Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
(Assalamualaikum Nia, apa kabar? ini Hana, kamu di mana ni?) Rania kaget dengan panggilan yang diterimanya sore itu, tumben Suhana menghubunginya jam segini. Dia juga masih di kantor sedang menyiapkan laporan hasil meeting dengan manager bagian di perusahaan suaminya karena seminggu ini suaminya, Harris Iskandar harus pergi ke Kuala Lumpur untuk meeting dengan klien serta relasi bisnisnya, sekalian pulang kerumah keluarganya yang berada di kota itu.
"Waalaikumussalam Hana, Alhamdulillah aku sehat, ada di kantor, eh tumben call aku jam segini, kamu gimana kabarnya?" Rania menghentikan tarian jarinya di keyboard dan duduk bersandar fokus pada obrolannya dengan Suhana, sepupu Harris suaminya.
(Alhamdulillah i sehat, sengaja ingin tanya kabar mu, kenapa tak ikut Abang Is balik KL nih?)
"Mmmmm, banyak banget kerjaan di kantor, tahu sendirilah perusahaan IMF group tengah ada dipuncak kejayaan. Jadi kami bagi tugas, biar Abang Is yang meeting dan ketemu klien di sana, aku yang urus di sini."
(Baguslah kamu ni, btw tak ada plan datang sini ya? Tengah ramai tau kumpul di rumah Uncle Jamal, Nenda dan Atuk pun ada)
Rania mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari, seingatnya sudah enam bulan dia belum pulang ke rumah mertuanya di Kuala Lumpur. Bisa juga rasanya kalau pulang kesana dalam beberapa hari. Memberi suaminya kejutan.
"Entahlah, nanti aku kabari ya kalau bisa pulang, tapi jangan kasih tau laki aku dong, aku mau buat surprise buat dia." Rania tersenyum sendiri membayangkan wajah kaget suaminya karena dia menyusul tiba-tiba.
(Oke, bawa oleh-oleh dari Jakarta buat ku tau)
"Beres itu. Aku masih ada kerja sedikit lagi, aku end call nggak apa kan?"
(Tidak masalahlah, oke see you soon Nia, assalamualaikum)
"Waalaikumussalam Hana." Panggilan diakhiri dan Rania meneruskan pekerjaan yang masih bejibun banyaknya.
Dia adalah PA dari suaminya tapi karena Harris harus pergi keluar negeri jadi dia yang merangkap memimpin perusahaan, mengagendakan dan memimpin meeting harian dan membuat laporannya, selalunya kalau ada meeting diluar kantor pasti dia akan ikut pergi, tapi sekarang tidak mungkin karena banyak urusan diperusahaan dalam minggu ini.
Tiga tahun sudah Rania Hani berumah tangga dengan seorang pengusaha muda dan sukses dari negara Malaysia, Harris Iskandar anak dari pasangan Dato' Jamal dan Datin Maria yang tenyata masih ada darah bangsawan dari kesultanan Brunei.
Dia yang pernah terluka karena masa lalu akhirnya bisa menerima Harris sebagai pasangan hidupnya, karena kebaikan dan ketulusan Harris tentunya. Keluarga mertuanya yang memang kaya raya awalnya sangat baik dan menerima dia apa adanya, harta bukan ukuran, tapi akhir-akhir ini sikap sinis ditunjukkan lagi oleh pihak keluarga Harris, karena sebab dia belum bisa memberi waris buat mereka.
Tok tok tok
"Masuk."
"Wow, sibuk nampak." Muncul seorang lelaki muda berparas tampan, ada iras lelaki Arab kalau diperhatikan, dia adalah Zaidan sepupu Harris yang bekerja di perusahaan suaminya.
"Zai, masuk lah."
"Aku datang mau minta tanda tangan Bu boss."
Rania tertawa dan menggelengkan kepala mendengar ucapan Zaidan itu, sepupu ipar merangkap teman seuniversitasnya itu memang pintar bercanda.
Zaidan duduk di depan Rania dan meletakkan fail di atas meja. Rania mengangkat wajah menatap sahabat merangkap sepupu iparnya.
“Abang Is ke KL berapa hari sih Nia, sibuk amat kulihat kau ini. Jangan lupa makan pula, entar pingsan tuh laki lihat bini dia kurus kering, hehehe.”