Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
The Devil's Gift

The Devil's Gift

Shafazana

5.0
Komentar
992
Penayangan
20
Bab

[KONTEN DEWASA 21+] "Saya ingin mengajukan permintaan kepada Anda. " Raveena berlutut di atas permukaan lantai yang dingin. Kedua tangannya bertumpu pada lantai, sedangkan kepalanya di angkat tinggi sehingga kedua matanya mampu memandang iblis di hadapannya dengan jelas. Iblis itu lantas tertawa, "Permintaan seperti apa yang kau inginkan?" "Selamatkan saya dari neraka ini dan lenyapkanlah tempat ini hingga tak bersisa." "Aku tidak melakukannya dengan gratis," Iblis itu berkata, "Hadiah apa yang akan kau berikan kepadaku?" "Segalanya." "Segalanya?" "Ya, jiwa dan raga saya akan seutuhnya menjadi milik Anda." Iblis itu lantas melangkahkan kakinya mendekati Raveena, dia mengangkat dagu wanita itu begitu tinggi sampai mata mereka bertemu. "Maka selamanya kau akan menjadi milikku, Raveena Hesper." • • • • • Cerano Acheron merupakan seorang Underboss dari organisasi mafia Acheron Familia yang berbasis di Italia dan menyebar hingga ke seluruh wilayah Eropa. Dia dikenal sebagai seseorang yang bertangan dingin, tidak mengenal ampun terhadap musuh yang berani mengusik organisasinya. Suatu ketika, Cerano terlibat pertikaian dengan seorang ketua Kartel Meksiko yang telah mengusik bawahannya. Dia sampai harus pergi ke Philadelphia untuk menuntaskan masalahnya. Tak disangka, kepergiannya ke Philadelphia menghantarkan Cerano kepada Raveena Hesper yang menganggapnya sebagai seorang iblis dan meminta bantuan Cerano untuk membebaskannya dari kekangan rumah bordil yang selama bertahun – tahun menahannya. Di mata Cerano, Raveena merupakan seorang wanita yang tak mengenal takut. Ia bahkan tak pernah menurunkan pandangannya meski Cerano telah menatapnya dengan tajam. Raveena bahkan tak gentar walau tahu Cerano memiliki ribuan anak buah yang selalu diselimuti oleh aroma darah. Cerano selalu membawa kematian, tetapi Raveena tidak takut akan kematian. Takdir macam apa yang akan mengikat mereka nantinya?

Bab 1 Awal Pertemuan

"Wanita sialan! Jangan lari!" teriak seorang pria.

Seorang wanita berlari kencang melewati kerumunan manusia di jalanan kota. Banyak pasang mata mengarahkan pandangannya ke arah wanita itu, mereka mulai berpikir mungkin wanita itu adalah orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa.

Pasalnya dia terlihat begitu berantakan jika dibandingkan dengan orang-orang di jalanan kota. Dia mengenakan gaun tidur berwarna putih yang sudah tampak kotor oleh debu dan tanah, rambutnya tergerai berantakan dan kedua kakinya tidak memakai alas kaki sehingga terdapat banyak goresan di telapak kaki serta betisnya.

"Raveena Hesper! Tuan Hose pasti akan melemparkanmu ke kandang harimau jika tidak mau berhenti juga!"

Raveena menoleh sebentar, kemudian berteriak, "Dia juga akan melemparkanku ke kandang harimau bila sampai tertangkap oleh kalian!"

benar, Raveena tidak boleh sampai tertangkap.

Atau Raveena akan kembali tinggal di dalam neraka, entah sampai kapan.

BRAK!

Raveena menjatuhkan kotak-kotak kayu berisikan sayuran ke jalan, berusaha menciptakan penghalang agar dua pria itu tidak bisa mengejarnya. Pedagang sayur lantas berteriak, "Sialan! Kamu harus mengganti rugi daganganku!"

suasana perkotaan menjadi rusuh karena Raveena terus menjatuhkan banyak barang dagangan milik pedagang. Para pedagang yang mengira Raveena hanyalah orang gila lantas meminta pertanggung jawaban dari dua orang yang mengejar Raveena, mereka mengerubuni dua orang tersebut sehingga mereka kehilangan jejak Raveena.

Raveena mengulas senyuman tipis tatkala dua pria berbadan kekar itu tak mampu mengikutinya. Dia lantas masuk ke dalam gedung bertingkat 5 yang sudah terbengkalai. Bagian dalamnya sudah dipenuhi oleh debu dan kotoran tikus. Raveena menjepit hidungnya menggunakan jari, lalu menaiki tangga menuju atap.

Kritt.

Pintu di bagian atap sudah berkarat, sehingga menimbulkan suara derit tajam saat Raveena mendorongnya. Senyuman di wajahnya berangsung-angsur menghilang tatkala melihat sosok seorang pria yang berdiri di atas atap dengan kedua tangannya memegang sebuah senapan laras panjang, sebelah matanya berada di hadapan teropong kecil untuk membidik targetnya.

Dari tempat Raveena berdiri, dia hanya mampu melihat pria itu dari samping. Tubuh pria itu terlihat begitu tinggi, mungkin sekitar 190 cm yang dibalut oleh mantel panjang berwarna hitam.

Di mata Raveena, pria itu tampak seperti sungai yang tenang di bagian permukaan, tapi sebenarnya mempunyai arus yang deras di bagian dalamnya. Konsentrasinya bahkan sama sekali tidak terganggu meski baru saja mendengar suara pintu yang dibuka oleh Raveena.

"Pria itu berbahaya," pikir Raveena.

Raveena ingin berlari pergi, tapi kakinya terasa kaku seolah dia sedang dipaku di tempat.

Dalam seperkian detik, Raveena bisa melihat pria itu menarik pelatuk tanpa meninggalkan bunyi senapan. Bubuk mesiu berterbangan di sekitarnya, membuat Raveena yakin bila pria itu baru saja menembak seseorang yang berdiri di bawah bangunan.

"Argghh!! Ada orang yang tertembak!" teriak seseorang.

Tak lama kemudian, ada orang lain yang turut berteriak dengan panik, "Panggil ambulan! Cepat panggil ambulan!"

suara kericuhan terdengar dari bawah gedung, pertanda bahwa pria itu berhasil membidik targetnya.

Pria itu telah membunuh seseorang.

Dan seharusnya Raveena segera pergi apabila ingin selamat.

Akan tetapi, tubuhnya begitu terkejut saat menyaksikan pembunuhan secara langsung sampai-sampai tak mampu bergerak.

Anehnya, Raveena hanya terkejut tapi tak merasa takut.

Usai menyelesaikan tugasnya untuk melenyapkan target, pria itu segera memasukkan senapan laras panjangnya ke koper, lalu berjalan menuju pintu keluar tanpa menghiraukan keberadaan Raveena.

Tatkala berada di hadapan Raveena, pria itu berhenti. Kedua manik cobaltnya menatap Raveena lekat-lekat, terlihat seolah ingin menenggelamkan Raveena ke dalam laut apabila wanita itu sampai berteriak.

"Nona, kamu hanya perlu berpura-pura buta dan tuli hari ini supaya bisa hidup dengan tenang." Suara bariton rendah terdengar dari bibir pria itu.

Raveena bergeming, dengan susah payah dia berusaha untuk membalas, "Apa kamu adalah pembunuh bayaran?"

"Tergantung perspektifmu saja," tukas pria itu.

Secara tiba-tiba Raveena memegang lengan pria itu, kemudian menatapnya dengan penuh harapan. "Apa artinya kamu akan membunuh jika mendapatkan bayaran?"

pria itu menggendikan bahunya. "Tergantung."

"Kalau begitu, bisakah kamu membunuhku?" tanya Raveena.

Keheningan menyambut mereka berdua. Pria itu memperhatikan wajah Raveena, tapi dia tidak menemukan adanya sedikitpun keraguan di raut wajah Raveena, seolah-olah wanita itu memang sudah siap untuk mati.

"Kenapa kamu ingin mati?" tanya pria itu.

Raveena mengangkat kepalanya, menatap langit biru yang terbentang tanpa batas. Tatapan mata hazelnya terlihat kosong saat dia berkata, "Karena seluruh kehidupanku tidak ada bedanya dengan neraka. Alih-alih terus bertahan di dunia, bukankah lebih baik bila pergi ke akhirat?"

"Oleh sebab itu, bisakah Tuan Pembunuh membantuku untuk pergi ke akhirat?"

seulas senyuman tipis terpatri di wajah pria itu, dia sedikit menunduk untuk mensejajarkan wajah mereka. "Sayangnya, aku tidak bisa membunuh wanita dan anak-anak. Aku juga tidak suka membunuh seseorang yang sudah tidak memiliki minat lagi untuk hidup."

Pria itu lantas menepuk kepala Raveena sekali, sebelum akhirnya berjalan melewati pintu untuk pergi keluar.

Dalam seperkian detik, Raveena membalikkan badannya dan menatap punggung tegap dari pria itu. "Jika memang tidak bisa membunuh, tidak bisakah kamu membantuku untuk keluar dari neraka di dunia ini?"

langkah kaki pria itu terhenti, lalu dia membalas tanpa menoleh, "Maaf, tapi aku tidak pernah membantu seseorang dengan Cuma-cuma."

Raveena buru-buru menahan lengan wanita itu dan berkata, "Apa Tuan akan membantuku jika aku memberikanmu imbalan?"

"Mungkin."

"Kalau begitu, bisakah kita bertemu lagi di masa depan? Saat itu, aku mungkin memiliki sesuatu yang bisa kuberikan untuk Tuan."

"Entahlah, Nona. Aku tidak pernah mengikat janji pertemuan dengan orang asing. Tapi, bila kita memang bertemu lagi, maka aku akan menantikan penawaranmu."

Raveena bertanya, "Siapa namamu?"

pria itu melepaskan cengkraman tangan Raveena, lalu melangkah pergi. Ketika dia menuruni tangga, jawaban baru terdengar dari bibirnya dan menggema hingga ke telinga Raveena. "Cerano, panggil saja aku Cerano. Ketika kita bertemu lagi, maka aku akan menjadi iblis yang mengikat janji dengan kamu."

Tak lama kemudian, Raveena mendengar ada suara langkah kaki lain yang menaiki tangga.

Itu adalah dua pria yang sebelum ini mengejarnya, dan tampaknya Raveena akan kembali diseret ke neraka.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku