Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Hamil dengan Mantan Bosku
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Suamiku Nakal dan Liar
Namanya Liana. Anak kelas XII yang selalu dimanja oleh maminya.
Tiba-tiba datang meminta izin untuk pergi ke acara pesta ulang tahun Alea bersama sahabatnya. Gadis itu menemui maminya yang tengah sibuk memasak di dapur seperti biasanya.
"Mi?" Panggil Liana tiba-tiba sambil gelendotan di punggungnya. Wanita itu tampak terkejut dan hampir menjatuhkan sendok sayur yang sejak tadi digunakan untuk memasak.
"Liana. Ngagetin mami aja, sih?" Ucap maminya kesal. "Kalau sampai mami jantungan, terus masuk rumah sakit, te–"
Gadis itu memotong ucapannya. "Mami? Enggak boleh bilang seperti itu." Liana berkata lirih sambil mengedipkan matanya berkali-kali.
Ada hal yang ingin Liana sampaikan. Dia ingin pergi malam ini bersama Rifa. "Boleh ya, Mi?" Pinta Liana memohon. Besar harapannya jika mami akan memberikan ijin untuk dirinya bisa pergi.
"Acara apa sih, Li?" Maminya masih sibuk mengaduk sayur dalam wajan. Sambil beberapa kali mencicipi makanan itu untuk memastikan rasa yang dihasilkan sudah pas dan tidak kurang suatu apa pun.
"Pesta ulang tahun Alea, Mi? Boleh ya?"
"Ehm..., gimana ya?" Terlihat maminya mondar mandir mencari sesuatu.
"Cari ini?" Liana memberikan mangkuk saji yang terbuat dari bahan keramik berwarna putih. Di sisi luarnya terdapat sebuah lukisan bunga anggrek yang semakin membuatnya cantik.
"Nah, ini dia yang mama cari."
Liana mendengus kesal. Menunggu maminya selesai memasak masakannya yang tinggal selangkah lagi.
"Tadaaaaa....," seru maminya saat berhasil menyelesaikan tugas rutinnya. Semangkuk sup ayam sudah tersaji dengan sempurna di atas meja. Aromanya yang khas, seketika membuat perut Liana meronta-ronta untuk segera diisi.
"Kayaknya enak, nih!"
"Siapa dulu yang bikin. Mami gitu lho...," ucapnya sambil tersenyum menyeringai seraya menunjukkan jari jempolnya ke arah Liana. "Makan dulu, gih! Mami enggak mau dengar lagi di sekolah kamu pingsan gara-gara maag kamu kambuh. Padahal mami sudah dengan rutin buatin kamu sarapan." Omel maminya. Wanita itu mengambilkan nasi untuk Liana di atas piring kemudian menyiramkan kuah sup lengkap beserta sayurannya.
Gadis itu hanya mengangguk pasrah. Entah untuk keberapa kalinya penyakit maggnya kambuh di sekolah, namun enggak pernah ada kapoknya.
"Namanya juga manusia, ya wajarlah sakit. Kalau enggak pernah sakit, malah bahaya."
_Liana Claradeka_
Seperti biasa, Liana pergi ke sekolah di antar langsung oleh maminya naik mobil. Padahal jelas-jelas di rumah ada mang Oji yang selalu siap sedia mengantar ke manapun majikannya pergi. Tapi..., begitulah mami Adila.
Dia harus turun tangan sendiri jika sudah berurusan dengan putrinya.
"Mi?" Panggil Liana ke arah mamanya yang tengah fokus menyetir mobil.
"Ehm...," gumamnya tanpa sedikit pun niat untuk menoleh ke arah lawan bicaranya.
"Liana mau minta izin, boleh?"
Seketika mami memelankan laju kendaraan mobilnya, menatap ke arah putrinya sekilas kemudian bertanya, "izin ke mana sayang?"
"Mami suka pura-pura lupa, deh! Tadi kan Liana sudah bilang. Liana mau pergi ke acara pesta ulang tahun Alea nanti malam," ujarnya dengan raut wajah memelas.
"Enggak, sayang!" Jawab maminya tegas. Dia kembali fokus menyetir dan mengabaikan panggilan Liana.
Gadis itu berdecap kesal. Dan mengalihkan pandangannya ke arah luar melalui kaca mobil yang ada di sampingnya. "Ke sini enggak boleh, ke sana enggak boleh. Ke mana-mana enggak boleh, ugh." Gerutu Liana dalam hati.
"Sampai kapan sih mami akan bersikap kayak gini sama Liana?" Gadis itu memberanikan diri bertanya kepada maminya. "Liana bukan anak kecil lagi, Mi?"
Maminya menoleh sekilas ke arahnya. "Mami cuma tidak ingin terjadi hal buruk sama kamu." Jawab maminya.
"Tapi enggak seperti caranya." Liana membantah. Sudah cukup selama ini dia selalu nurut dan patuh dengan aturan maminya. Diantaranya:
1.Tidak boleh keluar malam