Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Sang CEO (After Married)

Istri Sang CEO (After Married)

sasalayyy1402

5.0
Komentar
2.2K
Penayangan
44
Bab

Bagaimana perasaanmu saat akan melamar kerja justru lamaran pernikahan yang kamu dapatkan? Sudah seperti itu kamu hanya dijadikan pengantin pengganti saja, tidak lebih! Tidak ada cinta dalam pernikahan itu. Bagaimana tanggapan perasaanmu? Menolak? Mungkin saja, tapi tidak dengan Sella. Wanita yang dinikahi Rishan karena janjinya kepada sang ibu pasca bangun dari koma. Dari situlah kehidupan keduanya dimulai. Tentang rasa yang selalu membolakbalikan keadaan hati juga ego yang menjadi penentangan keduanya. "Salah panggil lima kecupan," kata pria di depannya dengan santai. "What?!" pekik wanita itu tidak terima. "Mau ngapain?" sentak wanita itu menutup kedua matanya menggunakan telapak tangan. "Saya gerah, kamu harus terbiasa tidur bersama saya yang bertelanjang dada." Pasrah saja wanita ini dengan aturan yang tidak ada untungnya bagi dirinya.

Bab 1 ISC-00

"Segera ke ruangan saya sekarang juga!"

'Pip'

Belum sempat menyapa sang bos wanita itu sudah mendapat semburan darinya. Wanita itu memberengut menatap horor ruangan di depannya yang tertutup rapat.

"Nggak nyangka gue bakal terus berhubungan sama orang kayak dia," gerutu wanita itu yang sedang beberes. Membuat beberapa pasang mata menatapnya dengan pandangan geli dan juga ... gemas?

Yang orang kantor ketahui kalau wanita itu salah satu karyawan yang berani beradu argumen dengan atasan mereka disaat karyawan yang lainnya terdiam dan menunduk hormat.

"Siapin hati sebelum berperang, Sell," pesan wanita yang duduk di sebelah kubikelnya dengan kekehan tak tertahan diikuti oleh beberapa karyawan lainnya.

Sella menatap mereka satu per satu dengan pandangan penuh permohonan. "Ada yang mau gantiin posisi gue, nggak?" tanyanya dengan pandangan sayu, namun sudut bibirnya tersenyum sinis.

Beberapa orang tergelak dengan perkataan wanita itu, padahal Sella berkata begitu karena sebenarnya kali ini dia sangat ingin bebas dari atasan mereka yang terkenal bossy.

'Tok ... tok ....'

"Masuk!" sahut suara lantang dari dalam sana.

Seketika itu juga Sella merinding hanya sekedar mendengarnya saja. Sangat berbanding terbalik dengan kepribadian sang atasan.

Membuka pintu lalu tak lupa pula menutupnya kembali Sella memilih duduk di sofa yang tersedia di ruangan itu.

Tanpa bertanya mengenai kedatangannya saat ini Sella justru asik menidurkan tubuhnya bersandar di sofa kecil.

Pria itu menatap sang wanita dengan dengusan malas. "Kalau mau tidur ke kamar saja," ujar pria itu tanpa menatap Sella.

Tanpa menunggu dua kali perintah sang atasan Sella memilih melangkahkan kakinya menuju kamar yang tersedia di dalam ruangan ini.

Mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah karena semalam dia kurang tidur demi mengurus kerjaan yang belum tuntas. Itulah sebabnya sang atasan memintanya datang ke ruangannya untuk beristirahat. Tapi ... Sella mana tahu, sih?

Betapa pengertian sekali atasannya ini, 'kan?

Apakah Sella merasa beruntung memiliki atasan sepertinya? Jawabannya ada di Sella sendiri.

Pria itu yang bernama Rishan memasuki kamar yang ditempati oleh Sella. Memilih bergabung dalam satu ranjang yang sama. Memeluknya dengan erat sembari memberi kehangatan kepada wanitanya yang tidak terganggu sama sekali.

***

Matahari sudah hilang di ufuk barat ketika kelopak mata itu terbuka. Objek pertama kali yang dilihatnya setiap bangun tidur adalah wajah pria di depannya yang sangat memikat hatinya.

Jarinya dia larikan menapaki pahatan sempurna milik atasannya yang terkenal bossy. Rahangnya yang tegas, hidungnya yang mancung, matanya yang tajam saat menatap dirinya serta alis dan bibirnya yang tebal memiliki daya tarik tersendiri bagi siapa pun.

Itulah yang membuat Sella menerima kehadiran sang atasan di hidupnya, tapi alasan lain adalah keluarga yang-

"Kamu sudah bangun tapi tidak membangunkan saya, Sella?"

Sella meringis mendengar nada datar yang keluar dari bibir seksi milik atasannya.

