Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjerat Dendam Pernikahan

Terjerat Dendam Pernikahan

Bait Rindu

5.0
Komentar
3.3K
Penayangan
13
Bab

Reyzain hendak melakukan acara pernikahan di sebuah gedung dengan kekasihnya, Denara. akan tetapi, ditengah jalan, sang calon istri mengalami kecelakaan dan meninggal saat dibawa ke rumah sakit. ia patah hati. mengetahui bahwa sang calon istri ditabrak, ia bersumpah akan membalas dendam untuk mendiang Denara. sementara itu, Velenzuela juga kehilangan kekasih, Artur saat hendak mendatangi pernikahan sahabatnya yakni Denara. kedua mobil itu tanpa sengaja saling bertabrakan. menyebabkan Reyzain murka dan ia justru menikah dengan Valenzuela guna membalas dendam. akankah pernikahan keduanya bahagia?

Bab 1 Tragedi Pernikahan

Bab 1. Tragedi Pernikahan

Seorang wanita yang mengenakan baju pengantin, memasuki mobil jemputan yang dikirimkan oleh calon suami. Wajah yang sudah dipoles make-up tipis tersebut sudah membuat Denara Maurenza begitu cantik dan anggun. Bibir tipis tertarik ke atas sehingga menciptakan sisi lesung pipi ketika menyinggung seuntai senyuman.

Bunyi notifikasi masuk. Jari lentiknya segera menggeser layar ponsel dan membaca pesan yang dikirimkan oleh calon suaminya.

[ Aku tidak sabar ingin melihat kecantikan darimu, sweety. Segeralah datang. Aku menunggumu ]

Perlahan, mobil metalik mewah warna hitam itu melaju membelah jalan raya untuk menuju ke sebuah gedung mewah milik calon suaminya, Reyzain.

Denara segera menyusun kalimat untuk dikirimkan kepada calon suaminya. [ Hehehe, bersabarlah sayang. Aku akan datang kepadamu. Dan setelah itu, kau berhak ingin melakukan apapun padaku! ]

[ Bolehkah tunjukkan foto atau sekadar Video Call? Sungguh aku ingin melihat dirimu secara langsung ]

Denara tersenyum singkat dan melanjutkan balasan. [ Tunggulah sampai aku tiba di gedung pernikahan kita. Kau bisa memandang diriku dengan puas nantinya ]

[ Aku tidak sabar. Dan mintalah sopir pribadiku untuk segera cepat, please ]

[ Biarkan saja kau menunggu, aku jadi penasaran, pasti wajahmu saat ini kusut. Wkwkwk ] Denara malah meledek.

[ Awas saja bila kita sudah sah. Aku tidak akan membiarkan dirimu lari dan beranjak sejenak dari kukunganku! ] Lagi-lagi Reyzain melemparkan godaan hingga membuat pipi Denara merona seketika.

[ Aku menantikannya. Sebuas apa kira-kira suamiku nantinya? Hahaha ] diujung kalimat, wanita yang mengenakan gaun putih tersebut menyisipkan emoticon terbahak-bahak.

[ Tunggu saja nanti. Love you ]

Saat Denara ingin mengirimkan sebuah balasan, mendadak mobil yang dikendarai oleh dirinya dan sopir tidak bisa dikendalikan sebab rem blong. Membuat wajah cantiknya terlihat pucat. Apalagi saat di tikungan, mobilnya menabrak mobil putih yang hampir saja memasuki pelataran gedung pernikahan.

Bruuuk!

Bunyi dentuman membuat dua mobil itu rengsek. Sang sopir masih terjebak dalam mobil yang menghimpit dirinya, cairan kental warna merah tersebut menetes dari kening, telinga dan juga hidung. Denara terpental keluar dan kepalanya langsung saja menabrak besi penyangga lampu. Darah segar membanjiri kepalanya hingga menembus ke trotoar parkiran.

Sementara di mobil putih, Artur yang menyetir menghembuskan nafas terakhirnya seketika. Sementara wanita di sebelahnya hanya menatap dashboard mobil sehingga membuat dirinya pingsan.

Dalam hitungan detik, orang-orang yang mendengar bunyi dentuman mobil yang bertabrakan tersebut saling berhamburan keluar. Reyzain menyeret langkah kakinya pada sosok wanita yang sudah terkapar di lantai parkiran mobil.

Jantungnya berdetak kencang dengan kekhawatiran yang sangat kentara terlihat dari seraut wajah oval yang mengenakan tuxedo warna putih yang senada dengan Denara. Saat langkahnya semakin dekat, dan ketika mengetahui bahwa yang tergeletak adalah calon istrinya, Reyzain berteriak histeris. "Tidaaak! Denaraaa!"

Lelaki itu segera mendekap Denara, baju putihnya terkena noda cairan merah yang terus-menerus mengalir dari tempurung calon istri. Ia segera membopong tubuh lemah itu ke dalam mobil guna melajukan menuju ke rumah sakit dengan menyetir kesetanan.

Sesampainya di rumah sakit, tubuh Denara segera diletakkan di brankar dan memasuki ruangan ICU. Sayangnya ia tidak diizinkan masuk sebab sang dokter mencegahnya.

"Mohon Tuan tunggu sebentar supaya tim medis memeriksanya!" cegah perawat wanita yang melarang Reyzain untuk masuk.

Meskipun kesal, ia menurut. Bibirnya terus berdoa agar calon istri selamat. "Ara, semoga kau baik-baik saja. Bagaimana bisa kau mengalami kecelakaan saat kita hendak melakukan pemberkatan pernikahan?" tanyanya yang dijawab oleh angin.

Di saat Reyzain menunggu, datanglah tiga orang yang sangat Reyzain kenal. Salah satunya adalah sopir pribadinya. Juga sahabat dekat calon istrinya, Valenzuela dan Artur. Meskipun penasaran ia tetap menunggu sang dokter yang memeriksa Denara keluar.

Setelah menunggu kurang lebih tiga puluh menit, Dokter Edmon memberikan informasi.

"Hmmm, tuan, sebenarnya saya ingin mengatakan sesuatu!" ucapan yang ambigu itu membuat Reyzain bertanya-tanya.

"Katakanlah, cepat. Bagaimana keadaan calon istri saya?"

"Sebenarnya, wanita tadi, sudah meninggal saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Kami sudah berusaha membuat jantungnya kembali dengan alat kejut jantung, akan tetapi--,"

Perkataan sang dokter dijawab oleh Reyzain. "Tidak mungkin! Dokter pasti salah. Coba periksa sekali lagi!"

Reyzain berteriak dan menyeret tangan sang dokter. Meskipun terpaksa, dokter itu melakukan kembali pemeriksaan dengan alat kejut jantung.

"150 Joule!" teriak dokter yang segera mendekatkan dua alat kejut jantung pada tubuh mempelai wanita.

"Sekali lagi!" teriak Reyzain histeris. Ia bahkan sudah melihat pada alat elektrokardiogram yang grafiknya sudah lurus.

"200 Joule!"

Terakhir kali dokter berseru, "300 Joule!"

"Cukup! Jangan ulangi!" seru Reyzain menghentikan aksi tim medis. Ia menggeleng kepala berulang kali, mencoba menampik kenyataan bahwa orang yang dicintainya telah berpulang ke pangkuan sang Pencipta. Reyzain segera menghambur ke pelukan Denara dan mengeluarkan cairan bening serupa kristal.

Mencoba membangunkan wanita yang terbujur kaku itu dengan bisikkan, "Sayang, hei. Ayo bangun. Jangan bercanda. Bukankah kau berjanji bahwa kita akan menikah. Sekarang, ayo bangun."

Tim medis yang melihatnya tidak tega dan melihat ke arah jam dinding. Mengumumkan berita kematian. "Pasien meninggal pada pukul sepuluh lima belas menit."

"Tidak, sayang. Hei. Aku tahu kau mendengarkan aku, iyakan?" tanya Reyzain dengan menepuk-nepuk wajah Denara yang pucat. Meskipun tak ayal, wajahnya tetap cantik. Hanya terdapat perban di bagian kepala yang semakin berwarna merah.

"Sayang, bukankah kau berjanji akan memberikan aku banyak anak nantinya? Hmmm, sekarang kenapa kau malah tidur?" rancau Reyzain dan mendapati bahwa wanita yang tertidur itu tidak bergerak sama sekali.

Kedua tangannya terkepal. Ia bergegas menggendong tubuh calon istrinya tersebut dengan langkah lunglai. Ia telah kehilangan separuh nafas dalam hidupnya.

"Tu-tuan?" sapa sang sopir yang tadi berkendara dengan Denara. Lelaki yang memakai perban dan sedikit pincang itu melontarkan tanya, "Bagaimana keadaan Nona Denara?"

Reyzain menghentikan langkah. Ia mendengar suara yang begitu familiar tersebut lantas menjawab, "Bagaimana bisa calon istriku mengalami kecelakaan, hah? Apakah kau tahu, bahwa Denara ... Dia--"

Reyzain tak kuasa mengatakan bahwa wanita yang dalam gendongan itu sudah meninggal. Lidahnya terlalu kelu. Sang sopir segera menjelaskan dengan menunduk.

"Maafkan saya, Tuan. Tiba-tiba saat memasuki gedung, rem mengalami blong. Dan kami tertabrak oleh mobil putih."

"Segera cari tahu siapa pelaku yang mengendarai mobil tersebut, dan laporkan padaku dengan detail. Jangan ada satupun yang terlewat!"

Usai mengatakan itu, Reyzain memindahkan Denara di jok mobil. Kali ini, ia sendiri yang akan mengurus pemakaman kekasihnya.

Disisi lain, Valenzuela baru saja membuka netra abunya dan merasakan sakit kepala yang begitu hebat. Pandangan merotasi ke sekeliling ruangan, hanya ada dirinya dan Artur yang sedang diperiksa oleh dokter.

Wanita yang mengenakan dress warna cream itu menghentakkan tubuhnya menjadi duduk. Ia segera turun dari ranjang dan mendekat ke arah kekasihnya.

"Dokter, bagaimana dengan kekasihku?" tanyanya lembut dan ia berusaha menopang tubuhnya yang masih sempoyongan.

Meskipun sudah berusaha, namun mau tidak mau, dokter perempuan itu mengatakan sesuatu.

"Maafkan saya Nona. Kekasih anda terlambat di bawa rumah sakit sehingga ...."

"Sehingga apa?" tanya Velenzuela menuntut tanya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku