/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
“Siapa perempuan itu?” Aruna menyipitkan mata saat mobil berhenti di depan rumah, memandangi wanita cantik yang berdiri anggun di depan pintu dengan senyuman yang merekah.
Di sebelahnya Alzam hanya tersenyum memandangi wanita di depan pintu rumah. Membuat pertanyaan dalam benak Aruna semakin besar.
“Dia Calista, istriku.”
Deg!
Aruna nyaris tak percaya mendengarnya. Berharap itu hanya gurauan saja. Lidahnya tiba-tiba kelu.
“Istrimu? bagaimana bisa? bukankah istri pertamamu adalah aku?” Aruna bertanya lagi. Namun, respon Alzam hanya terdiam.
Pekarangan rumah sederhana bernuansa modern di pinggiran pulau Bali menyambut kedatangan Aruna dan Alzam dengan kehangatan mentari sore. Dalam hati, Aruna mengira wanita itu adalah seorang pelayan, tetapi terlalu cantik dan modis jika dikatakan seorang pelayan. Dan, setelah mendengar pernyataan dari suaminya, jantung Aruna serasa berhenti berdetak.
“Kamu sedang bercanda ya, Zam?” Aruna masih tak percaya.
“Tidak. Ini adalah kenyataan!” balas Alzam.
Aruna menelan ludah. Jantungnya berdegup dengan cepat. Ia masih sangat tercengang.
Mobil berhenti. Wanita cantik yang bernama Calista itu langsung bergegas menghampiri mobil bersama dengan seorang wanita paruh baya.
“Itu Bi Yuvi. Pelayan di rumahku. Kalau ada apa-apa, kamu bisa tanya sama dia. Segala keperluanmu juga sudah disiapkan olehnya.” Alzam berujar singkat. Kemudian langsung membuka pintu mobil dan beranjak keluar.
Aruna hanya terdiam, memperhatikan tingkah suaminya yang sangat dingin. Namun, mata Aruna kembali melebar dan hampir saja ia jatuh pingsan saat melihat Alzam mendekap dan mengecup puncak kepala Calista.
“Berani sekali dia, bermesraan dengan wanita lain di hadapanku!” Aruna menatap tajam. Ia tak menyangka dengan itu semua. Deru napasnya naik turun dengan berat saat Alzam malah bergegas masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan lagi dirinya.
Bukannya mengajak dan memperkenalkan, Alzam malah bersikap sebaliknya.
“Ya Tuhan ... ujian apa lagi ini?” resah Aruna yang matanya mulai berembun. Dadanya berdesir nyeri.
“Apa-apaan ini! Bisa-bisanya Alzam menipu aku!” keluhnya lagi. Ia tak henti menggerutu kesal. Hampir saja Aruna berniat untuk kabur dari tempat itu.
Rasanya ia ingin sekali pergi dari drama kehidupan yang selalu di luar dugaan.
“Permisi, Nyonya.” Suara ketukan di kaca mobil membuat Aruna tersadar dari lamunan.
Cepat-cepat Aruna menyeka air mata dan menoleh pada wanita paruh baya yang bernama Yuvi.
“Aku harus kuat. Aku gak boleh lemah, lagipula bukan hanya Alzam yang membenci pernikahan ini, tapi aku juga!” Aruna menarik napas panjang seolah mengumpulkan banyak kekuatan. Mengingatkan dirinya tentang perjanjian bahwa tidak ingin ada cinta lagi di antara mereka. Pernikahan ini tak pernah ia impikan.
“Hai, Bi.” Aruna tersenyum menyapa hangat.
Bi Yuvi tersenyum dan mengangguk. “Mari saya bantu bawakan pakaian dan barang-barangnya. Nyonya.”
“Loh, memangnya gak ada pelayan laki-laki?” tanya Aruna.
“Tidak ada, Nyonya. Di rumah ini, hanya saya ART-nya. Paling kalau ada pun, hanya tukang kebun saja, itu pun datang hanya 1 minggu sekali,” ujar Bi Yuvi.
Aruna mengangguk. Kemudian mengedarkan pandangan ke segala arah. Menilai suasana dri rumah itu. Cukup nyaman jika hanya ditempati untuk keluarga kecil.
“Mari saya bantu, Nyonya.” Bi Yuvi langsung berjalan menuju bagasi mobil. Namun, dengan cepat Aruna menahan lengannya.
“Nggak usah, Bi. Barang-barang aku banyak banget. Gimana kalau sekarang Bibi temanin aku keliling rumah. Aku kan orang baru, jadi butuh banyak adaptasi kayaknya,” ujar Aruna, membuat Bi Yuvi mengernyit keheranan.
/0/15560/coverorgin.jpg?v=1abf4e9093069af78f34ad8dffc00a3f&imageMogr2/format/webp)
/0/6523/coverorgin.jpg?v=8e0004fc35f893d47a86f931aafe544d&imageMogr2/format/webp)
/0/15159/coverorgin.jpg?v=3a71ec34291e2bd259b4575096d502d8&imageMogr2/format/webp)
/0/30775/coverorgin.jpg?v=731db4b34ca54d4a4d26dda2ee411444&imageMogr2/format/webp)
/0/16954/coverorgin.jpg?v=abe6b77a363c516b519ac498cd3e19d3&imageMogr2/format/webp)
/0/15239/coverorgin.jpg?v=20250123120615&imageMogr2/format/webp)
/0/4382/coverorgin.jpg?v=f9c51cb1841bd06ffa357aea457d8f41&imageMogr2/format/webp)
/0/23788/coverorgin.jpg?v=49b7e99d293c396a41c9a16456321089&imageMogr2/format/webp)
/0/3570/coverorgin.jpg?v=d5742184555360c3885488556c45dfc7&imageMogr2/format/webp)
/0/10786/coverorgin.jpg?v=acca911ad3273c023b5b25527cb43fb0&imageMogr2/format/webp)
/0/16783/coverorgin.jpg?v=6f5af9220dd74d8a2e32f1388e982978&imageMogr2/format/webp)
/0/8828/coverorgin.jpg?v=9f0cb9a48303b3fe771a93609807e46a&imageMogr2/format/webp)
/0/7370/coverorgin.jpg?v=00309cc73bf41177261dc1503e2463a9&imageMogr2/format/webp)
/0/6208/coverorgin.jpg?v=07ac3c4377f57d7fd0471ba83b4acb18&imageMogr2/format/webp)
/0/15074/coverorgin.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038&imageMogr2/format/webp)
/0/12634/coverorgin.jpg?v=5cc210e46ea5ee389a0a2e1911a32a2e&imageMogr2/format/webp)
/0/26396/coverorgin.jpg?v=948f50f3180d2a821bc99b2cbb166d2b&imageMogr2/format/webp)
/0/3089/coverorgin.jpg?v=0ea2572eb873c3ee6e372fcdbf92fd1c&imageMogr2/format/webp)
/0/13527/coverorgin.jpg?v=d165abf67620b08b551b5432c07a8280&imageMogr2/format/webp)
/0/26240/coverorgin.jpg?v=662fe648190aa082e7081b5f60cf8b56&imageMogr2/format/webp)