Dosen Suamiku

Dosen Suamiku

nuryani

4.5
Komentar
3.1K
Penayangan
21
Bab

Adara Adila Calista berusia 22 tahun sebentar lagi ia sudah lulus kuliah alm. Kakeknya mewasiatkan kepada cucunya untuk menikah dengan cucu dari sahabatnya tidak disangka calon suami Adara ialah dosennya yang selalu membuat dia kezel ap jadinya nanti jika ia menikah dengannya Rafka Shaquile Zhafran berusia 24 tahun dia bekerja seorang dosen dan juga CEO papahnya menyuruhnya untuk menikah dengan cucu kakek sahabatnya karena itu adalah wasiat alm. Kakeknya jika tidak melakukannya semua warisannya milik Adara tapi ia tidak pernah memikirkan harta warisannya yang terpenting kebahagiaan keluarganya

Bab 1 Pertemuan

Adara Adila Calista berusia 22 tahun sebentar lagi ia sudah lulus kuliah alm. Kakeknya mewasiatkan kepada cucunya untuk menikah dengan cucu dari sahabatnya tidak disangka calon suami Adara ialah dosennya yang selalu membuat dia kezel ap jadinya nanti jika ia menikah dengannya

Rafka Shaquile Zhafran berusia 24 tahun dia bekerja seorang dosen dan juga CEO papahnya menyuruhnya untuk menikah dengan cucu kakek sahabatnya karena itu adalah wasiat alm. Kakeknya jika tidak melakukannya semua warisannya milik Adara tapi ia tidak pernah memikirkan harta warisannya yang terpenting kebahagiaan keluarganya

Dara terbangun dari tidurnya ia melihat alarmnya sudah pukul 08.00 sudah lah telat berangkat kuliah hari ini ia buru-buru ke kamar mandi.

setelah selesai ia menuruni tangganya berlari ke arah meja makan semua pada heran menatap dara yang sedang terburu-buru.

kakinya melangkah berjalan ke arah meja makan orang tuanya pun juga sedang makan bersama.

"Dedy sama mamih kenapa gak bangunin aku sih !!" omel dara pada orang tuanya yang tidak membangunkannya untuk berangkat kuliah.

"Memangnya kamu ada jadwal kuliah dar?" tanya Dedynya yang sedang menghirup kopinya.

"Ada Ded aku udah pesan sama mamih buat bangunin aku hari ini." dara menatap ke arah mamihnya yang sedang cengengesan seperti tidak bersalah dengannya.

"Maaf sayang mamih lupa hehe." lista menjawabnya tanpa merasa bersalah.

"Mamih !!" Teriak Dara yang sudah kezel dengan mamihnya selalu membuatnya marah.

"Maaf deh sayang nanti besok mamih bangunin pagi yah." dengan santayynya mamihnya berbicara seperti itu.

"Ihh kesel deh" gerutu dara menghentakkan kakinya.

"Jangan kezel-kezel sayang nanti nggak dapet jodoh loh." goda mamihnya.

"Aku cape ngomong sama mamih gak ada habisnya."

"Siapa suruh bicara sama mamih." untung mamihnya kalo bukan udah dilempar kali yah bicara sama mamihnya tidak ada habisnya selalu panjang lebar hak bisa serius kalo diajak bicaranya.

"Sudah-sudah jangan berisik, lebih baik kamu makan dulu" perintah Dedynya.

"Tau lu berisik amat sih emangnya ada apa?" Tanya abangnya yang baru saja keluar dari kamarnya ikut bergabung bersama keluarganya.

"Tau 'ah kezel aku sama kalian." ujar dara berlari keluar dari rumahnya lalu memasuki mobilnya, menjalankannya dengan kecepatan tinggi semoga dia tidak dimarahi oleh dosennya karena terlambat datang kuliahnya.

"Lah tuh orang kenapa!" Riko heran dengan adiknya kenapa malah jadi marah-marah padanya tidak biasanya Dara seperti itu pasti ada sebabnya yang membuat dirinya kezel.

"Gara-gara mamih Dara kesiangan berangkat kuliahnya." ujar Candra pantesan aja dara kesel gara-gara mamih toh pikir Riko.

"Lagian begadang Mulu sih nonton oppa tuh." balas Riko

"Emangnya oppa siapa Riko?" tanya mamihnya dengan wajah polos tanpa dosa.

"Tanya Deddy aja mih aku pergi dulu." Riko mencium kedua tangan orang tuanya lalu berangkat ke kantornya dengan menenteng tas ranselnya.

"Oppa siapa yah Ded kira-kira" tanya lista pada suaminya.

"Dedy Gak tau mih, Dedy berangkat kerja dulu yah." langsung saja Candra mencium kening istrinya dan meninggalkannya dari pada istrinya nanya panjang lebar lebih baik dia kabur deh emang yah suami laknat😂 istri nanya malah kabur.

"Kenapa pada kabur sih heran deh." lista berbicara pada dirinya kenapa semua pada kabur memangnya apa yang salah dengan dirinya.

"Bi sini deh" panggil lista pada bi asih yang barusan saja lewat di ruang makannya.

"Ada apa nyonya?" tanya bi asih padanya.

"Bibi tau gak kenapa tadi semua pada kabur yah." ujar lista dengan polosnya berbicara pada bibinya

"Gak tau nyonya bibi ke dapur dulu yah mau cuci piring, masih banyak pekerjaan yang belum bibi kerjakan." lebih baik bi asih mengerjakan tugasnya dari pada nyonyanya bertanya terus menerus bikin panjang nanti urusannya.

"Kenapa sih pada kabur! Biarin aja deh pusing mamih mikirinnya." lista sudah pasrah tidak mau mencari tahu lagi apa sebabnya.

Baru saja dara masuk ke kelasnya tapi sudah ada dosennya dia heran kenapa bukan Pak Dika yang mengajarnya setahu dia sekarang jadwal mengajarnya tubuhnya pun menundukkan kursinya.

"Saya tidak suka jika ada mahasiswi telat datang," tegas dosen menatap tajam ke arah Dara.

"Bapak salah ngajar kali yah! Jam ngajar hari ini kan pak Dika Pak bukan Bapak." bodohnya dara berbicara seperti itu, lagi tahu dosennya galak masih saja berbicara padanya semua murid hanya berdiam dan menatap ke arah mereka berdua.

"Kamu berani sama saya?" lelaki itu melototkan matanya ke arah Dara dengan tatapan tajamnya.

"Memangnya bapak siapa! Saya tidak takut," dara tidak takut dengan siapa-siapa Pak Dika saja ia bisa merayunya agar tidak menghukum dirinya jika terlambat kuliahnya.

"Perkenalkan saya Rafka Shaquile Zhafran dosen baru yang akan menggantikan posisi Pak Dika" membuat dara terdiam seketika mendengar ucapannya.

"Bapak jangan mengada-ada deh jelas-jelas pak Dika yang mengajar kelas ini." Dara masih menjawabnya ia pikir pria ini hanya menipunya saja.

"Kalo kamu tidak percaya tanyakan saja pada teman-teman mu."

"Dar gue saranin jangan buat masalah deh sama dia, emangnya lu gak takut apa?" bisik Tisa padanya agar tidak mencari masalah dengan dosen galak ini.

"Gue gak takut sama dia mau dia dosen kek, gue nggak perduli yang jelas dia nyari masalah sama gw."

"Seterah lu aja deh gue cuma saranin aja."

"Maaf Pak saya tidak tahu." mati sudah jika sudah begini kenapa sih nih mulut jahat amat, kenapa tidak dipikir dulu sih hancur dah bertemu dosen galak ini.

"Saya tidak butuh maaf kamu."

"Songong banget nih orang gak butuh maaf dari gue emangnya dia siapa? baru jadi dosen aja udah sombong." gumam Dara.

"Silahkan keluar dari ruangan ini" usir Rafka.

"Tapi Pak saya kan sudah minta maaf sama bapak." jelas Dara.

"Keluar dari ruangan ini atau nilai kamu akan saya kurangi." ancam Rafka.

"Iya iya Pak saya keluar." dara berjalan menuju pintu keluar sebelum itu ia mengatakan bahwa dosennya galak.

"Dasar ganteng-ganteng galak" dara mengoceh sendiri membuat Rafka mendengar ocehannya

"Saya emang ganteng."

"Pede sekali percuma ganteng kalo galak mah." ejek dara kalinya pun melangkah menuju pintu keluar.

"Awas kamu dasar murid tidak sopan mengatai dosennya sendiri" omel Rafka.

"Cantik juga! Eh apaan sih kenapa jadi muji dia sih cewek ngeselin kayak gitu juga." gumam Rafka.

"Dosen yang ngajar kita siapa sih? Songong banget tuh orang." protes Dara pada teman-temannya, mereka sedang berkumpul dikantin yang sangat ramai ini.

"Udah gue bilang dia itu dosen baru disini buat gantiin posisi pak Dika." ujar Tisa memasukkan makanannya ke mulutnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku