Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Sang Majikan
Derap langkah laki-laki itu terdengar jelas di ruangan lembab yang dulu nya di jadikan gudang penyimpanan bahan pangan. Sekarang hanya menyisakan sebuah ruangan tidak ter-urus yang beberapa waktu lagi akan menjadi tempat pembantaian yang mungkin tidak akan terlupakan oleh orang-orang sekitar bangunan tua itu. Para anak buah laki-laki itu mengikuti tuan nya, tangan mereka masing-masing memegang sebuah pistol. Pakaian serba hitam menjadi ciri khas mereka, dengan setelan jas rapi dan sepatu both. Nyaris semua wajah mereka tidak ada keramahan sedikit pun.
"Tembak kepala mereka satu-persatu," suara dingin laki-laki itu terdengar memecah keheningan yang beberapa saat lalu tercipta. Wajah arrogant nya terlihat jelas ketika dia berdiri tepat di bawah satu-satu nya lampu yang menyala di ruangan itu.
"Kenapa tidak di ledakan saja gedung ini tuan?" Tanya Zoro, seorang tangan kanan Alpha angkat bicara.
"Jika di ledak-kan, tidak akan ada jeritan histeris keluarga mereka yang melihat kepala orang tersayang mereka menggelinding seperti bola," ucap Alpha santai.
"Hanya ada sisa-sisa tulang mereka yang menjadi abu, apa guna nya," sambung Alpha. Zoro mengangguk, dia paham sekarang kenapa Alpha ingin kepala mereka di penggal satu-persatu. Agar meninggalkan bekas, meninggalkan bukti tragis. Karna tujuan Alpha sebenarnya adalah membuat keluarga mereka tersiksa secara perlahan.