Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
DI ANTARA NODA DAN CINTA PRASASTI

DI ANTARA NODA DAN CINTA PRASASTI

Yantie_Wahazz

4.9
Komentar
898
Penayangan
63
Bab

Prasasti tak menyangka bahwa kehidupannya yang tak pernah beruntung, kini semakin semrawut ketika harus bersinggungan dengan ketiga laki-laki putra keluarga Adisurya, orang paling kaya di Kampung Serayu itu. Jatuh cinta dalam diam dengan Prasetya, putra bungsu keluarga Adisurya sebenarnya membuat hidup Sasti indah dan ceria, meski keluarganya selalu menjadikannya layaknya pembantu. Tapi ketika Pramudya, sulung keluarga Adisurya nyaris menodai dirinya yang membuatnya Sasti dicap sebagai perempuan penggoda, hidup Sasti semakin berantakan dan hina di mata semua orang. Hingga Prahara, putra kedua keluarga Adisurya bersedia menikahi Sasti demi menyelamatkan nama baik keluarganya, ternyata tak membuat nasibnya membaik karena tuduhan buruk semakin menghujani dirinya. Apalagi ketika ada perempuan lain yang terobsesi dengan Prahara murka mendapati Sasti berhasil membawa Prahara untuk menikahinya. Perempuan ini gelap mata dan mencelakakan Sasti hingga Sasti berada di ujung maut. Bagaimana kehidupan Prasasti selanjutnya? Sanggupkan dia terus menjalani pernikahannya dengan Prahara jika nyawanya terus terancam? Lalu akankah Prahara tetap melanjutkan pernikahannya ketika Pras hadir kembali dalam kehidupan Sasti?

Bab 1 BAYANGAN DINI HARI

Pagi masih sangat buta ketika Sasti terbangun. Matanya mengerjap untuk mencari fokusnya. Setelah menggeliat sesaat, tangan gadis itu menggeragap mencari jam beker kecil yang kini menunjukkan pukul setengah empat pagi. Jam beker kecil pemberian Prasetya itu memang selalu dia letakkan di sisi ranjang rapuhnya -yang sebenarnya kurang layak disebut ranjang- karena hanya berupa ranjang besi yang sudah sangat kuno bentuknya. Kasur kapas yang tak lagi empuk itu sangat tak nyaman untuk digunakan sebagai tempat tidur.

Dan itu sangat berkebalikan dengan kasur yang terdapat di kamar lain rumah ini, yang tentunya jauh lebih empuk, lebih nyaman, lebih elegan dan tentu lebih bersih.

Tapi apapun kasur yang kini ditidurinya sudah berhasil membuat Sasti untuk bersyukur, karena bagaimanapun ini jauh lebih baik. Setidaknya masih ada orang -meskipun mereka adalah paman dan bibinya- yang bersedia menampung hidupnya yang sebatang kara semenjak kecil. Senyum kecil terbit di bibir Sasti ketika dia meletakkan jam beker itu pada tempatnya semula, karena dia teringat bahwa itu jam beker hadiah ulang tahun yang diberikan oleh Pras, teman sekolahnya semenjak mereka duduk di bangku sekolah dasar. Hadiah ulang tahun satu-satunya yang pernah dia terima selama eksistensinya di desa Serayu ini. Dan Sasti merasa bahwa ini akan jadi satu-satunya kado yang dia terima seumur hidup, karena dia tak yakin apakah di masa mendatang, akan ada orang yang cukup gila untuk memberinya kado. Meskipun begitu, Pras tak akan Sasti masukkan dalam golongan orang yang gila itu ketika dia memberinya sebuah kado.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku