Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Godaan Mantan Istri (21+)

Godaan Mantan Istri (21+)

Kim Meili

5.0
Komentar
273
Penayangan
9
Bab

Vanya Thandie harus menelan pil pahit dalam kehidupan rumah tangganya setelah empat tahun menikah. Dia yang tidak juga memiliki anak membuat Austin-sang suami, melakukan perselingkuhan yang membuat sang selingkuhan mengandung anak pria itu. Bahkan, Austin tidak segan menyakiti Vanya secara lahir dan batin, tetapi selalu bersikap lembut dengan kekasihnya. Sakit, sedih dan kecewa. Vanya yang terus menerima hinaan dan rasa sakit dari Austin pun memutuskan untuk berpisah. Dia juga memutuskan untuk pergi dari rumah pria itu dan menjalani kehidupannya. Dalam hati dia bertekad untuk tidak berurusan dengan pria itu kembali. Namun, takdir berkehendak lain. Dia dipertemukan kembali dengan mantan suami, dengan situasi berbeda. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Bab 1 Mari Bercerai

"Austin!"

Austin yang mendengar bentakan itu pun berhenti. Manik matanya menatap ke asal suara, mendapati Vanya berdiri di hadapannya. Wanita dengan alis tebal dan hidung mancung tersebut menatapnya tajam. Rahangnya tampak mengeras dengan tatapan tidak bersahabat. Benar-benar berbeda dengan sikap sang istri biasanya.

Plak.

"Bajingan kamu, Austin! Bisa-bisanya kamu berselingkuh dariku saat aku di luar negeri! Kurang ajar kamu!" teriak Vanya dengan tatapan penuh emosi. Kedua tangannya mengepal, menunjukkan otot yang begitu jelas.

Sedangkan Austin hanya diam dan bangkit. Tanpa mempedulikan bagian atas yang masih terbuka, Austin mengusap ujung bibirnya. Tamparan keras dari sang istri membuat ujung bibirnya mengalami sedikit luka. Jujur, dia tidak menyangka kalau Vanya bisa melakukannya. Wanita yang sudah empat tahun dinikahinya itu bisa bersikap lembut dan penuh kasih sayang. Sebesar apapun masalah yang dibuatnya, Vanya selalu memiliki maaf baginya.

"Kamu keterlaluan, Austin. Aku mencintai kamu dan kamu malah mengkhianatiku dengan jalang sepertinya. Benar-benar gila," ucap Vanya sembari menunjuk ke arah wanita yang berbaring di ranjang miliknya. Ya, suaminya terang-terangan membawa sang kekasih ke rumah mereka. Hal yang membuat Vanya begitu sakit hati.

Namun, Austin malah tertawa kecil dan memiringkan kepala sembari berkata, "Tapi aku tidak hanya butuh cinta, Vanya. Aku juga butuh seorang anak dan Daniela bisa memberikannya."

"Aku sedang berusaha, Austin," tegas Vanya penuh penekanan.

"Berusaha?" Kali ini Daniela yang menyahut dan menatap Vanya remeh. Wanita itu bangkit dan berkata, "Austin sudah memberimu waktu yang cukup, Vanya. Empat tahun dan kamu belum juga bisa memberikannya anak. Sedangkan aku, tidak membutuhkan waktu yang lama. Aku bisa memberikannya anak dalam waktu beberapa bulan saja."

"Apa maksudnya?" Vanya mengerutkan kening dalam, memperhatikan keduanya secara bergantian.

"Daniela mengandung anakku," ucap Austin dengan bangga. Dia pun langsung menarik sang kekasih agar berdiri di sampingnya dan memeluk pinggangnya.

Deg.

Vanya kembali terdiam dengan kedua mata melebar. Mulutnya setengah terbuka, merasakan hantaman keras di kepala. Napasnya terasa berhenti, pun dengan jantungnya yang tidak lagi berfungsi. Kali ini tubuhnya membeku, sulit untuk melakukan sesuatu. Rasa kecewa dan sedihnya membuat Vanya tidak bisa berbuat apa-apa. Pengkhianatan yang tidak pernah dibayangkan membuat Vanya benar-benar sulit untuk berekspresi. Dia tidak menyangka jika suaminya sudha sejauh itu melangkha.

"Jadi ini tujuan kamu mengirimku ke luar negeri, Austin? Kamu mengatakan supaya aku berobat karena kamu ingin memiliki anak dariku, tetapi nyatanya kamu melakukannya supaya bisa bebas bermesraan dengan jalang ini," ucap Vanya. Dia menahan air mata yang siap jatuh.

Austin pun tersenyum manis dan berkata, "Kamu benar, Vanya. Tidak salah kamu menjadi seorang pengacara. Kamu bisa menebak semuanya dengan mudah."

Vanya semakin dibuat emosi. Kenapa pria yang dicintainya bisa sekejam ini dengannya? Kenapa Austin bahkan tidak menunjukkan penyesalannya. Jika saja Austin mengatakan dia menyesal, mungkin Vanya bisa mempertimbangkannya.

