Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Austin!"
Austin yang mendengar bentakan itu pun berhenti. Manik matanya menatap ke asal suara, mendapati Vanya berdiri di hadapannya. Wanita dengan alis tebal dan hidung mancung tersebut menatapnya tajam. Rahangnya tampak mengeras dengan tatapan tidak bersahabat. Benar-benar berbeda dengan sikap sang istri biasanya.
Plak.
"Bajingan kamu, Austin! Bisa-bisanya kamu berselingkuh dariku saat aku di luar negeri! Kurang ajar kamu!" teriak Vanya dengan tatapan penuh emosi. Kedua tangannya mengepal, menunjukkan otot yang begitu jelas.
Sedangkan Austin hanya diam dan bangkit. Tanpa mempedulikan bagian atas yang masih terbuka, Austin mengusap ujung bibirnya. Tamparan keras dari sang istri membuat ujung bibirnya mengalami sedikit luka. Jujur, dia tidak menyangka kalau Vanya bisa melakukannya. Wanita yang sudah empat tahun dinikahinya itu bisa bersikap lembut dan penuh kasih sayang. Sebesar apapun masalah yang dibuatnya, Vanya selalu memiliki maaf baginya.
"Kamu keterlaluan, Austin. Aku mencintai kamu dan kamu malah mengkhianatiku dengan jalang sepertinya. Benar-benar gila," ucap Vanya sembari menunjuk ke arah wanita yang berbaring di ranjang miliknya. Ya, suaminya terang-terangan membawa sang kekasih ke rumah mereka. Hal yang membuat Vanya begitu sakit hati.
Namun, Austin malah tertawa kecil dan memiringkan kepala sembari berkata, "Tapi aku tidak hanya butuh cinta, Vanya. Aku juga butuh seorang anak dan Daniela bisa memberikannya."
"Aku sedang berusaha, Austin," tegas Vanya penuh penekanan.
"Berusaha?" Kali ini Daniela yang menyahut dan menatap Vanya remeh. Wanita itu bangkit dan berkata, "Austin sudah memberimu waktu yang cukup, Vanya. Empat tahun dan kamu belum juga bisa memberikannya anak. Sedangkan aku, tidak membutuhkan waktu yang lama. Aku bisa memberikannya anak dalam waktu beberapa bulan saja."
"Apa maksudnya?" Vanya mengerutkan kening dalam, memperhatikan keduanya secara bergantian.
"Daniela mengandung anakku," ucap Austin dengan bangga. Dia pun langsung menarik sang kekasih agar berdiri di sampingnya dan memeluk pinggangnya.
Deg.
Vanya kembali terdiam dengan kedua mata melebar. Mulutnya setengah terbuka, merasakan hantaman keras di kepala. Napasnya terasa berhenti, pun dengan jantungnya yang tidak lagi berfungsi. Kali ini tubuhnya membeku, sulit untuk melakukan sesuatu. Rasa kecewa dan sedihnya membuat Vanya tidak bisa berbuat apa-apa. Pengkhianatan yang tidak pernah dibayangkan membuat Vanya benar-benar sulit untuk berekspresi. Dia tidak menyangka jika suaminya sudha sejauh itu melangkha.
"Jadi ini tujuan kamu mengirimku ke luar negeri, Austin? Kamu mengatakan supaya aku berobat karena kamu ingin memiliki anak dariku, tetapi nyatanya kamu melakukannya supaya bisa bebas bermesraan dengan jalang ini," ucap Vanya. Dia menahan air mata yang siap jatuh.
Austin pun tersenyum manis dan berkata, "Kamu benar, Vanya. Tidak salah kamu menjadi seorang pengacara. Kamu bisa menebak semuanya dengan mudah."
Vanya semakin dibuat emosi. Kenapa pria yang dicintainya bisa sekejam ini dengannya? Kenapa Austin bahkan tidak menunjukkan penyesalannya. Jika saja Austin mengatakan dia menyesal, mungkin Vanya bisa mempertimbangkannya.
Namun, Austin bahkan tidak melakukannya. Tidak ada raut wajah menyesal yang ditunjukkan, merasa Vanya benar-benar muak. Dia baru sadar jika orang yang dicintainya tidaklah berhak atas hatinya. Austin benar-benar sudah menghancurkan cinta dan kesetiaannya. Padahal selama ini Vanya selalu mengutamakan sang suami, tetapi nyatanya dia mendapatkan hal yang lain.
Vanya melangkahkan kaki dan kembali mengayunkan tangan. Dia bersiap untuk memberikan tamparan kembali, tetapi belum sempat dia melakukannya, Austin sudah lebih dulu menahannya. Pria itu menggenggam erat pergelangan tangan sang istri dan menatap tajam.
"Keterlaluan kamu, Austin! Selama ini aku mencintai kamu dan ini balasanmu? Dasar bajingan!" bentak Vanya dengan suara menggelegar.