"Bisa santai tidak, sih, Pak? Saya juga baru bangun, kok," kilah Sella tidak mau disalahkan.

Tatapan tajam bak elang milik Rishan nyatanya tidak membuat nyali Sella menciut.

"Ini kantor, lho." Rishan memberitahu keberadaan mereka saat ini.

Merasa kesal dengan wanitanya Rishan memilih beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Melihat pria itu masuk ke kamar mandi bergegas Sella ikut bangkit menyiapkan pakaian untuk atasannya.

"Tidak salah pilih," ujar Rishan menghampiri Sella yang sedang duduk di depan meja rias.

Tanpa perlu repot-repot menengok Sella sudah tahu kalau Rishan sedang berpakaian. Kebiasaan buruk pria itu yang tidak pernah mau bersiap-siap di dalam kamar mandi.

"Udah berapa kali Bapak berbicara seperti itu?" tanya Sella merasa jengah.

"Nggak mau mandi dulu?" Pertanyaan Rishan tidak dihiraukan oleh Sella. Dia memilih kembali merapikan riasannya.

Berjalan bersisihan dengan sang atasan membuat Sella harus memasang muka tebal di koridor kantor yang masih terlihat ramai.

Menyadari langkah seseorang terlihat sangat jauh membuat Rishan menghentikan langkahnya menunggu wanita itu berjalan lebih dekat dengannya.

"Kenapa berjalan di belakang saya?" tanya Rishan terdengar sinis di telinga Sella.

Sella menunduk menahan malu, bukan karena teguran sang atasan, akan tetapi dirinya menjadi pusat perhatian orang kantor saat ini.

Meski sudah waktunya jam pulang kantor, tetapi masih banyak yang bekerja saat jam mereka sudah selesai. Dan hal itu membuat Sella tidak nyaman saat berada di kantor seperti ini.

"Pelankan suaranya, Pak," desis Sella. Wanita itu menolak saat Rishan menyejajarkan diri berjalan beriringan. Bahkan saat secara terang-terangan Rishan hendak meraih jari kelingkingnya.

Dihempaskan keras oleh Sella tanpa peduli dengan muka masam pria itu. "Jaga sikap." Sekali lagi Sella mendesis. Dia kesal, jengkel dengan sikap atasannya hari ini. Entahlah, atau memang dia saja yang banyak menolak.

Dia hanya sedang menjaga nama baik di depan karyawan yang belum mengetahui seluk-beluk dirinya di perusahaan ini. Sebisa mungkin Sella ingin namanya bersih tanpa ada pemberitaan sebagai 'penjilat'. Ini semua juga atas perjanjian keduanya.

"Masuk!" tegas pria itu membuka pintu penumpang, tatapan matanya enggan mengarah kepada Sella. Hal itu dimanfaatkan oleh Sella supaya tidak diperpanjang.

'Brak!'

Wanita itu tersentak sampai menekan dadanya saking kaget dan tidak menduga kalau Rishan sampai seperti itu. Dia memegang kaki sebelah pintu takut-takut lecet, padahal tanpa dia sadari Rishan tidak akan ceroboh dengan melukainya.

Sepersekian detik saat pria itu masuk juga menutup pintu tak kalah kencang, mungkin jika bukan terbuat dari besi sudah rontok pintunya.

"Pak-"

'Cup'

Bukan hanya sebuah kecupan saja, melainkan lumayan sedikit kasar yang didapati oleh Sella karena serangan pria itu. Beberapa kali dia berusaha mendorong dada bidangnya. Akan tetapi, tenaganya kalah jauh.

Setelah puas bermain bibir pria itu menyatukan kening keduanya dengan napas yang saling bersahutan. Dia membelai pipi mulus Sella dengan jari-jemari yang besar. "Saya tidak suka kamu menghindar."

Sella meneguk salivanya dengan susah payah. Dia menunduk, berusaha menutupi pipinya yang merona. Namun, pergerakannya kalah cepat karena Rishan sudah lebih dulu membimbing pandangannya, sehingga dua daging kenyal itu kembali bertemu.

Kali ini hanya saling mengecup kecil yang dilakukan berulang kali. Sella tidak bisa menolaknya karena pesona Rishan begitu kuat dia rasakan. Apalagi tatapan tajam bak elang milik pria itu 'tak bisa dielakan.

"S-stop, Pak," tahan Sella saat tangan Rishan mulai berani merayap masuk ke dalam rok spannya. Wanita itu menggeleng, menetap sekeliling yang diikuti juga oleh pria itu. "Tempat umum," cicitnya. Menunduk karena kilat emosi dari mata pria itu.

"Sialan!"

"Saya hajar kamu di rumah, Sella." Sella bergidik ngeri dengan ancaman pria itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku