Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Aku tahu jika hidupku tak selalu baik. Tapi apa pantas juga orang tuaku memperlakukanku seburuk ini? Apa salahku Tuhan. Takdir seperti apa yang kini dihadapkan di depanku ini?.
__
Lily menatap lurus beberapa pria yang kini sedang duduk di hadapannya. Ia tak tahu kenapa pria-pria ini tiba di rumahnya. "Ke mana kamu sembunyikan orang tuamu?" Tanya salah seorang pria bertubuh tegap itu pada Lily.
"Saya nggak tahu orang tua saya di mana. Kalian lihat kan? kalau saya sendiri baru pulang dari kerja. Bahkan pakaian kerja saya saja belum sempat saya ganti." Jawab Lily sedikit takut.
"Ck! Sudahlah bos. kita bawa saja gadis ini. Setidaknya kalau kita bawa dia, bisa jadi orang tuanya akan muncul setelah itu." Mendengar kalimat dari pria yang lainnya membuat Lily tiba-tiba panik. Dibawa? ia kan dibawa ke mana?
Keempat pria itu berdiri serentak. Kepanikan Lily semakin menjadi saat tangannya tiba-tiba di tarik oleh dua orang.
"Eh! Apa-apaan ini? Saya mau dibawa kemana? Kalian nggak punya hak perlakukan saya seperti ini. Lepaskan!!" Lily mencoba untuk memberontak namun tenaganya tak cukup kuat untuk melawan empat orang pria yang saat ini kompak menahan tubuhnya.
"Diam!!! Bentak salah satunya. Bentakan yang cukup kuat itu membuat Lily menciut. Liliy Bahkan tak berani untuk memberontak lagi dan hanya menerima dengan pasrah ke mana ia akan dibawa. Pasalnya sekuat apapun ia mencoba untuk memberontak, Ia tetap tak akan bisa menang.
Saat ia diseret untuk masuk ke dalam sebuah mobil, tenaganya kembali muncul. Ia mencoba untuk menolak untuk masuk ke dalam mobil Jeep berwarna hitam itu.
"Lepasin!!" Teriaknya. Namun lagi-lagi tenaganya tak cukup kuat untuk melawan. Bahkan tetangga Lily yang melihat itu juga tak berani melakukan apapun. Namun Lily benar-benar terus memberontak sampai akhirnya ia tak sadarkan diri saat ia merasakan sesuatu menyumpal mulutnya.
___
Lily mengerjabkan matanya. Ia merasakan sakit yang teramat sakit di kepalanya. Namun sebisa mungkin ia mencoba untuk membuka matanya sampai ia dikejutkan dengan suasana di sekelilingnya yang begitu asing.
Lily spontan terduduk. Namun detik berikutnya ia meringis karena kepalanya yang terasa semakin sakit.
"Akhirnya kau bangun juga!"
Lily langsung melirik ke arah kirinya saat suara bass menyapa pendengarannya. Awalnya pandangan Lily tak fokus sama sekali, namun ia mencoba untuk menyipitkan matanya sampai ia bisa melihat sosok lelaki tampan yang kini tengah duduk di single sofa.
"Siapa kau?" tanya Lily serak.
Bukannya menjawab, pria itu justru berdiri dan melangkah mendekati Lily. Semakin dekat, Lily semakin bisa melihat wajah yang menurutnya begitu sempurna itu.
"Sepertinya tak sia-sia aku menyetujui perjanjian yang orang tuamu buat denganku." Gumamnya namun masih bisa didengar oleh Lily.
"Perjanjian? perjanjian apa? Mana orang tuaku ?kenapa aku diseret ke sini dan siapa kau?" Tanya Lily yang mencoba untuk tenang walaupun fakta sebenarnya ia benar-benar Tengah panik.
"Silakan tanya pada orang tuamu. Karena mereka yang membuat perjanjian itu."
"Tapi perjanjian apa? Aku bahkan tak tahu di mana mereka saat ini. Aku tiba-tiba diseret ke sini tanpa alasan yang jelas.
"Bukan tanpa alasan kau dibawa ke sini. Orang tuamu berhutang padaku Dan mereka wajib membayarnya."
"Hutang? Jangan mengarang cerita."
"Hahaha. Untuk apa aku mengarang cerita? Itu hanya membuang waktuku saja." Ucapnya dingin. Lily seketika menatap tajam pria yang kini berdiri di depannya.
"Berapa hutang orang tuaku? Aku bisa membayarnya! Kenapa harus menculikku!! Sebut...."
Ucapan Lily tiba-tiba terhenti saat pria tampan di depannya itu tertawa terbahak-bahak. "Membayarnya? kau serius ingin membayarnya? Bahkan jika kau mengabdikan dirimu sebagai pelachur ku saja selama bertahun-tahun hutang itu tidak akan pernah selesai."
Jantungnya bergemuruh. Ketakutannya benar-benar semakin menjadi. Jika seperti itu jawaban yang dikeluarkan oleh pria di depannya ini, itu artinya hutang yang orang tuanya buat tidaklah sedikit.
"Jadi bagaimana nona? Kau yakin ingin melunasi hutang orang tuamu?" Pria itu tersenyum sinis pada Lily bahkan membuat Lily kesulitan menelan ludahnya sendiri.
Lily pun menatap lekat pria tersebut. Memperhatikan pahatan wajah yang sempurna yang mampu menghipnotisnya beberapa detik saat mereka tadi saling tatap.
"Berapa hutang orang tuaku?" Tanya Lily dengan pasrahnya.