Love By Accident

Love By Accident

meimei

4.6
Komentar
5.1K
Penayangan
6
Bab

Karena sebuah kesalahan, Liz memiliki anak dengan Caden, pria yang bahkan nyaris tidak ia kenal. Caden sendiri tidak tahu hal tersebut. Ia membenci Liz yang dianggap memang sengaja menjebak dirinya. Hingga Liz dan Caden kemudian kembali bertemu bertahun kemudian

Bab 1 Satu

Bocah lelaki itu berlari kecil menuju meja. Tanpa menghiraukan peluh yang bercucur, tangannya terulur untuk mengambil salah satu kue berwarna cerah yang tersaji di atas meja. Seorang perempuan muda segera menahan tangan bocah tersebut.

"Cuci tanganmu dulu, Axel. Setelah pulang sekolah, langsung mau makan kue, kotor banget pasti tuh tangan," tegur perempuan berparas jelita tersebut.

"Mom, kuemu pasti enak sekali. Aku ingin mencicip."

"Cuci tangan dulu baru makan kue. Ganti seragammu juga!"

Wajah Axel menunduk. Ia kemudian segera bergegas berdiri dari duduknya dan berlari menuju kamar.

***

"Mom terlalu cerewet, padahal aku ingin cepat-cepat makan kue. Kalau begini, aku tetap saja nggak bakal kebagian," keluh Axel dalam hati. Setelah berganti pakaian, bocah lelaki berusia tujuh tahun tersebut berjalan dengan wajah cemberut.

"Axel, kenapa, Sayang?" tanya seorang perempuan paruh baya yang berjalan menghampiri bocah itu.

Axel tetap saja berjalan tanpa menjawab. Ia kemudian duduk di kursi. Menopang pipi gembilnya dengan kedua tangan. Di depannya, meja yang tadi penuh kue kini telah kosong.

Mata Axel kemudian berbinar saat melihat sebuah tangan mengulurkan tiga potong kue padanya. Segera ia mengambil kue tersebut. Wajah bocah lelaki tersebut mendongak. Ia semakin ceria saat melihat ternyata perempuan muda tadi yang memberi dia kue.

"Makasih, Mom," tukasnya sambil kemudian melahap kue tersebut dengan cepat. Ia kemudian mengacungkan jempol dan memeluk perempuan yang berdiri tidak jauh darinya tersebut.

Saat Axel kembali sibuk melahap kuenya, wanita yang tadi segera menghampiri si perempuan muda.

"Axel sudah besar sekarang. Dia pasti membutuhkan ayahnya. Kapan kau akan menceritakan tentang dia, Liz?" tanya beliau. Si perempuan muda berambut panjang tersebut menggeleng.

"Dia tidak butuh ayahnya. Aku bisa membesarkan dia sendiri."

"Dia pasti membutuhkannya. Axel juga membutuhkan sosok laki-laki untuk menjadi pembimbing dia."

Perempuan muda bernama Liz tersebut tetap saja menggeleng. Ia bisa membesarkan Axel sendiri. Ia bisa menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak semata wayangnya tersebut.

"Jika kau tidak mau dengan ayah Axel, kau mungkin bisa mencoba dengan pria lain," ujar wanita di samping Liz tersebut lagi.

"Aku tidak membutuhkan pria. Axel sudah memiliki aku, dia tidak butuh orang lain, Bu Emma," sahut Liz dengan nada tegas.

***

Alizza Fahranita. Orang-orang biasa memanggil dia Liz atau Lizza. Dulu ia tidak memiliki kehidupan seperti sekarang. Hidup dulu selalu ia sambut dengan penuh antusias dan keceriaan. Namun, semua berubah sejak hampir delapan tahun lalu. Saat itu, Liz masih muda. Ia baru saja lulus dari mencecap bangku kuliah dan pergi ke kota Gaitenberg untuk mendapat pekerjaan.

Kota Gaitenberg memang adalah kota besar. Banyak pendatang seperti Liz datang ke kota tersebut untuk mendapat pekerjaan lebih baik daripada yang ditawarkan kota asal mereka.

Liz diterima bekerja di sebuah perusahaan. Di hari pertama ia bekerja, beberapa teman kerja mengajak ia pergi ke bar. Ia ingin menolak, tetapi mereka terus bersikeras. Liz tahu jika ia tetap menolak, mungkin mereka tidak akan ada lagi yang mau berkawan dengannya. Namun, kini Liz tahu seharusnya ia tetap menolak. Jika malam itu ia tidak pergi, hidupnya sekarang pasti akan menyenangkan. Ia mungkin telah menduduki jabatan di perusahaan. Tidak bekerja membuat kue di kota kecil sambil membesarkan sendiri seorang anak.

