Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terpaksa Menikahi Duda Lumpuh

Terpaksa Menikahi Duda Lumpuh

Ilyas One

5.0
Komentar
3.6K
Penayangan
62
Bab

Senja terpaksa harus menikah dengan Aksa Wijaya. Laki-laki yang berstatus Duda satu anak. Aksa mengalami kecelakaan yang mengakibatkan keadaannya koma selama satu bulan lebih. Riyanti, istrinya langsung menggugat cerai Aksa karena dia tidak mau merawat dan mempunyai suami yang Lumpuh. Namun Senja yakin, jika suatu saat Aksa pasti akan sembuh. Mampukah Senja mengambil hati Aksa dan merawat Aksa sampai sembuh?

Bab 1 1. Tawaran Merawat Aksa

Terpaksa Menikahi Duda Lumpuh

Part 1

Senja buru-buru melangkahkan kakinya. Dia tidak boleh terlambat. Ketua rumah sakit memanggilnya secara langsung. Ini agak aneh karena orang dengan jabatan rendah seperti dia jarang berurusan dengan pejabat tinggi rumah sakit. Namun benar, Senja tidak bermimpi. Dia mendapat telepon pukul tiga pagi dan jam enam pagi dia sudah harus sampai di rumah sakit.

Jarak rumahnya dengan rumah sakit tempatnya bekerja sejauh lima belas kilometer. Tidak ada angkutan umum pagi buta seperti itu. Angkutan umum biasanya tersedia pukul tujuh pagi. Akhirnya, Senja terpaksa berangkat dengan sepeda tuanya. Sepeda tua yang menemani masa sekolah menengah atasnya.

Senja terengah-engah berjalan di lorong. Dia bukan hanya lelah karena telah mengayuh sepeda selama satu jam. Senja juga merasa kalau dia hampir saja terlambat. Ini masih pagi yang dingin tapi peluh mengucur deras di pakaian kerja wanita muda itu.

Senja sudah sampai di depan pintu ruangan ketua rumah sakit.

"Masuk!" sebuah suara terdengar setelah ketukan ketiga yang dilakukan senja.

Senja menghadap ketua rumah sakit dengan gugup. Dia mengingat-ingat lagi apakah dirinya ada membuat kesalahan atau semacamnya. Tapi tidak! Senja tahu kalau dia selama ini bekerja sesuai prosedur dan tidak melakukan pelanggaran yang membuatnya harus dipecat.

"Senja Dwi Utami!"

"Saya, Bu," ucap Senja dengan gugup. Ketua rumah sakit menatap lekat di balik kacamata tebalnya. Senja merasa tidak nyaman. Dia merasa seperti akan mendapat masalah besar.

"Dari laporan yang saya baca ... juga laporan teman-teman kamu. Katanya kamu ...."

"Saya janji tidak akan membuat kesalahan apapun lagi, Bu. Tolong, jangan berhentikan saya. Saya mohon." Belum sempat wanita di depannya menyelesaikan kalimatnya, Senja sudah bersujud di lantai.

Bu Mega yang merupakan ketua rumah sakit menyeritkan kening melihat pekerja medisnya bersikap aneh seperti itu.

"Kamu kenapa, Senja?" tanyanya heran.

Senja bangkit dari sujudnya di lantai.

"Ibu mau memecat saya kan?" tanya Senja dengan air mata yang hampir menetes.

"Siapa yang memecat kamu? Makanya kamu dengarkan dulu perkataan saya sampai selesai!" Bu Mega berkata dengan geram. Wanita itu sesungguhnya memiliki kesabaran seluas ember cucian. Kecil.

Senja nyengir. Wanita muda itu merasa lega karena dia tidak dipecat. Tapi, apa tujuan dia dipanggil ke sini?

"Kamu dianggap sebagai tenaga medis yang kompeten. Kamu juga rajin, teliti dan sangat patuh pada prosedur. Jadi kamu akan dipekerjakan secara khusus untuk merawat anak salah satu pengusaha besar yang ada di kota ini."

"Maksud Ibu bagaimana?" tanya Senja yang masih belum mengerti. Perasaan yang tadi gugup sekarang berubah menjadi penasaran.

"Ya, kamu akan dipekerjakan untuk merawat seseorang secara khusus. Artinya, kamu merawat dia full enam belas jam. Hanya dia saja. Uang tambahan, pasti ada. Saya percayakan ini sama kamu. Bisa?"

Mendengar kata uang tambahan, Senja mengangguk dengan sangat bersemangat.

"Tentu saja bisa, Bu. Pasti bisa!" jawab Senja penuh semangat. Tidak hentinya senyum terukir di wajah cantiknya itu.

"Bagus. Kalau begitu kamu pergi ke ruangannya sekarang. Ruang eksklusif A. Kamu pelajari semua yang harus kamu lakukan di buku panduan." Bu Mega mempersilahkan Senja keluar. Senja berlari dengan girang. Dia tidak menyangka akan mendapat pasien semudah ini. Setidaknya selama beberapa hari atau bulan ke depan, Senja tidak akan berurusan dengan pasien cerewet lagi.

Senja masuk ke ruangan eksklusif A. Di sana terbaring seorang pria tampan dengan berbagai selang di tubuhnya. Senja mendekati pria itu. 'Tampan sekali,' bisiknya dalam hati. Tapi tentu saja wajah tampan tidak menjamin keberuntungan seseorang. Buktinya, pria itu terkapar di sini sekarang dengan keadaan koma.

Senja melihat buku prosedur yang diletakkan di sebelah ranjang pria itu. Dia membaca peraturannya. Membersihkan badan, membacakan cerita yang bisa merangsang saraf. Membersihkan badan dua kali sehari. Membacakan cerita tiga kali sehari. Senja sejujurnya ingin tertawa dengan peraturan kedua. Tapi dia paham, pasti ada manfaat dibalik perintah tersebut. Senja juga diharuskan mengecek infus, memeriksa tensi darah secara berkala dan beberapa hal lain yang biasa di kerjakan. Senja melihat jam di tangannya dan dia tahu kalau dia harus memulao semuanya dari tugas pertama. Membersihkan tubuh pasien.

Senja mengambil salah satu handuk basah yang ada di dalam baskom berisi air hangat. Dia memeras handuk itu dan mengelap tubub si pria dengan lembut. Senja takut kalau pria koma itu hanya tidak bisa membuka matanya saja dan dia akan merasa kesakitan.

Senja mengusap lembut wajah pria di depannya. Wajah itu semakin tampan jika basah. Senja bahkan tidak pernah bermimpi akan merawat pria setampan ini. Berdekatan dengannya membuat perasaan Senja berdebar hebat.

"Apakah ini cinta?" gumam Senja pada dirinya sendiri.

"Dasar bodoh. Bagaimana kau bisa jatuh cinta pada seseorang yang bahkan tidak bisa diprediksi apakah dia akan hidup atau mati besok." Senja merutuki dirinya sendiri atas kebodohan yang dia buat. Wanita itu akhirnya kembali melanjutkan tugasnya dengan serius. Senja tidak mau membuat kecewa ketua rumah sakit yang telah menunjuknya langsung untuk menjaga pasien PIV mereka.

Senja membersihkan tangan kekar itu. Dia tidak menyangka kalau tangan kekar lelaki ternyata adalah tangan terseksi yang pernah ada. Senja tidak pernah dekat dengan lelaki sehingga dia tidak pernah menganalisa bagian tubuh mereka dengan insting.

Senja menggosok tangan lelaki itu. Senja merasa kalau dia gemetaran ketika menyentuh pria tampan ini. Senja langsung melakukan kegiatannya seperti tidak terjadi apa-apa. Dia bersikap seolah-olah pria yang sedang dia bersihkan adalah patung.

"Ayolah, Senja. Fokus! Fokus!" Senja menyemangati dirinya sendiri. Dia tidak pernah segugup ini sebelumnya.

Selesai membersihkan tubuh pria ini, Senja kemudian mulai membacakan sebuah cerita. Awalnya, dia tidak bisa mempercayai kalau orang yang sedang koma bisa mendengar jika mereka tidak koma seratus persen. Jadilah Senja membacakan cerita dengan asal-asalan. Dia tidak peduli tentang betapa buruknya dia membacakan sebuah cerita untuk pria koma itu.

"Melelahkan sekali!" Senja melemparkan buku yang baru saja dia baca ke atas meja yang ada di ruamgan pasien. Dia merasa lelah sekali. Senja belum sarapan sejak dia baru bangun dari tidur. Semenjak dapat telepon mendadak dari ketua rumah sakit, senja bahkan tidak sempat minum.

Senja menatap pria di sebelahnya yang masih terbaring kaku tidak sadarkan diri. Kesadarannya ada dalam ensitas lain dan Senja percaya kalau pria itu tidak mungkin mendengar ucapannya. Jadi Senja dengan mudah berkata seeanaknya.

"Aku akan merawat kamu dengan baik. Sampai kamu sadar dan pulih kembali. Aku yakin, kamu akan sembuh, Aksa," lirih Senja yang sambil menatap dalam wajah tampan di depannya. Sepertinya Senja akan kecanduan menatap setiap inci wajah Aksa yang memang sangat tampan. Tanpa Senja sadari, jika sebenarnya dia sudah membuka hati untuk tersakiti.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Ilyas One

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku