Milik Tuan Haden; Antara Dendam dan Cinta
ELUM PEL
membalas dendam. Lautan manusia yang menetap di dalamnya ia perumpamakan sebagai figuran tak kas
tiannya sejak kedua langkah kakinya menyebrang jalan. Usai berhasil menapak trotoar, ia terlebih dahulu menghela napas panjan
yang sulit untuk sekadar disapa atau dimenangkan. Tak seperti kebanyakan wanita dalam kl
uhnya menyenangkan, tetapi setidaknya ini
terangkat. Ia menatap bartender yang kini mengula seutas senyum dengan tangan menyodorkan gelas kecil berisi wiski. Anya bergeming di tempat selama bebe
an mendekat dan mendudukan diri di salah satu kursi dengan meja sebagai pembatas
as sebelum menganggukan kepala dengan netra terpejam untuk dijadikan respon balasan. Mendapati anggukan Anya, bartender itu terkekeh kecil. Tampaknya
enapan. Mereka memang tidak tahu jika Anya adalah pembunuh bayaran, tetapi mendapati wanita pirang itu se
rtanya. Daren adalah
apati Anya bertanya hal seperti ini. Biasanya gadis i
k melihat-lihat. Tidakkah kau tahu hal ini?" Kedua al
ita adalah hal ilegal yang sudah biasa ia dengar. Namun ini adalah pertama kali
mberitahu. Lantas laki laki di hadapan Anya langsung menanggapinya
s dan selalu berpindah-pindah tak terarah. Tentunya akan berakhir kembali
as miliknya diambil alih, lantas mendapai cairan berwa
yang sebelumnya tersedia.Anya malah mengangkat satu alis, "Apa aku sudah tidak lagi bisa dikatakan seb
bayaran adalah bukti jika ia bukan perempuan yang berperasaan. Usai selesai dengan sesi menegak minuman beralkohol dalam cawan, Anya beranjak. Dering pada ponsel m
wat tak berminat itu Anya
ang telepon mengudarakan tanya. Anya langsung merot
alam lantaran suara bising itu masuk ke dalam indra pendengaran. Mendengar penuturan Kakak sambungnya,
u ke dalam saku coat. Walau sedemikian, Anya kembali beranjak dan memilih keluar dari klub. Ia memang enggan bertemu Alex, t
*
ngkan Keluarga Maxton sejak bertahun tahun lalu. Ia bangun untuk bekerja, lalu mengh
rempuan dua minggu silam karena insiden kecelakaan, Haden jauh lebih sering kehilangan fokus. Kini berbagai tanggung jawab semakin
gkan yang diberi petuah hanya mengembuskan napas. Haden melirik pada sang tangan
langi ucapan membosankan itu la
u. James tampak tidak senang kala mendapati sang tuan diraba oleh penjaga seperti pengunjung yang lainnya.
n di mata laki laki itu Haden adalah keturu
malam yang jauh dari pusat kota ini membuat laki-laki itu sedikit tak tenang. Ia membawa pewaris tun
ya ingin minum sebentar," b
an itu, Anya keluar dengan kacamata hitam. Haden meliriknya sekilas, sempat ter