Tidak, ia tidak menyesali keberadaan Axel. Bocah itu seperti mentari yang menyinari kegelapan hidupnya. Axel adalah permata paling berharga yang pernah ia terima. Hanya saja ia menyesal kebodohan yang ia buat, juga orang tua yang telah ia buat kecewa. Ia menyesal tidak bisa memberikan keluarga utuh pada Axel. Seandainya Axel terlahir dalam keluarga perkawinan normal, bocah itu tidak akan kehilangab kasih sayang seorang ayah.

Liz menyeka air mata yang mengalir di pipi tanpa sadar. Akan tetapi, kesalahan sudah terjadi kini. Air yang telah tumpah tidak bisa kembali utuh di dalam gelas. Ia hanya bisa tegar dan terus menjalani hidup.

***

Caden Farrel Ervano tidak pernah melupakan kejadian pada malam delapan tahun lalu tersebut. Saat itu, ia masih begitu muda. Usia baru menginjak angka dua tiga. Malam tersebut ia mabuk berat setelah putus dengan Jasmine, gadis yang selama ini menjadi kekasihnya. Siapa sangka Jasmine ternyata tega untuk mengkhianati cinta mereka yang terjalin semenjak remaja. Gadis itu bahkan menjalin hubungan dengan sahabat Caden sendiri.

Caden menyuruh Jasmine untuk memilih dan nyatanya Jasmine memilih temannya itu.

"Dia lebih baik dan perhatian darimu. Ia bisa memberikan apa yang aku mau," ujar gadis itu saat Caden bertanya alasan.

'Memberikan apa yang dia mau? Apa aku juga tidak bisa melakukan hal yang sama?' geram Caden dalam hati. Kegeraman yang sampai kini masih dia rasakan. Kegeraman yang justru menjerumuskan dia pada hal yang salah.

Malam itu, ia menjadi mabuk. Masuk ke sebuah kamar dan melihat sosok yang dalam pandangan dia adalah Jasmine. Semalam ia dan gadis tersebut menikmati malam bersama dibuai dalam kenikmatan yang tanpa mereka sadari adalah kesalahan besar.

Saat pagi tiba, Caden baru menyadari bahwa gadis yang telah bermalam bersamanya bukanlah Jasmine, melainkan seorang gadis yang bahkan tidak ia kenal. Gadis tersebut juga tampak terkejut dan ketakutan. Segera membungkus tubuh polosnya dengan selimut. Akan tetapi, Caden tetap yakin bahwa gadis tersebut hanya bersandiwara. Sengaja berpura-pura terkejut di depannya agar bisa memeras dirinya. Caden kemudian gadis itu sejumlah uang. Teman tidurnya tersebut berteriak marah dan memaki, berkata tidak mau menerima sepeser uangpun darinya. Akan tetapi, Caden tidak peduli dan segera keluar dari kamar tersebut setelah meletakkan sejumlah uang di tempat tidur.

Mata Caden yang terpejam terbuka. Ingatan delapan tahun lalu tersebut lenyap. Mobil miliknya berhenti di depan sebuah gedung pencakar langit. Gedung berdinding pualam nan mewah tersebut adalah milik sang kakek dan kini ia adalah pengelola tunggal dari gedung tersebut.

"Ada apa?" tanya Caden saat melihat sang sopir berulangkali melihat padanya. Tony -nama sopir tersebut bukan hanya sopir Caden, dia juga asisten pribadi sekaligus orang kepercayaan Caden-

Tony kembali menatap. Keraguan terpancar di wajah pria itu. Ia berulangkali membuka mulut, seperti hendak berbicara, tetapi tidak ada kata yang keluar.

"Katakan saja ada apa!" seru Caden tidak sabar. Akqn tetapi, Tony tetap saja terlihat ragu.

"Apa gadis itu meminta uang lagi?" tanya Caden kemudian. Dengan perlahan, Tony mengangguk.

Caden berdecak kesal. Semenjak peristiwa delapan tahun lalu, gadis yang tidur bersamanya tersebut tidak melepas dia dan terus meminta uang.

"Beritahu dia. Aku pasti akan memberi uang padanya. Tidak perlu terus menuntut seperti sekarang!"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh meimei

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku