Haden Maxton jatuh hati untuk pertama kalinya, ia mencaritahu segala hal tentang Anya; gadis yang ia selamatkan dari pelelangan wanita. Sayangnya, ia malah mengetahui fakta tak terduga, Anya adalah pembunuh bayaran telah lama mengincar nyawanya. Mereka dihadapkan dengan dendam dan cinta dalam satu waktu yang sama. "Jangan gegabah, okay? Itu peluru terakhirmu." Bahkan saat sang gadis menodongkan pistol ke arahnya, perasaan Haden tak berubah. Anya adalah dunianya, anggap Haden bodoh karena siap menerima tanggal kematian kapan saja.
Anya bungkam, pikirannya kosong terlebih saat pembawa acara mempersilakan para tamu yang hadir memberikan harga fantastis untuk membawa ia pulang. Pandangan wanita itu sama sekali tak teralih dari Tuan Muda Maxton, sorot yang kian menajam itu tak berhenti Anya perlihatkan.
Haden sama, laki-laki matang itu bahkan tak mengerti sejak kapan dirinya terus berpusat pada manik hazel dengan tatapan menajam itu.
"Tawarannya sangat tinggi, padahal wanita sebelumnya tak sampai dua ratus ribu dolar," ujar James dengan nada membisik. Maxton tak menanggapi ucapan sang tangan kanan, pria itu malah kembali memusatkan atensi pada lautan manusia di hadapannya.
"Tiga ratus ribu dolar," tawaran selanjutnya mengudara.
"Tiga ratus lima puluh dolar," balas pebisnis lain setelah terdapat jeda selama beberapa saat. Keadaan kembali hening, tentunya para pelelang menunggu tawaran yang lebih tinggi. Anya tak peduli, pun jika ia berhasil di beli dengan harga fantastis yang ia dengar dengan indra pendengarannya sendiri, gadis itu bisa membunuh usai berhasil mendapatkan senapannya kembali. Yang jelas, ia harus keluar dari tempat ini lebih dahulu, sebab ia sama sekali tidak memiliki kuasa apapun saat ini.
"Tawaran yang fantastis, Tuan Edward. Apakah sudah tidak ada yang berniat menawar?" Pembawa acara bersuara, ia mengudarakan tanya di kalimat terakhir. Tentunya hal itu berhasil membuat pada undangan saling bersitatap, Tuan Edrward yang bertahan dalam penawaran yang amat tinggi itu hanya tersenyum puas dengan dagu yang dinaikkan. Tentunya tengah merasa tidak ada satu pun pebisnis lain yang berniat mengalahkannya. Tiga ratus lima puluh ribu dolar bukan harga yang bisa dikatakan normal. Entah apa yang membuat mereka merasa tertarik memberikan harga tak main-main pada Anya.
"James," panggil Haden. Pandangannya sama sekali tak berniat teralih, tetap menatap manik hazel milik salah satu wanita di atas panggung.
"Ya, tuan?" balas pria itu merespons. Tentunya masih tetap dengan posisi berdiri tegap.
"Bagaimana menurutmu?" Haden bertanya. Mendengar pertanyaan kelewat samar itu, James mengangkat kedua alisnya. Pertanyaan yang baru saja sang tuan udarakan tengah merujuk pada apa?
"Maaf tuan?" tanyanya.
Haden mengembuskan napas pendek, "Wanita yang sedang di tawar," ujar pria itu memberikan penjelasan. James tersentak selama beberapa saat, merasa tidak menyangka dengan arah pertanyaan yang sebelumnya Tuan Muda udarakan.
"Cukup menarik, hanya terlihat berbeda dengan wanita sebelum-sebelumnya," jawab James mencoba menilai. Haden langsung menoleh dengan kedua alis terangkat, "Berbeda?"
James menganggauk satu kali untuk dijadikan respon balasan, "Terlihat agresif lewat pandangan tanpa takutnya sekarang," balasnya.
Haden langsung mengangguk membenarkan, "Kurasa juga begitu."
Kembali terdapat jeda antar perbincangan keduanya, rupana tawaran yang sebelumnya diudarakan Tuan Edward belum berakhir. Penawaran tetap berlanjut dengan harga yang terus menerus naik.
"Empat ratus tiga puluh ribu dolar!" Penawaran berikutnya mengudara. Pekikan dari berbagai arah terdengar. Harga yang amat sangat tinggi itu diudarakan oleh Tuan Gerlad. Mendapati rekan bisnisnya mengudarakan tawaran, Haden menolehkan pandang. Ia menatap Gerlad dengan ekspresi tak terbaca yang masih dipertahankannya.
"Tidak ada yang memasang harga melebihi Tuan Gerlad?" tanya pembawa acara yang sepertinya siap mengakhiri penawaran harga di empat ratus tiga puluh ribu dolar.
Anya terus menatap Tuan Haden, begitupun sebaliknya. Keduanya sama-sama larut dalam pandangan mendalam yang sudah berlangsung entah sejak kapan.
"Lima ratus ribu dolar." Suara serak dengan nada rendah itu mengudara begitu saja. Tuan Muda Maxton mengeluarkan suara untuk pertama kali dalam pelelangan. Tak kalah mengejutkan, pria itu menawar dengan kocek yang jelas amat menggiurkan. Pandangan semua orang di dalam ruang luas ini kini tertuju pada Haden, tetapi laki-laki itu hanya tetap memusatkan atensi pada gadis yang kini juga tengah menatapnya dengan sorot pandang penuh keterkejutan.
James sebagai sang tangan kanan ikut menoleh dengan ekspresi terkejut, mengapa Tuan muda bertindak tak pada tempatnya? Jadi, ini ending dari pertanyaaan yang sebelumnya Tuan Maxton udarakan? Laki-laki itu berniat menawar wanita yang sudah menarik perhatian sejak awal.
Anya menatap Tuan muda Maxton dengan pandangan tak percaya, terdapat sedikit sorot keterkejutan di dalamnya. Mau bagaimanapun lima ratus ribu dolar bukan sejumlah uang yang sedikit. Tentunya, para undangan yang lain tak bisa mengudarakan penawaran harga lagi. Patokan harga yang Haden udarakan melebihi batas kewajaran pelelangan sebelum-sebelumnya.
"Lima ratus ribu dolar?! Tuan Maxton untuk pertama kalinya ikut menawar, saya ikut merasa terhormat." Suara melengking itu mengudara. Madam Elis naik ke atas panggung secara tiba-tiba sembari mengambil alih microphone dalam genggaman pembawa acara. Bingkaian wajah wanita setengah baya penyelenggara pelelangan wanita malam ini dipenuhi dengan binar senang. Anya meliriknya sekilas, lalu terang-terangan merotasikan kedua bola mata. Madam Elis adalah wanita paling tamak yang pernah Anya temui sepanjang hidupnya.
"Tuan Haden, anda benar-benar hadir. Pilihan anda memang tak pernah salah," puji Madam Elis dengan senyum yang enggan pudar pada wajahnya sekarang. Haden hanya mengangguk satu kali dengan wajah tenang untuk dijadikan respon balasan. Sedangkan James hanya bisa memalingkan wajah sembari mengembuskan napas panjang. Ini akan menjadi rumit. Berhubungan dengan orang-orang di dalam klub malam ini tak akan berujung baik, mereka semua memiliki sifat tamak yang telah tertanam dalam-dalam. Lantas mendapati tawaran tertinggi dimenangkan oleh sang tuan, para tamu undangan yang lain pasti akan merasa tak senang. Terlebih mengingat Tuan muda Maxton baru pertama kali berada di pelelangan.
"Baiklah, sepertinya tidak ada yang bisa melampaui harga yang Tuan maxton ajukan. Wanita ini milik tuan Haden." Pembawa acara menunjuk Anya. Merasa ditunjuk dengan tak menyenangkan sedemikian. Anya kembali menatap keadaan sekitar dengan tatapan tajam. Dan tatapan itu tertangkap dalam pandangan Haden.
"Tuan, anda yakin?" James bertanya. Laki-laki itu memang penuh dengan keraguan. Segala apapun yang terjadi pada tuan muda pasti akan laki-laki itu ragukan. Tentunya agar ia tak lengah dalam mengemban tugas yang dibebankan.
Haden menoleh, "Tidak ada salahnya bukan?" Laki-laki itu malah balik bertanya dengan satu alis terangkat. Haden sepertinya terbawa dalam manik hazel milik wanita yang telah ia tawar dengan harga tertinggi. Ia sendiri tidak tahu untuk apa melakukan hal itu, hanya saja Haden merasa sedikit tertarik.
James memilih bungkan, pria tegap dengan peran tangan kanan terpercaya tuan muda Maxton itu memilih menurut dan mengikuti alur permainan yang mungkin tengah tuannya rencanakan.
Haden kembali memusatkan pandang ke arah panggung, manik jelaga miliknya kembali bersitubruk dengan manik hazel milik wanita itu. Dari posisinya saat ini, Haden merasa cukup pandai menilai ekspresi dan tatapan setiap orang. Namun mengapa kesan yang ia dapat tiap kali menyelam dalam manik hazel itu hanyalah tatapan tenang yang menghanyutkan.
James mengembuskan napas untuk kesekian kali, pria itu ikut menatap ke arah wanita di atas panggung. Haruskah ia berkata jika wanita itu cukup beruntung? Secara tidak langsung, hidup wanita itu telah diambil alih. Ia milik Tuan Haden.
"James, beri dia obat tidur. Pastikan tetap dalam alam bawah sadar hingga sampai di mansion utama," perintah Haden. Usai setelahnya, pria matang itu beranjak. Tentunya guna menyelesaikan sejumlah uang pada Madam Elis. James untuk kesekian kalinya tertegun begitu dialog itu mengudara, Tuan muda ingin membawa gadis itu langsung ke mansion utama?
Bab 1 GADIS LIMA RATUS RIBU DOLAR
06/08/2022
Bab 2 TIDAK, AKU HANYA INGIN DIA.
06/08/2022
Bab 3 ANTARA HIDUP DAN MATI
06/08/2022
Bab 4 TUAN DAN NONA
06/08/2022
Bab 5 JEBAKAN OBAT TIDUR
06/08/2022
Bab 6 PEMBUNUH BAYARAN
07/08/2022
Bab 7 CARA LAIN UNTUK MEMBUNUH HADEN
07/08/2022
Bab 8 EKSPRESI YANG SULIT DIBACA
07/08/2022
Bab 9 WANITAKU
07/08/2022
Bab 10 ANYA TERLUKA
07/08/2022