Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Gadis berambut pirang itu melirik kearah jam ditangannya dengan gelisah, karena hari ini adalah hari pertamanya sekolah di Jakarta dan tidak boleh telat. Jika telat bisa-bisa nama baiknya sudah terkenal jelek apalagi dihari pertama seperti sekarang.
"Duhh gimana ini, 10menit lagii gerbang ditutup. macet banget lagii duhh" batin gadis tersebut dengan ekspresi gelisah berada didalam taxi
"Pak?kira-kira macetnya lama gak ya?" tanya gadis tersebut pada sopir taxi yang ia tumpangi.
"Kayaknya sih. Buru-buru ya de? jalan kaki aja lumayan deket kok. Itu di depan ada pertigaan belok kiri lalu lurus terus. Nanti sekolahan nya ada di sebelah kanan ya" beritahu sang sopir taxi kepada gadis tersebut
"Ohh yaudah deh pak saya jalan aja" jawab gadis tersebut dan membayar taxi nya.
Gadis tersebut segera membuka pintu taxi dan lari menuju sekolahnya karena takut terlambat dihari pertamanya.
"Huftttt, untung gak telat" gadis tersebut sambil menghela nafasnya lega, Matanya melirik jam yang melekat dipergelangan tangannya saat sudah tiba didepan gerbang sekolah barunya. Langsung saja ia berjalan memasuki sekolahnya dan menuju ruang kepala sekolah untuk bertanya akan ditempatkan dikelas mana dan sekaligus meminta seragam.
Semua murid disini menatap gadis itu asing. karena gadis itu menggunakan seragam yang berbeda.
Gadis itu bernama Vania Deltasya, siswi baru disini pindahan dari Bandung. Vania adalah orang yang pintar, cantik, baik dan lugu. Vania ialah gadis blasteran Amerika-Indonesia ia harus pindah ke Jakarta dikarenakan ayahnya harus pindah dinas di Jakarta.
Vania bingung mencari dimana keberadaan ruang kepala sekolah disini , karena sekolahannya sangat luas. Langsung saja ia bertanya kepada salah satu murid disini.
"Permisi kak mau tanya, ruang kepala sekolah dimana ya?" tanyanya ramah kepada salah satu murid perempuan disini yang kebetulan lalu lalang.
"Ohiyaa, lo lurus aja terus nanti ketemu UKS di depan terus lo ke kanan. Di situ ruangannya" jawab murid perempuan tersebut.
Vania mengangguk, "Makasih ya kak" jawabnya ramah.
"Gue kira lo gabisa bahasa indonesia." celetuk murid perempuan itu kepada Vania
Vania hanya mengulum senyumnya dengan kikuk. Langsung saja dirinya menuju keruang kepala sekolah, Setibanya didepan ruang kepala sekolah lalu ia ketuk pintu tersebut.
Tok tok tok..
"MASUK" jawab seseorang dari dalam
Vania membuka knop pintu tesebut dan melihat sepertinya kepala sekolahnya sedang berbicara dengan seorang cowok. Vania tidak bisa melihat wajah cowok itu karena membelakanginya. Jika dilihat dari belakang penampilan cowok itu sangat berantakan, Dirinya sudah bisa menyimpulkan bahwa cowok yang sedang berbicara dengan kepala sekolah saat ini ialah bukan cowok baik-baik atau bisa dibilang nakal.
"Tunggu ya, kamu duduk dulu di sebelah sana. Saya masih ada urusan dengan anak satu ini." ujar sang kepala sekolah memberitahu Vania.
"Iya bu" jawab Vania dengan ramah.
Kemudian Vania duduk sesuai yang diperintahkan kepala sekolahnya itu.
"Kamu sudah berapa kali ributttt terus kerjaannya. Ini masih pagi loh. Sudah capek ibu menegur kamu. sekarang kamu ke lapangan dan hormat kepada bendera sampai jam pelajaran habis" perintah kepala sekolah kepada cowok tersebut dan Vania mendengarnya berarti benar tentang penilaiannya tadi bahwa cowok tersebut memang bukan cowok baik-baik.
"Tapi bu--"
"Ehh sudah sana kamuu kelapangan! ibu masih ada urusan dengan anak baru itu" Cela kepala sekolah sambil menunjuk kearah Vania dan cowok tersebut pun menengok kearah gadis yang disebut anak baru itu.
Vania tersenyum ramah kepada cowok tersebut.
Kemudian cowok itu bangun dari posisinya dan berjalan keluar meninggalkan ruang kepala sekolah dengan ekspresi datar tanpa membalas senyuman dari Vania barusan.
Rambut acak-acakan. Baju dikeluarkan. Tidak memakai dasi sekolah. Tidak ada nametag ataupun badge sekolah diseragamnya serta terdapat sedikit lebam diujung bibirnya. Cowok itu sangat terlihat buruk.
"Duduk disini" perintah kepala sekolah sambil menunjuk bangku yang barusan ditempati oleh cowok tadi.
*VANIA POV*
Kemudian aku duduk sesuai yang diperintahkan kepala sekolah ku. kalau tidak salah namanya Bu Endah Ningtyas kata papah semalam memberitahu ku.
"Kamu Vania Deltasya bukan?" tanya Bu Endah
"Iya bu, Saya Vania Deltasya siswi pindahan dari Bandung" jawab ku dengan ramah
"Ohiya, kamu saya tempatkan dikelas 11 IPA 2 ya dan ini seragam kamu" ujar Bu Endah sambil meletakkan beberapa pasang seragam baru khas sekolahan ini diatas meja.
"Nanti kamu langsung keruang guru saja dan mencari Bu Rita. Nanti Bu Rita yang akan mengantarkan kamu keruang kelas 11 IPA2, Dia adalah wali kelas kamu" beritahu Bu Endah lagi.
Aku mengangguk patuh dan mengambil seragam yang dikasih Bu Endah tadi dan segera ke ruang guru untuk mencari Bu Rita.
*AUTHOR POV*
Setelah mencari Bu Rita , Vania langsung keruang kelas 11 IPA 2 bersama Bu Rita. Saat berjalan menuju ruang kelas banyak sekali murid-murid yang berbisik mengenai dirinya saat ini dan ia bisa mendengar itu sangat jelas karena murid-murid itu membicarakannya dengan sangat terang-terangan, Tetapi Vania tidak terlalu memperdulikannya walaupun sedikit agak risih.
"Anak-anak kita kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan dirimu" ujar Bu Rita menyuruh Vania memperkenalkan diri saat sudah tiba diruang kelas 11 IPA 2.
Langsung saja Vania memperkenalkan dirinya dengan singkat dan jelas lalu banyak murid-murid dikelasnya ini malah meledek, yaitu anak laki-laki yang meminta nomor ponsel Vania atau bahkan menggoda Vania dengan kata-kata gombalnya ada juga murid perempuan yang meresponnya dengan baik ada juga yang buruk. Bu Rita segera memberi instruksi agar semuanya harap tenang dan tidak ribut.
"Oke, kamu duduk disana bersama Ana ya" perintah Bu Rita sambil menunjuk kearah siswi yang duduk sendirian dibangku sebelahnya masih kosong.
Vania mengangguk dan langsung berjalan menuju bangku yang ditunjuk bu Rita tadi.
Vania tersenyum ramah kepada siswi disebelahnya. Gadis berkulit putih bersih dengan rambut ikalnya sebahu itu membalas senyum dari Vania barusan.
"Kenalin gue Anaranti. Panggil Ana aja" ujar siswi tersebut mengenalkan namanya sambil mengulurkan tangannya kearah Vania saat Vania sudah duduk.
"Ohiya nama gue Vania Deltasya, panggil aja Vania" ujar Vania memperkenalkan dirinya dan menerima uluran tangan itu.
"Iya gue tau. Tadi lo kan udah perkenalan didepan" jawab Ana
Diangguki oleh Vania dan mereka berdua langsung fokus dengan apa yang sedang dijelaskan oleh Bu Rita didepan.
~~~
TETTTT... Bel berbunyi menandakan sudah waktunya pulang jam pelajaran habis.
"Jangan lupa PR nya dikerjakan ya anak-anak" beritahu guru tersebut untuk mengingatkan.