Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Anya bungkam, pikirannya kosong terlebih saat pembawa acara mempersilakan para tamu yang hadir memberikan harga fantastis untuk membawa ia pulang. Pandangan wanita itu sama sekali tak teralih dari Tuan Muda Maxton, sorot yang kian menajam itu tak berhenti Anya perlihatkan.
Haden sama, laki-laki matang itu bahkan tak mengerti sejak kapan dirinya terus berpusat pada manik hazel dengan tatapan menajam itu.
“Tawarannya sangat tinggi, padahal wanita sebelumnya tak sampai dua ratus ribu dolar,” ujar James dengan nada membisik. Maxton tak menanggapi ucapan sang tangan kanan, pria itu malah kembali memusatkan atensi pada lautan manusia di hadapannya.
“Tiga ratus ribu dolar,” tawaran selanjutnya mengudara.
“Tiga ratus lima puluh dolar,” balas pebisnis lain setelah terdapat jeda selama beberapa saat. Keadaan kembali hening, tentunya para pelelang menunggu tawaran yang lebih tinggi. Anya tak peduli, pun jika ia berhasil di beli dengan harga fantastis yang ia dengar dengan indra pendengarannya sendiri, gadis itu bisa membunuh usai berhasil mendapatkan senapannya kembali. Yang jelas, ia harus keluar dari tempat ini lebih dahulu, sebab ia sama sekali tidak memiliki kuasa apapun saat ini.
“Tawaran yang fantastis, Tuan Edward. Apakah sudah tidak ada yang berniat menawar?” Pembawa acara bersuara, ia mengudarakan tanya di kalimat terakhir. Tentunya hal itu berhasil membuat pada undangan saling bersitatap, Tuan Edrward yang bertahan dalam penawaran yang amat tinggi itu hanya tersenyum puas dengan dagu yang dinaikkan. Tentunya tengah merasa tidak ada satu pun pebisnis lain yang berniat mengalahkannya. Tiga ratus lima puluh ribu dolar bukan harga yang bisa dikatakan normal. Entah apa yang membuat mereka merasa tertarik memberikan harga tak main-main pada Anya.
“James,” panggil Haden. Pandangannya sama sekali tak berniat teralih, tetap menatap manik hazel milik salah satu wanita di atas panggung.
“Ya, tuan?” balas pria itu merespons. Tentunya masih tetap dengan posisi berdiri tegap.
“Bagaimana menurutmu?” Haden bertanya. Mendengar pertanyaan kelewat samar itu, James mengangkat kedua alisnya. Pertanyaan yang baru saja sang tuan udarakan tengah merujuk pada apa?
“Maaf tuan?” tanyanya.
Haden mengembuskan napas pendek, “Wanita yang sedang di tawar,” ujar pria itu memberikan penjelasan. James tersentak selama beberapa saat, merasa tidak menyangka dengan arah pertanyaan yang sebelumnya Tuan Muda udarakan.
“Cukup menarik, hanya terlihat berbeda dengan wanita sebelum-sebelumnya,” jawab James mencoba menilai. Haden langsung menoleh dengan kedua alis terangkat, “Berbeda?”
James menganggauk satu kali untuk dijadikan respon balasan, “Terlihat agresif lewat pandangan tanpa takutnya sekarang,” balasnya.
Haden langsung mengangguk membenarkan, “Kurasa juga begitu.”
Kembali terdapat jeda antar perbincangan keduanya, rupana tawaran yang sebelumnya diudarakan Tuan Edward belum berakhir. Penawaran tetap berlanjut dengan harga yang terus menerus naik.