Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
“Aku tidak peduli dengan perkataan orang. Karena tak semua orang menilaiku dengan benar. Jadi aku akan mempercayai apa yang aku lihat dan aku dengar sendiri dari objek ataupun subjek yang dibicarakan itu.” #Deryn Firlyca Ariani (Deryn)
“Kamu tidak perlu mengerti untuk semua hal yang tidak ada kamu di dalamnya. Karena akibatnya hanya ada dua ; kamu berhenti memedulikan semua hal, atau kamu akan terluka jika tahu semua hal.” #Darrel Axcelyn Millies (Darrel)
.
.
.
Marriage With Mr. Arrogant
Chapter 00 – Bagian Prolog
(Pernikahan)
.
.
.
Pernikahan.
Itu yang dikatakan ayahnya ketika mereka selesai makan malam bersama keluarganya.
“Karena adikmu sebentar lagi bertunangan, jadi kamu yang harus menikah dengan anak Tuan Millies.” Begitu poin utama yang didengar dari pembicaraan ayahnya malam ini.
Adiknya bahkan bukan adik sesungguhnya. Kelahirannya hanya berbeda satu minggu darinya. Tapi semua orang selalu berkata kalau adiknya itu harus sangat dilindungi karena dia masih kecil. Hanya adiknya yang diperlakukan dengan hangat dan manis.
Itu yang Deryn pikirkan. Meski nyatanya hanya kepalanya yang mengangguk dengan ekspresi datarnya yang sudah khas.
Sejak kepercayaan dan kepercayaan dirinya hilang, Deryn jadi tidak bisa dengan mudah tersenyum seperti yang dilakukan adiknya, yang selalu tersenyum hangat dan ramah ke semua orang di sekitarnya.
Dara, adiknya yang sekarang duduk di sebelahnya, menggenggam tangan Deryn yang ada di atas pangkuannya.
“Maaf, ya, Kak. Kalau saja aku nggak punya tunangan, aku juga nggak akan membuat Kakak yang menikah dengannya. Aku rela mengorbankan diri demi keluarga kita. Tapi … Kak Leon mencintai aku, Kak. Karena itu aku nggak bisa menikah dengan laki-laki lain.” Begitulah perkataan Dara tanpa diminta.
Leon. Cinta pertama Deryn yang masih belum dilupakan sepenuhnya. Padahal tadinya Deryn pikir, Leon jatuh cinta padanya juga. Nyatanya, Leon justru jatuh cinta pada Dara. Dan pada akhirnya Deryn tahu kalau Dara juga jatuh cinta pada Leon. Karena itulah dia memilih mengalah demi kebahagiaan keduanya.
Bagi Deryn, Dara adalah titik pusat semua orang. Dara adalah poros dari rotasi semua orang. Dan akan selalu begitu.
Deryn mengangguk tenang tanpa mengatakan apapun.
Bagi Deryn, suaranya tidak akan pernah didengar orang lain. Jadi karena itu, yang bisa dia lakukan hanya menurutinya atau meninggalkan pembicaraan yang tidak dia sukai.
“Deryn, maafkan Ibu, ya?” Kali ini Ibu kandungnya ikut menatap Deryn dengan tatapan bersalah. “Ibu sayang sama Deryn. Karena itu, Deryn pantas mendapatkan putra Tuan Millies.”
Dia bahkan putra yang misterius karena tidak pernah ada yang tahu bagaimana rupanya. Setelah kasus putranya kecelakaan, mereka menyembunyikan keberadaannya rapat-rapat.
“Ibu tenang saja,” Deryn meraih tangan Ibunya di atas meja, lalu dia menggenggamnya dengan hangat. “Deryn hanya harus menikah agar perusahaan kita bisa terus membaik.”
Ibunya tampak terharu sembari mengangguk setuju. Lalu Dara meraih tangan Deryn di atas meja, memisahkannya dari Ibunya dan menggenggamnya erat. “Kakak bisa kabur setelah menikah dengannya kalau Kakak takut.”
Deryn menggeleng. “Aku akan berusaha jadi istri yang baik,”
“Tapi dia monster, Kak!” Dara memeluk Deryn hangat. “Aku khawatir Kakak kenapa-napa kalau tinggal bersama monster itu.”
“Benar, juga.” Ayahnya ikut buka suara lagi. “Kita bahkan tidak tahu apa-apa tentang putra ketiga Tuan Millies.”
Ibunya mengangguk setuju. “Benar. Hanya ada rumor yang beredar, yang mengatakan kalau putra ketiga Tuan Millies itu sangat bermasalah. Apa Deryn akan baik-baik saja kal—”
“—Kak Deryn akan baik-baik saja, Bu!” sela Dara cepat. “Kak Deryn pasti baik-baik saja. Iya, kan, Kak?”
Deryn hanya mengangguk tenang sebelum melepaskan diri dari Dara.
“Deryn,” Ayah buka suara. “Kalau nanti dia berlaku kasar padamu, kamu harus segera berpisah darinya dan kembali ke rumah. Mengerti?”
Kalau mereka sekhawatir itu padanya, kenapa juga Deryn harus menikah dengannya?
Ah. Deryn bahkan tidak bisa mengatakannya dengan mulutnya sendiri.
“Benar! Kak Deryn harus kembali meski perusahaan kita akan bangkrut kalau Kakak memilih berpisah darinya.” Dan perkataan Dara yang penuh kekhawatiran itu langsung tampak menyadarkan kedua orang tuanya tentang tujuan awal mereka memilih menikahkan Deryn.
“Mungkin saja … kita bisa negosiasi terkait pembagian aset, kan?” Ayahnya menimpali dengan ragu dan hati-hati.
Sejujurnya ini memuakkan. Mereka tampak khawatir padanya meski rasanya terdengar tidak khawatir. Deryn jadi bingung sendiri untuk mengira-ngira ketulusan dari keluarganya. Deryn anak kandung mereka, dan begitu juga dengan Dara yang ibunya meninggal setelah dia melahirkannya. Katanya dia anak Ayahnya, jadi Ayah merasa harus bertanggung jawab dengan menerimanya setelah mendapatkan persetujuan istrinya yang terus dia bujuk sepanjang waktu.
Tapi … entah kenapa justru Deryn yang merasa seperti anak tiri di rumah ini. Meski itu mungkin saja hanya perasaannya saja.
Deryn menghela napasnya pasrah. “Ayah tenang saja. Itu nggak akan terjadi,”
Meski perusahaan Ayah berada di ujung tanduk sekalipun, Deryn tidak gentar dan turun tangan langsung di belakang layar. Meski semua orang di perusahaannya tidak tahu pekerjaan yang Deryn lakukan karena mengira Dara yang melakukannya, tapi Deryn tetap melakukannya demi keluarganya tanpa memedulikan hal itu.
Deryn bahkan tidak mengeluh ketika dia lelah bekerja di kantor lain sebagai supervisor, lalu harus mengerjakan tugas-tugas perusahaan yang belum Dara selesaikan. Bahkan dia masih sampai harus membantu Ibu membereskan rumah karena pembantunya berhenti juga.
Deryn sama sekali tidak keberatan. Dan Deryn mengerjakan itu semua dengan sepenuh hatinya. Tanpa mengeluhkan apresiasi orang-orang pada Dara yang tidak tahu kalau semua hal itu dikerjakan oleh Deryn. Tanpa mengeluarkan protesan meski Ibu memperlakukan Deryn dan Dara dengan kasih sayang berbeda. Juga tanpa mengharapkan semua orang akan menghargai dan memujinya setelah Deryn selesai mengerjakan semua hal itu.
Tapi … sekalipun Deryn tidak pernah mengeluh, tidak pernah memprotes ataupun tidak pernah membenci Dara dan semua orang yang menyebarkan rumor buruk tentangnya maupun orang-orang yang terlibat salah paham dengannya … Deryn tetap ingin dihargai.
Dan sebelum Deryn bisa meminta dihargai pada semua orang, terutama pada keluarga yang paling dia sayangi itu, mereka justru menjadikan Deryn sebagai alat transaksi yang akan ditukarkan demi keselamatan perusahaannya. Bahkan mereka tidak memikirkan seberapa keras Deryn mengerjakan semuanya setelah lelah bekerja di kantor orang lain.