Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Di atas kuburan sang istri yang baru saja dikubur. Arya menangis sejadi-jadinya. Kehilangan sosok seorang yang sangat ia cintai merupakan hal terberat baginya.
"Murni kenapa kamu cepat sekali meninggalkanku … bahkan, disaat anak kita belum lahir," ucap Arya sambil terisak.
"Ikhlaskan lah Nak, mungkin ini yang terbaik untuk Murni dan calon anak kamu," ucap Rossa menenangkan Arya.
"Kenapa Ma? Kenapa Murni meninggalkan aku sendiri disini?" teriak Arya benar-benar frustasi.
Arya masih terus menangis sambil memeluk nisan sang istri. Beberapa hari lalu, Arya dan Murni baru saja mengalami kecelakaan. Sewaktu kecelakaan terjadi, Murni masih bernafas.
Sampai tiga hari dirawat di rumah sakit. Akhirnya, Murni menghembuskan nafas terakhir. Murni pergi bersama bayi yang ada di dalam kandungnya.
"Sudah sore Arya, sebaiknya kita pulang sekarang!" ajak Rossa, tetapi Arya hanya diam sambil terus menangis.
"Jangan seperti inilah Nak, kasihan Murni kalau kamu seperti ini … ikhlas kan lah, agar Murni bahagia di surganya Allah." Rossa menasehati Arya.
Sebagai seorang Ibu, Rossa tidak tega melihat anak semata wayangnya seperti ini. Tetapi, mau bagaimana lagi. Semua manusia tidak bisa melawan takdir yang sudah Allah tetapkan pada setiap hambanya.
Hari sudah semakin gelap karena mendung. Sudah dipastikan sebentar lagi akan turun hujan. Akhirnya, Arya mau juga pulang ke rumah karena telah dibujuk oleh Rossa.
Keesokan harinya …
"Lis, apa Arya sudah keluar dari kamarnya?" tanya Rossa.
Dari pemakaman kemarin, memang Rossa tidak keluar kamar. Tubuh Rossa terasa sangat lelah. Akhirnya, Rossa memutuskan untuk istirahat di dalam kamar.
"Belum Bu, Mas Arya sama seperti Ibu. Dari semalam tidak keluar kamar," ucap Lilis yang merupakan asisten rumah tangga.
"Coba kamu bangunkan Arya, Lis! Kasihan dari kemarin belum makan!" titah Rossa.
"Baik Bu, Lilis permisi dulu," ucap Lilis sopan lalu pergi ke kamar Arya.
Sesampainya di sana, Lilis mengetuk pintu kamar Arya. Tetapi, sudah berulang kali Lilis mengetuk. Arya sama sekali tidak membukakan pintu.
"Mas Arya, sarapan dulu! Sudah ditunggu sama Bu Rossa," ucap Lilis sambil mengetuk pintu.
'Apa Mas Arya masih tidur ya? Masuk atau tidak ya? Duh Lilis jadi bingung sendiri,' ucapnya dalam hati.
Tidak mau dapat masalah dari Arya. Akhirnya Lilis memutuskan untuk turun ke bawah. Lilis takut jika Arya sudah marah, wajahnya terlihat sangat menyeramkan.
"Bagaimana, Lis? Apa Arya sudah bangun?" tanya Rossa saat melihat Lilis menghampirinya.
"Belum bangun Bu … Lilis nggak berani masuk ke dalam kamar Mas Arya, Bu Rossa saja ya, biar Lilis melanjutkan pekerjaan yang lain," ucap Lilis.
"Yaudah, kamu boleh melanjutkan pekerjaan kamu!" ujar Rossa.
Kali ini, Rossa lah yang pergi ke kamar Arya. Tiba di kamar Arya, Rossa segera masuk ke dalam, kebetulan pintu kamarnya tidak dikunci. Baru masuk, Rossa dikejutkan dengan keadaan kamar Arya yang sangat berantakan.
"Ya Allah sesedih ini kamu Nak, sampai kamu tega merusak diri kamu sendiri," ucap Rossa saat menemukan beberapa botol minuman keras dan banyaknya bungkus rokok.
"Arya bangun, Nak … sudah pagi, ayo kita sarapan!" ucap Rossa membangunkan Arya.
"Arya," panggil Rossa sambil menggoyang-goyangkan tubuh Arya.
"Pergi dari sini!" usir Arya tanpa membuka mata.
"Arya, Mama tahu kamu sangat kehilangan Murni. Jangan seperti inilah, Nak ... Murni akan sedih melihat kamu seperti ini," tutur Rossa.