Milik Tuan Haden; Antara Dendam dan Cinta
nnya yang menodongk
ruh mansion, pasca kelancangannya menodongkan pistol pada Tuan M
erakan takut-takut. Keberanian wanita itu memegang senapan sudah diketahui semua pekerja ma
uar dengan sendirinya, sepertinya memang malas mengudarakan suara. Maid
mansion ini. Rupanya, ia tidak bisa mendapati Haden setiap hari, pria itu
endek, ia sama sekali tidak berniat menggunakan puluhan d
nsi tegap yang terduduk di atas sofa ruang tengah. Hal itu mengundang kerutan d
ghela napas, wanita itu sama sekali tidak berubah sejak lima hari yang lalu. Anya masih menolak
an jarak cukup kontras. Ia bungkam dengan wajah tak terbaca seperti biasa, membuat beber
sung menyadarkan Annya. Rupanya wanita itu sibuk dengan beban pikirannya sendiri. Ia men
meninggalkan mansion. Bahkan Anya tidak tahu kapan laki-laki itu kembali. Yang jelas,
tertuju ke depan. Anya beberapa kali mendapati tangan kana
Anya yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran. Walau wanita itu memang tak terlihat s
ih menjaga jarak dan menjaga
gangguku," ujar Anya tanpa ragu. Ia memang kesal teru
ih menatap tangan kanan terpercayanya yang kini
an kami berdua,"
rkejut, "Tidak bisa, tuan muda. Saya harus tetap d
cancam dengan wanita kecil itu," ungkap Haden a
an, tuan," timpa
. James kalah, pada akhirnya pria itu berpindah tempat penjagaan menjadi di depan pintu ke
u," jelas Haden mengenai
as, "Dan aku tidak pe
ku adalah tuanmu," ungkap Haden. Laki-laki itu menyelesaikan makanann
tanya Anya kesal. Setiap kali keduanya bertemu dan memiliki
ka diingatkan tentang pelelangan. Sial, demi apapun, asal ia bisa keluar dari mansion
kakak tirinya; Alex, aka
alis, "Apa aku salah? Kau dihargai lima rat
ng, bahkan sampai berdiri dari posisi duduknya. Ia membanting sen
endiri, Anya. Aku hanya memintamu patuh dan bersika
mengapa kau tidak membiarkanku keluar dari mansion? Biarkan
memiliki target untuk dibunuh?" Haden bertanya tanpa gentar. Bisa ia
den, "Ya, aku masih memiliki target tera
as Anya tanpa berniat kem
Jadi jangan memaksaku untu
milih berjalan menuju James yang sejak tadi mengam
sembari menggeram, ia memukul me
, HADEN!" teriaknya kencang deng
an itu dengan serius. Padahal, Anya se
unanya membunuh pria itu menggunakan senapan jenis manapun. Haden selalu bisa mengendalikan tubuh dan rasa sakitnya sendiri, itu sudah menjadi rahasi
akah ia bisa melakukannya. Ia benar-benar
bisa ia bunuh dengan senjata, maka Anya akan membuat pria itu