Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
"May...," bisik seorang pria yang kini sedang berada di atas ranjang bersama dengan gadis itu. Ia mengusap pelan pundak putih milik Mayra, saat sang pemilik masih memejamkan kedua matanya. Gadis itu menggeliat pelan karena wajahnya tersorot sinar matahari yang masuk ke dalam kamar
Mayra masih merasa jika kepalanya sangat pusing. Ia pun belum sepenuhnya sadar dengan kondisinya saat ini. Perlahan, gadis itu mengerjapkan kedua matanya pelan untuk menyelaraskan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.
Setelah beberapa detik ia mencoba menyadari sesuatu. Gadis itu sangat terkejut saat mengetahui jika dirinya sedang bersama seorang pria di dalam sebuah kamar hotel. Ruangan berukuran sekitar tujuh kali delapan meter itu tampak sangat berantakan, pakaian berserakan di mana-mana.
"Alex," pekik Mayra yang menyadari tatapan mata pria itu kini berbeda padanya. Ada sorot mata yang memancarkan gairah dan juga ketertarikan dari pria tersebut. Mayra berusaha menelan salivanya kuat-kuat, darahnya kian mendidih ketika merasakan sesuatu di balik selimut yang ia kenakan.
Tubuhnya merasa sangat sakit, seperti habis melakukan pertarungan gulat dengan seorang petinju profesinal. Gadis itu meraba di sekitar tempatnya berada. Tubuhnya polos, tidak ada sedikit pun benang yang menempel di badannya selain sebuah selimut berwarna hitam.
"Apa yang sudah terjadi?" tanya Mayra bingung. Ingin rasanya gadis itu mengumpat atas semua yang telah terjadi kepadanya dengan Alex malam itu. Ia sama sekali tidak mengira jika dirinya akan berakhir di tempat tidur bersama dengan pria yang seharusnya menjadi saudara sepupunya.
"Menurutmu, apa?" tanya balik Alex sembari tersenyum puas. Pria itu pun mengambil celana yang jatuh tepat di bawah tempat tidurnya. Lalu ia memakainya di dalam selimut yang masih membalut tubuhnya dan Mayra secara bersama. Setelah itu, Alex beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Bunyi shower yang mengucurkan air deras tidak mampu meredam tangis Mayra. Gadis itu terisak, ia menyesali nasibnya sendiri, bisa-bisanya ia menghabiskan malam bersama dengan Alvin, sepupu dari calon suaminya sendiri. Apa yang akan terjadi saat Luis tahu jika calon istrinya sudah bermain gila di belakangnya bersama dengan sepupunya sendiri. Itu sangat menjijikkan.
Mayra meremas rambutnya dengan kedua tangan. Mencoba menghilangkan memori yang membuatnya sangat gila. Ingatan tentang gairah semalam yang ia lakukan bersama Alex karena pengaruh sebuah minuman beralkohol.
Ia sempat menyadari jika semalam telah melakukan hubungan tidak senonoh itu bersama dengan Alex. Sebab, ia tidak benar-benar mabuk sepenuhnya. Dia hanya tidak bisa mengontrol dirinya sendiri setelah meminum bir bersama dengan Luis, Alex, dan yang lainnya juga. Gadis itu merasa kepanasan, dan begitu terangsang setelah minum minuman beralkohol yang diberikan oleh Alex.
"Apa yang sudah kau campurkan pada minuman itu, Lex?" tanya Mayra saat pria tampan itu keluar dari dalam kamar mandi. Tubuhnya hanya dibalut dengan handuk tebal, sementara dadanya ia biarkan telanjang agar bisa cepat mengering. Alex berjalan santai menuju meja rias yang memiliki kaca berukuran besar di atasnya.
"Apa? Aku tidak memberikan apa-apa? Hanya sebutir obat perangsang saja," Alex terkekeh puas.
"Brengsek, kau Alex. Kau sudah berani menyentuhku!" teriak Mayra kesal. Ia mengumpat berulang kali pada pria yang masih santai mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk kecil. Ia sama sekali tidak peduli dengan ocehan Mayra yang begitu marah atas perbuatannya semalam.
"Kau juga sangat menikmatinya semalam. Ayolah, jangan berpura-pura tidak ingat. Kau bahkan sangat lihai memainkan tubuhmu di atas ranjang. Aku sampai kewalahan," goda Alex tertawa lebar.
"Biadab kau," Mayra melempar bantal ke arah pria itu. Namun, sang pria tidak menggubrisnya sama sekali.
Gadis itu mengintip ke bagian dalam selimut yang membungkus dirinya. Bercak merah itu bahkan mulai mengering di atas ranjang. Bukti kegagahan Alax padanya benar-benar sudah dibuktikan. Bagian bawah gadis itu terasa nyilu, ia hampir tidak bisa bergerak karena menahan rasa perih di sekitar area sensitifnya.
"Apa? Apa yang harus aku katakan kepada Luis? Aku tidak akan sanggup mengakui semuanya di depan pria itu," gumam Mayra pelan dengan genangan air mata yang memenuhi pelupuk matanya. Ia bingung, tenggorokannya seolah tercekat saat mengingat kembali sikap manis Luis kepadanya.
Pria itu sangat baik, ia bahkan rela menentang perjodohan orang tuanya dengan gadis lain karena ingin mempertahankan Mayra. Jika sekarang pria itu tahu bahwa Mayra tidak suci lagi, apakah Luis masih mau menerimanya sebagai seorang istri? Itu mustahil.
"Sudahlah Mayra, tidak ada gunanya kau menyesal. Lusi sama sekali tidak pantas untukmu. Dia hanya akan membuatmu menderita jika kalian sampai menikah. Jadi, lebih baik kau bersamaku saja," sahut Alex santai. Kemudian, pria itu menyisir rambutnya dengan rapi di depan kaca rias berukuran besar.