Arya seorang duda yang baru saja ditinggal oleh sang istri tercintanya. Suatu hari, Arya tidak sengaja bertemu dengan Khalisa di dalam toilet pria. Akibat dari pertemuan itu, akhirnya Arya terpaksa menikahi Khalisa, gadis yang menurutnya sangat kampungan. Lalu bagaimanakah kisah rumah tangga mereka? Mampukah Khalisa bertahan dengan sikap Arya yang arogan dan selalu kasar pada dirinya? Apakah Khalisa mampu hidup bersama Arya disaat Arya belum bisa melupakan almarhumah istrinya? Atau, Khalisa memilih menyerah dan pergi meninggalkan Arya?
Di atas kuburan sang istri yang baru saja dikubur. Arya menangis sejadi-jadinya. Kehilangan sosok seorang yang sangat ia cintai merupakan hal terberat baginya.
"Murni kenapa kamu cepat sekali meninggalkanku ... bahkan, disaat anak kita belum lahir," ucap Arya sambil terisak.
"Ikhlaskan lah Nak, mungkin ini yang terbaik untuk Murni dan calon anak kamu," ucap Rossa menenangkan Arya.
"Kenapa Ma? Kenapa Murni meninggalkan aku sendiri disini?" teriak Arya benar-benar frustasi.
Arya masih terus menangis sambil memeluk nisan sang istri. Beberapa hari lalu, Arya dan Murni baru saja mengalami kecelakaan. Sewaktu kecelakaan terjadi, Murni masih bernafas.
Sampai tiga hari dirawat di rumah sakit. Akhirnya, Murni menghembuskan nafas terakhir. Murni pergi bersama bayi yang ada di dalam kandungnya.
"Sudah sore Arya, sebaiknya kita pulang sekarang!" ajak Rossa, tetapi Arya hanya diam sambil terus menangis.
"Jangan seperti inilah Nak, kasihan Murni kalau kamu seperti ini ... ikhlas kan lah, agar Murni bahagia di surganya Allah." Rossa menasehati Arya.
Sebagai seorang Ibu, Rossa tidak tega melihat anak semata wayangnya seperti ini. Tetapi, mau bagaimana lagi. Semua manusia tidak bisa melawan takdir yang sudah Allah tetapkan pada setiap hambanya.
Hari sudah semakin gelap karena mendung. Sudah dipastikan sebentar lagi akan turun hujan. Akhirnya, Arya mau juga pulang ke rumah karena telah dibujuk oleh Rossa.
Keesokan harinya ...
"Lis, apa Arya sudah keluar dari kamarnya?" tanya Rossa.
Dari pemakaman kemarin, memang Rossa tidak keluar kamar. Tubuh Rossa terasa sangat lelah. Akhirnya, Rossa memutuskan untuk istirahat di dalam kamar.
"Belum Bu, Mas Arya sama seperti Ibu. Dari semalam tidak keluar kamar," ucap Lilis yang merupakan asisten rumah tangga.
"Coba kamu bangunkan Arya, Lis! Kasihan dari kemarin belum makan!" titah Rossa.
"Baik Bu, Lilis permisi dulu," ucap Lilis sopan lalu pergi ke kamar Arya.
Sesampainya di sana, Lilis mengetuk pintu kamar Arya. Tetapi, sudah berulang kali Lilis mengetuk. Arya sama sekali tidak membukakan pintu.
"Mas Arya, sarapan dulu! Sudah ditunggu sama Bu Rossa," ucap Lilis sambil mengetuk pintu.
'Apa Mas Arya masih tidur ya? Masuk atau tidak ya? Duh Lilis jadi bingung sendiri,' ucapnya dalam hati.
Tidak mau dapat masalah dari Arya. Akhirnya Lilis memutuskan untuk turun ke bawah. Lilis takut jika Arya sudah marah, wajahnya terlihat sangat menyeramkan.
"Bagaimana, Lis? Apa Arya sudah bangun?" tanya Rossa saat melihat Lilis menghampirinya.
"Belum bangun Bu ... Lilis nggak berani masuk ke dalam kamar Mas Arya, Bu Rossa saja ya, biar Lilis melanjutkan pekerjaan yang lain," ucap Lilis.
"Yaudah, kamu boleh melanjutkan pekerjaan kamu!" ujar Rossa.
Kali ini, Rossa lah yang pergi ke kamar Arya. Tiba di kamar Arya, Rossa segera masuk ke dalam, kebetulan pintu kamarnya tidak dikunci. Baru masuk, Rossa dikejutkan dengan keadaan kamar Arya yang sangat berantakan.
"Ya Allah sesedih ini kamu Nak, sampai kamu tega merusak diri kamu sendiri," ucap Rossa saat menemukan beberapa botol minuman keras dan banyaknya bungkus rokok.
"Arya bangun, Nak ... sudah pagi, ayo kita sarapan!" ucap Rossa membangunkan Arya.
"Arya," panggil Rossa sambil menggoyang-goyangkan tubuh Arya.
"Pergi dari sini!" usir Arya tanpa membuka mata.
"Arya, Mama tahu kamu sangat kehilangan Murni. Jangan seperti inilah, Nak ... Murni akan sedih melihat kamu seperti ini," tutur Rossa.
Tidak terima dengan ucapan Rossa. Akhirnya, Arya membuka mata dan bangun dari tidurnya. Tetapi, disini bukannya Arya menyapa sang mama malah mengusir mamanya dengan sangat kasar.
"Gue bilang pergi ya pergi!" bentak Rio sambil mendorong sang mama keluar kamarnya.
Sementara, Rossa hanya menangis melihat perubahan sikap Arya yang menjadi kasar seperti itu. Rossa menangis di depan pintu kamar Arya. Dadanya tiba-tiba merasa sesak, Rossa baru pertama kali diperlakukan seperti ini oleh Arya.
***
Hari ini tepat satu bulan sepeninggalan sang istri. Selama satu bulan ini, Arya menjadi laki-laki yang tidak punya arah tujuan. Setiap hari hanya mengurung diri di kamar saja.
Arya juga sudah tidak bekerja di kantornya. Padahal, saat ini Arya menjabat sebagai pemilik perusahaan. Tetapi, Arya lebih asik dengan dunianya saat ini.
Ketika sang mama mengetuk pintu kamarnya saja, selalu Wisnu abaikan. Hari-hari diisi oleh Wisnu dengan mengonsumsi minuman keras dan merokok. Arya sudah tidak memiliki semangat hidup lagi.
Sudah dua hari Arya tidak keluar kamar. Jelas, ini membuat Rossa, mamanya Arya khawatir. Tetapi, Rossa tidak berani mengetuk pintu kamar Arya, karena sudah beberapa kali Rossa mengetuk pintunya Arya selalu marah.
"Apa Arya sudah keluar kamar, Lis?" tanya Rossa pada asisten rumah tangga bernama Lilis.
"Belum Bu, dari semalam Mas Arya belum makan juga," jawab Lilis.
"Apa sudah kamu tawarkan makan?" tanya Rossa.
"Sudah Bu, tapi setiap Lilis ketuk pintunya, Mas Arya seperti membanting barang kearah pintu jadi Lilis takut, Bu." Lilis memang sangat takut sekali dengan sikap Arya yang sekarang ini.
"Yasudah Lis, kamu boleh lanjutin pekerjaan kamu," ucap Rossa.
Setelah berbicara dengan Lilis. Rossa memilih untuk duduk di sofa sambil melamun memikirkan nasib Arya. Apalagi, Arya ini adalah seorang CEO yang dimana dia harus bertanggung jawab atas perusahaannya.
"Apa yang harus aku lakukan agar Arya kembali lagi seperti dulu ya Allah," ucap Rossa dengan mata berkaca-kaca.
Sementara, di dalam kamar yang sangat gelap. Saat ini, Arya sedang menghabiskan sebatang rokok. Sudah lebih dari satu Minggu Arya tidak mandi sama sekali.
"Apa kamu tidak rindu denganku, Sayang?" celoteh Arya.
"Ayolah kembali ... aku akan menyambut kedatanganmu." Arya kembali menangis dengan menutupi seluruh wajahnya.
"Hiks, bahkan kau tak pernah mengangkat teleponku." Di sini Arya benar-benar frustasi.
"Aku ini seorang pembunuh ya? Bahkan, istriku meninggal saat aku yang mengendarai mobilnya." Bahkan, saat ini Arya mengatakan dirinya adalah seorang pembunuh.
Tidak hanya itu, terkadang Arya melukai dirinya sendiri dengan memukuli tembok dan menarik rambutnya. Tubuhnya pun saat ini kurus kering, belum lagi brewok dan kumisnya yang sangat lebat. Arya sudah tidak memperdulikan lagi penampilannya sekarang.
Di luar kamar ...
Saat ini sedang kedatangan paket dengan barang yang lumayan banyak daripada kemarin. Semenjak Arya mengurung diri, Arya lebih senang berbelanja online. Sebab, hampir setiap hari paket selalu berdatangan untuk Arya.
Awalnya Rossa tidak curiga. Sebab, pikir Rossa adalah barang-barang yang sengaja Arya beli. Tetapi ini hampir setiap hari.
"Siapa lagi Lis, paket?" tanya Rossa.
"Iya Bu, ini paket untuk Mas Arya," jawab Lilis.
"Biar saya buka dulu Lis, saya penasaran hampir setiap hari Arya selalu beli paket ini." Rossa lalu membuka satu persatu paket ini.
Awalnya Rossa biasa saja. Hingga ia penasaran dengan paket selanjutnya. Ketika Rossa membuka paket satunya, Rossa terkejut saat melihat banyak minuman dan rokok.
"Astaga Arya, ternyata selama ini kamu melukai diri kamu sendiri," ucap Rossa terlihat sangat shock.
Bab 1 Berduka
11/02/2024