Starla berasal dari keluarga sederhana ia bekerja di rumah makan kecil, namun karna hutang orang tua nya ia terpaksa terjebak dalam dunia pernikahan bersama seorang ceo Ig: divelmia
di sore hari saat aku berjalan pulang kerumah, mata ku tertuju pada seorang wanita lansia yang sedang mengarik tong sampah seperti mencari sesuatu.
ku langkah kan kaki mendekat ke arah wanita lansia itu "nek, nenek lagi cari apa?" tanya ku, dengan lembut. wanita itu menatap ku dan mengarah kan tangan nya kemulut secara berkali- kali.
apakah maksud nya ia ingin makan?
"nenek mau makan?" tanya ku, dan di balas anggukan oleh nya. tangan ku merogoh isi tas ku. seingat ku tadi aku menyimpan 1 roti.
"nek ini saya punya roti belum saya makan, sama nenek aja ya" aku menyodor kan roti itu, dengan cepat wanita itu langsung mengambil roti ku dan duduk di jalan sembari menikmati roti ku tadi, hati ku terasa terenyuh saat melihat pemandangan ini, kasihan sekali ia pasti dari tadi ia belum makan?
ku langkah kan kaki ku menuju toko yang tak jauh dari tempat ku tadi untuk membeli sebotol air minum.
setelah membeli air minum, aku melangkah keluar untuk menemui wanita itu, mata ku memblak ketika melihat segerombolan anak muda yang sedang mengelilingi wanita lansia itu, sembari tertawa.
"HEI!! BERHENTI!" ku dorong salah satu anak pria itu. dan memeluk wanita lansia itu.
"nek, nenek gapapa kan?" tanya ku sembari memperhatikan keadaan nya.
wanita itu langsung menggeleng cepat untuk menjawab pertanyaan ku tadi.
"berani sekali kalian menggangu nya! apa kalian tak punya otak? apa kalian tak bisa melihat kalau dia itu seorang wanita tua?! cepat pergi dari sini!" murka ku, dasar bedebah! bodoh!
anak yang ku dorong tadi berdiri dan mengajak teman nya untuk pergi namun..
*brak
salah satu dari mereka melempar ku dengan besi berkarat "ahk" rintih ku, sembari menyetuh kening ku rasa nya sangat sakit ketika benda itu terbentur langsung dengan kening ku.
"ha ha ha" tawa mereka bersama, dan berlari sejauh mungkin.
aku sudah tak sanggup lagi untuk mengejar mereka, kepala ku terasa sangat sakit.
wanita itu menghampiri ku, dan melepas tangan ku yang menyentuh kening ku tadi. ia meniup kening ku dan mengelus rambut ku dengan pelan.
"makasih ya nek" ucap ku sembari tersenyum kepada nya.
ku tatap wanita itu, kasihan sekali jika ia tidur di trotoar disini sangat dingin apalagi jika hujan aku tak bisa membayang kan betapa berat nya malam- malam yang telah ia lalui. bagaimana jika aku mengajak nya untuk tinggal bersama ku dan juga ibu ku?
"nek, nenek mau ga tinggal sama saya?" tanya ku pada nya dan di balas dengan anggukan oleh nya.
"yaudah yuk!" seru ku dan berjalan sembari menggandeng tangan nya. rasa nya ini terdengar aneh karna aku mengajak tunawisma untuk tinggal di rumah ku, sedang kan aku hanya pelayan di rumah makan kecil yang gaji nya tak seberapa. tapi biar lah ini sudah jadi keputusan ku.
langkah kami berhenti tepat di halaman rumah yang terbuat dari bambu terlihat sederhana tapi itu adalah rumah ku tempat ku dan juga ibu ku untuk berteduh dari panas nya matahari dan juga dingin nya hujan.
"yuk masuk nek!" ajak ku saat kami hendak melangkah masuk, tiba tiba saja ibu ku berdiri di depan kami dan menghalangi ku untuk masuk.
"dia siapa?" tanya ibu ku sambil menunjuk wanita lansia yang sedang berdiri bersama ku.
"itu bu tadi.. aku ketemu sama nenek ini waktu aku mau jalan pulang.."
"maksud mu dia itu pengemis?!" timpal ibu ku memotong pembicaraan ku, aku sudah tak bisa berkata apa pun lagi. aku hanya bisa mengangguk.
"kamu gila ya starla?! kamu kan tahu kita itu orang pengemis!! makan aja suka kekurangan tapi kamu malah mau bawa orang asing kesini." lanjut nya. astaga kejam sekali mulut ibu ku begaimana jika nenek ini mendengar ucapan nya..
"bu! ibu ga boleh ngomong gitu, starla mohon sekali ini aja biarin nenek ini tinggal sama kita.."
"ga starla! mending kamu minum obat aja ibu ga mau di bilang punya anak gadis yang gila! pokok nya kamu pergi bawa pergi wanita itu!" murka ibu ku dengan nada melengking. aku benar- benar malu mendengar suara ibu ku, dan aku juga sakit hati ketika ia pikir aku ini gila..
*duar duar
langit bergemuruh awan hitam mulai menutupi langit itu pertanda akan turun hujan.
"bu starla mohon sekali ini aja biarin nenek ini tinggal sama kita starla janji kalo nenek ini ga bakal nyusahin ibu." ucap ku memohon pada ibu ku.
ibu ku mentap wanita lansia itu dengan tatapan iba.
"baiklah, tapi kau harus pastiin kalau ia tak merepotkan kita!" seru ibu ku dan ku balas anggukan. ibu ku berjala masuk ke dalam sedangkan aku masih berdiri dengan wanita itu.
"nek masuk yuk" ajak ku dengan nada lembut. wanita itu menunduk mentap ke arah tanah. aku tahu ia pasti takut untuk masuk apa lagi setelah tadi ibu ku yang menghina nya.
"nek nenek ga usah takut ibu ku orang baik kok" aku berusaha membujuk wanita itu agar ia mau masuk aku tak tega jika harus kembali pergi dan tidur di luar sana.
akhir nya ia mau masuk setelah ku bujuk berkali kali, aku paham dengan perasaan nya.
aku mengantar nya untuk masuk ke kamar mandi agar ia segera membersih kan tubuh nya.
aku kembali ke kamar ku mencari pakaian yang cocok untuk nya aku benar- benar bingung baju mana yang cocok dengan nya karna pakaian ku sangat kecil sesuai dengan body ku yang kecil dan tak mungkin ini akan muat di badan nya.
"ini baju nenek mu dulu! kamu kasih aja sama dia." ucap ibu ku sembari meltakan tumpukan baju di atas ranjang ku. "iya bu, makasih ya" balas ku sambil tersenyum ke arah nya.
ibu ku pergi melangkah pergi dari kamar ku.
mata ku memperhatikan pakaian yang di bawa ibu ku tadi, seperti nya semua pakaian ini cocok dengan nenek itu. aku keluat membawa pakain untuk nenek itu di tangan ku.
"nek ini baju nya aku taro di atas meja ya" seru ku sambil meletakan pakaian tadi di atas meja yang tak jauh dari pintu kamar mandi.
_
"wah baju nya cocok ya nek! nenek suka kan?" tanya ku sembari memperhati kan nya.
ia membalas nya dengan mengangguk sembari tersenyum ke arah ku. aku menarik tangan wanita itu dan meminta nya untuk duduk di atas ranjang. ia mengiyakan nya, dan terduduk di atas ranjang.
ku ambil tas ku dan memasukan tangan ku kedalam merogoh isi nya untuk mencari buku dan pulpen.
"nek nenek bisa nulis kan?" tanya ku sambil memperaktekan cara menulis ia membalas nya dengan mengangguk.
"nenek tulis nama nenek disini ya?" aku menyodor kan kertas itu pada nya, ia menerima nya dan mulai menulis di atas buku itu.
"nama nenek, ibu sukma wijaya?" ucap ku setelah membaca tulisan nya. kenapa nama nya sama dengan perusahaan besar yang ada di kota ini? wijaya group? dan nama nya juga.. seperti nya ia bukan orang biasa. tapi.. 'ah mikir apa sih aku ini? mana mungkin bu sukma..'
"kalo alamat nenek?" lanjut ku, namun ia langsung meletakan kertas dan pulpen tadi.
"loh kenapa? nenek ga ingat alamat nenek?"
ia membalas nya dengan anggukan seperti nya ia bisu. hmm ah biarlah mungkin ia memang bisu dan tak ingat di mana rumah nya.
aku sudah memutus kan untuk menjaga nya selama ini jadi aku harus menepati nya ia kan?
"star! ayok makan!" panggil ibu ku.
"iya bu" jawab ku.
"makan yu nek" ajak ku, ia langsung berdiri dari duduk nya dan mengahadap ke arah ku.
syukur nya ibu ku sudah tak membahas soal tadi lagi sehingga saat makan semua nya terasa sangat tenang karna ibu ku membiar kan nenek sukma untuk ikut makan bersama kami.
meski lauk kami hari ini sangat sederhan hanya ikan asin dan sayur kangkung tapi semua nya terasa nikmat saat kita bisa mensyukuri nya.
_
sedang kan di tempat lain..
"dinara dimana ibu ku?!" tanya seorang pria berbada tinggi dengan kulit erotis, dengan nada melengking.
membuat wanita berkulit putih dan berambut coklat itu menunduk ketakutan.
"aku.. aku ga tahu ryan.." jawab wanita itu gugup sambil menatap ke arah bawah tak berani menatap ke arah tuan Ryan fendi wijaya.
Buku lain oleh Divelmia
Selebihnya