Yvonne mengarah ke kertas selanjutnya.
Ia pun mulai memegang kertas satunya lagi dan ia terlihat membanding kedua kertas tersebut.
Edmund yang terbiasa dengan tidak-pedulian Yvonne pada orang-orang yang ada di sekitarnya, hanya menghela nafas lelah. Edmund lalu berjalan ke arah meja kerja Yvonne. Setelah berdiri di sana, tangan Edmund langsung meletakkan serta menyerahkan setumpuk dokumen yang dari tadi dikepitnya di lengan.
Yvonne yang dari tadi tidak melirik sedikit pun
kea rah Edmund, pelayan yang selama hampir 300 tahun ini melayaninya, seketika itu langsung
menghentikan tangannya yang sibuk bekerja. Yvonne berhenti dan mematung kaku.
Mata emasnya menatap kertas dan tumpukan itu dengan tatapan mata rakus, sekaligus menggebu-gebu dan bersemangat. Dan selama Edmund melayani Yvonne, tampak baru kali ini
Edmund melihat sang Your Majesty yang ia layani tertarik dengan setumpuk dokumen yang
dibawakan olehnya. Tanpa basa-basi lagi, Yvonne langsung meletakkan kertas-kertas yang ada di kedua tangannya dan ia mengambil dokumen yang dibawa oleh Edmund. Jemari lentik Yvonne dengan cepat membuka-buka lembaran-lembaran kertas itu. Mata emasnya bergerak-gerak dengan cermat membaca seluruh isi dan berbaris-baris kalimat yang ada di dokumen itu.
Yvonne menoleh ke arah Edmund dengan wajah yang mengerut dan terlihat penuh dengan selidik serta rasa senang. “Jadi .…. kristal itu sudah
ditemukan?” tanya Yvonne pada Edmund setelah dia menutup bagian lembaran terakhir.
Edmund terlihat ragu-ragu. Ia hanya mengangguk dan gerak-geriknya terlihat gelisah. Matanya sesekali melirik ke bawah dan kemudian menatap Yvonne. Sebelum akhirnya Edmund kembali mengarahkan matanya ke bawah.
“Sudah Your Majesty” jawab Edmund pendek dengan nada suara yang sedikit kaku dan formal. Seolah-olah Yvonne adalah tuan dan majikan tiran yang akan memotong leher Edmund jika pria itu berbuat salah satu kali saja.
“Tapi Your Majesty .... kenapa selama 200 tahun
terakhir ini Your Majesty mencari Kristal itu? sebegitu pentingnyakah Kristal itu Your Majesty? Sampai seluruh dunia atas membicarakan Kristal itu?” tanya Edmund harap-harap cemas.
Edmund tahu bagaimana perangai sang Your Majesty yang dilayaninya. Selama 300 tahun terakhir ini, Edmund sudah banyak melihat kemarahan sang Your Majesty pada sesuatu yang menurutnya sangat kecil dan remeh.
Edmund sudah menebak bagaimana sang Your
Majesty akan bereaksi .....
/0/12885/coverorgin.jpg?v=20250123144755&imageMogr2/format/webp)
/0/7051/coverorgin.jpg?v=d02e71081ea076a51ceddd6975816ea2&imageMogr2/format/webp)
/0/6274/coverorgin.jpg?v=1de8a4b6928db8112c31ecc8396444fb&imageMogr2/format/webp)
/0/20687/coverorgin.jpg?v=cd1175ed73971d72d14a9d65cc1c01ff&imageMogr2/format/webp)
/0/29581/coverorgin.jpg?v=cef77ef63ec72ae6bb83987cf0e7c459&imageMogr2/format/webp)
/0/4255/coverorgin.jpg?v=d6865889fd38bc0b03be21f4feff243b&imageMogr2/format/webp)
/0/10592/coverorgin.jpg?v=0893ac17885e413ccdd7cacd9d5cddaf&imageMogr2/format/webp)
/0/17221/coverorgin.jpg?v=b9ad6680c7d9af69bd74c67906ede212&imageMogr2/format/webp)
/0/14716/coverorgin.jpg?v=cba4b48322f0a2eef4d918fbf55885ae&imageMogr2/format/webp)
/0/12790/coverorgin.jpg?v=88b5588692e190dcd05549a1b03750fe&imageMogr2/format/webp)
/0/4508/coverorgin.jpg?v=3f1d61d85694c58aa544c0c81f79d567&imageMogr2/format/webp)
/0/7966/coverorgin.jpg?v=3b03f6cba1a16a2dffd7c69b5b9bf4a6&imageMogr2/format/webp)
/0/3017/coverorgin.jpg?v=8138d9ac22c664cafb2df6a655de06b5&imageMogr2/format/webp)
/0/4260/coverorgin.jpg?v=576fc7faa6fb29ab90702c7a1f661be3&imageMogr2/format/webp)
/0/21232/coverorgin.jpg?v=6140b1f88a61e38796028c11b852018c&imageMogr2/format/webp)
/0/2978/coverorgin.jpg?v=c19a7ba9c7837074dbd7c16855abe86e&imageMogr2/format/webp)
/0/2170/coverorgin.jpg?v=2158f4c7583e99d746e1ea0ca0f0009e&imageMogr2/format/webp)
/0/2302/coverorgin.jpg?v=20250120170007&imageMogr2/format/webp)
/0/5866/coverorgin.jpg?v=20250121171854&imageMogr2/format/webp)