Namun, Austin bahkan tidak melakukannya. Tidak ada raut wajah menyesal yang ditunjukkan, merasa Vanya benar-benar muak. Dia baru sadar jika orang yang dicintainya tidaklah berhak atas hatinya. Austin benar-benar sudah menghancurkan cinta dan kesetiaannya. Padahal selama ini Vanya selalu mengutamakan sang suami, tetapi nyatanya dia mendapatkan hal yang lain.

Vanya melangkahkan kaki dan kembali mengayunkan tangan. Dia bersiap untuk memberikan tamparan kembali, tetapi belum sempat dia melakukannya, Austin sudah lebih dulu menahannya. Pria itu menggenggam erat pergelangan tangan sang istri dan menatap tajam.

"Keterlaluan kamu, Austin! Selama ini aku mencintai kamu dan ini balasanmu? Dasar bajingan!" bentak Vanya dengan suara menggelegar.

"Jangan salahkan kau kalau aku bermain dengan wanita lain, Vanya. Aku butuh seorang anak dan kamu tidak bisa memberikannya. Jadi, jangan salahkan aku karena kamu yang mandul," sahut Austin, benar-benar membuat hati Vanya kembali hancur.

Tes.

Vanya yang mendengar pun langsung meneteskan air mata. Perkataan Austin benar-benar menusuk untuknya. Dia tidak pernah berpikir kalau Austin berpikir serendah itu mengenai dirinya. Jika saja orang lain yang mengatakannya, Vanya akan biasa saja. Tapi kali ini sang suami, membuat Vanya sulit untuk berkata-kata. Dia menelan saliva pelan dan menatap ke arah suaminya dalam.

"Kalau itu yang kamu pikirkan mengenaiku, aku rasa sudah tidak ada lagi gunanya kita bersama, Austin. Kamu tetap tidak akan menghormati dan selalu menghinaku. Maka dari itu, mari berpisah," putus Vanya.

***

Sakit, sedih, marah dan kecewa. Itulah yang dirasakan Vanya kali ini. Selama empat tahun dia menjadi istri Austin, Vanya tidak sekalipun memikirkan mengenai perselingkuhan sang suami. Dia mengenal Austin sejak duduk di bangku SMA dan selama ini Austin selalu baik. Pria itu selalu mendukungnya dalam segala hal, bersikap manis dan mendahulukannya. Di saat ada yang melukai dirinya, Austin lah orang paling depan yang membelanya. Pria itu benar-benar seperti tameng baginya.

Vanya yang mengingat semua itu mulai meneteskan air mata. Sekeras apa dia mencoba, tetap saja rasanya sakit. Mereka mengenal dengan waktu yang lama, tidak mudah bagi Vanya untuk melupakan sang suami. Hatinya pun retak karena penghianatan yang dilakukan suaminya. Semua harapan dan bayangan indah pun lenyap. Hingga dia mendongakkan kepala, menahan air matanya agar tidak kembali turun.

"Kamu harus kuat, Vanya. Kamu harus kuat," gumam Vanya, mencoba menegarkan diri. Dia tidak ingin ada yang melihat air matanya, membuatnya langsung menghapus kasar air mata yang menetes di pipi.

Vanya menutup koper dan menarik keluar. Dia harus segera meninggalkan rumah yang tidak lagi menjadi rumah baginya. Menurutnya, surga yang dulu selalu dia banggakan, kini sudah berubah menjadi neraka yang begitu kejam.

"Sebegitu tidak sabarnya ingin bercerai denganku, Vanya?"

Vanya menghentikan langkah dan menatap Austin. Rambut pria itu masih basah karena pergulatannya dengan Daniela beberapa jam yang lalu. Bahkan wanita itu masih tertidur pulas di kamar tamu, membuat Vanya kembali memanas. Dia memilih melangkahkan kaki dan mengabaikan Austin. Dia enggan berurusan dengan pria yang sudah menyakiti hatinya.

Namun, Austin yang tidak senang karena merasa tidak dipedulikan pun langsung meraih lengan Vanya. Dia menahan sang istri, menatap dengan pandangan tajam.

"Aku tidak suka diabaikan, Vanya," desis Austin.

"Aku juga tidak suka ada yang mencampuri urusanku, Austin," sahut Vanya dengan suara parau. Dia melepas tangan sang suami kasar dan melanjutkan ucapannya, "Aku juga tidak suka disentuh tangan kotor seperti milikmu."

Rahang Austin langsung mengeras, tidak terima dengan ucapan sang istri. Tangannya langsung menuju ke arah rahang Vanya dan mengapit kasar.

"Kamu menghinaku, Vanya?" tanya Austin tidak ramah sama sekali.

"Aku mengatakan yang sebenarnya, Austin. Kamu sudah berhubungan dengan jalang sialan itu dan aku tidak sudi disentuh orang kotor sepertimu," jawab Vanya dengan sisa tenaga yang ada.

"Kalau begitu, aku akan buat kamu kotor juga, Vanya." Austin langsung tersenyum sinis.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Kim Meili

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku