Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Godaan Sang Mantan

Godaan Sang Mantan

Miss.EA

5.0
Komentar
28.2K
Penayangan
21
Bab

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) "Ughh..." Marina melenguh sambil mencengkram pergelangan tangan Willem. "Sakit, Will." "Kamu mendesah barusan," bisik Willem. Marina menggigit bibirnya menahan senyum yang hendak terbit. Willem segera menegakkan punggungnya, menatap Marina dengan penuh cinta di bawah kendalinya. "Tapi sakit, jangan terlalu keras... ahhh," ucap Marina. Belum selesai ia berucap, tiba-tiba ia mendesah saat Willem menghentakkan pinggul dengan lembut. "Ahhh..." *** Seiring berjalannya waktu, Marina semakin yakin bahwa keputusannya untuk menghindari pertemuan dengan mantan kekasihnya, Willem Roberto, adalah langkah yang tepat. Luka yang dalam akibat keputusan Willem di masa lalu membuat Marina merasa hancur dan ditinggalkan begitu saja setelah ia menyerahkan segalanya kepadanya. Meski Marina berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi Willem, takdir mempertemukan mereka kembali setelah tujuh tahun berpisah. Pertemuan ini tidak bisa dihindari, dan Marina pun merasa tergoda oleh pesona mantan kekasihnya. Walaupun hatinya masih terluka, Marina terbawa dalam nostalgia dan hangatnya kenangan masa lalu. Keduanya larut dalam kenangan manis dan berbagi momen intim di dalam kamar hotel. Willem terus menggoda Marina dengan daya tariknya yang memikat, membuat wanita itu sulit untuk menolaknya. Marina pun berada dalam kebimbangan, diantara kerinduan akan cinta yang dulu dan ketakutan akan luka yang mungkin kembali menghampirinya. Kisah cinta Marina dan Willem kembali terjalin, namun kali ini dipenuhi dengan ketidakpastian dan keragu-raguan. Marina harus segera memutuskan apakah ia akan terus terjebak dalam kenangan yang menyakitkan atau memilih untuk bangkit, memperbaiki diri, dan menempatkan kebahagiaannya di atas segalanya.

Bab 1 Kepergok

***

Marina memarkirkan mobilnya dengan hati-hati di tempat parkir sebuah restoran. Setelah mematikan mesin dan melepas seatbelt, ia meraih tas branded-nya yang terletak di kursi kosong di samping, serta sebuah map berwarna kuning muda.

Dengan langkah hati-hati, Marina turun dari mobil dan menutup pintu dengan rapat sebelum mengunci kendaraannya dengan otomatis. Wanita berusia 27 tahun dengan paras cantik sempurna itu berdiri sejenak di samping mobil, menatap ke arah restoran.

Penampilannya terlihat formal dan khas kantoran, menunjukkan bahwa kunjungannya ke restoran ini adalah untuk pertemuan dengan salah satu kliennya.

Dengan langkah mantap, Marina melangkah menuju pintu restoran. Saat memasuki restoran, dia melihat suasana yang ramai oleh pengunjung. Tidak mengherankan, karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, waktu yang tepat bagi orang-orang untuk menyantap makan siang. Marina merasakan kehangatan dan kesibukan dari restoran yang dipenuhi dengan aroma makanan lezat dan tawa para pengunjung.

Saat Marina melangkah menuju ruang VIP tempat dia bertemu dengan kliennya, tiba-tiba dia tidak sengaja melihat dua orang yang sangat dikenal baginya.

Langkah kaki Marina refleks terhenti saat dia menatap fokus pada kedua sosok yang duduk semeja, saling melempar senyum satu sama lain.

Dengan perasaan berdebar, Marina memutuskan untuk berbelok arah menuju meja mereka. "Luke, Vamela?" Serunya, menyebut kedua nama orang itu.

Pria tampan bernama Luke Vaken segera menoleh dan menatap Marina dengan ekspresi terkejut. Begitu pula dengan wanita yang duduk bersamanya, Vamela, yang juga terlihat terkejut.

"Honey?" Luke terdengar gelagapan. Dia melirik ke arah Vamela, yang terlihat gugup sambil menggigit bibirnya. Luke bangkit dari duduknya, menelan saliva dengan kasar. Dadanya berdebar sangat kencang.

"Kalian ... sedang apa di sini?" Tanya Marina sambil menatap bergantian antara Luke tunangannya dan Vamela sahabatnya. "Makan siang bersama?" Lanjutnya bertanya, mencoba mencari penjelasan dari situasi yang sedang terjadi.

Vamela segera bangkit dari duduknya, hendak mengatakan sesuatu namun sudah keduluan oleh Luke. "Honey... tolong jangan salah paham dulu. Aku dan Vamela disini ... kami memiliki pertemuan seputar pekerjaan," jelaskan Luke dengan cemas.

Marina terdiam dengan ekspresi dingin. Menarik pandangannya dari Luke, dia melirik Vamela. "Benarkah seperti itu, Mel?" Tanyanya pada sahabatnya.

Dengan perasaan berdebar, Vamela mengangguk, gerakannya terlihat kaku. Dia memaksakan senyum, berusaha menutupi rasa gugup dan kaget yang sama-sama dirasakannya. "Benar, Marina. Aku dan Luke bertemu di sini untuk rapat. Atasanku berhalangan hadir, jadi aku diminta untuk mewakilkan pertemuannya dengan Luke. Tadinya aku tidak tahu bahwa klien bosku adalah Luke," terang Vamela, sejenak melirik cemas pada Luke.

Marina terdiam sejenak, memperhatikan Luke dan Vamela. 'Tidak mungkin. Mereka tidak mungkin menjalin hubungan di belakangku,' bisik Marina dalam hati, mencoba untuk memproses informasi yang baru saja dia dengar. Suasana di antara mereka terasa tegang, dengan ketegangan yang terasa di udara antara ketiga orang tersebut.

"Honey... apa yang dikatakan oleh Vamela adalah yang sebenarnya. Kami bertemu untuk rapat dan ... sama sekali tidak disengaja. Aku pun tidak tahu bahwa yang akan bertemu denganku adalah Vamela," ujar Luke, mencoba membantu Vamela meyakinkan Marina. Dia melirik sebentar pada Vamela, menemukan tatapan nanar wanita itu, namun dia memilih untuk mengabaikan dan fokus pada Marina.

Marina menarik napas dalam sebelum menghembuskannya perlahan. Dia mengangguk pelan sambil mengulas senyum. "Baiklah. Aku percaya, kalian tidak mungkin menjalin hubungan diam-diam di belakangku," ucapnya, sambil menatap keduanya bergantian dengan senyum di wajah cantiknya.

Vamela menelan saliva dengan kasar, sembari mengangguk pelan dengan gerakan kaku. Senyumnya pun terlihat kaku. "Iya ... iya, mana mungkin kami melakukan itu di belakangmu. Mustahil, Marina," ucapnya dengan suara yang terputus-putus.

"Ya sudah kalau begitu, kalian lanjutkan saja," ujar Marina, mencoba mengakhiri ketegangan di antara mereka.

"Kamu sendiri ingin bertemu dengan siapa di sini?" Tanya Luke kepada Marina.

Marina menatap sang tunangannya dengan serius. "Aku ada pertemuan dengan klien," jawabnya dengan tegas.

"Mana orangnya? Apakah sudah datang?" tanya Luke, mengerutkan keningnya, lalu mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Mencari sosok yang akan bertemu dengan kekasihnya.

"Sepertinya sudah. Dia menunggu di ruang VIP," jawab Marina.

"Kalian bertemu di ruang VIP?" Luke menunjukkan ekspresi kebingungan.

"Aku tidak pernah melakukan meeting di tempat terbuka, Luke. Aku tidak terbiasa," terang Marina. Luke mengangguk paham.

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan menunggu sampai kamu selesai meeting," ujar Luke.

"Tidak perlu, sepertinya agak lama. Dan setelah meeting, aku harus segera kembali ke kantor," jelas Marina, melirik sebentar pada Vamela yang tampak menghindari kontak mata dengan dirinya.

"Kamu lanjutkan saja dengan Vamela. Kalau sudah selesai, kamu bisa sekalian antar dia. Soalnya tadi aku tidak melihat mobilnya di tempat parkir," tambah Marina.

Deg!

Seketika tubuh Luke menegang kaku, tidak jauh berbeda dengan Vamela. Dada wanita itu semakin berdebar kencang. Suasana kembali tegang, dengan kegelisahan yang terpancar jelas dari ekspresi Luke dan Vamela.

"Aku pergi dulu, ya," pamit Marina pada mereka.

"Marina-," Vamela meraih tangan kanan Marina. Wanita itu berhenti dan menatap serius padanya. "Tolong jangan berpikir yang macam-macam tentang aku dan Luke. Kami ... tidak ada hubungan apa-apa. Pertemuan ini murni bisnis," jelaskan Vamela dengan raut wajah memelas.

Marina menghela napas. "Kamu tenang saja. Aku percaya kalian tidak mungkin sejahat itu padaku," ucapnya sambil tersenyum. Setelah melirik sebentar pada sang tunangannya, Marina melanjutkan, "Ya sudah, aku harus segera bertemu kliennya. Aku sudah terlambat beberapa menit. Kalian lanjutkan saja."

Setelah Vamela melepaskan cengkraman lembut pada lengannya, Marina melangkah menjauh dari mereka, menuju ruang VIP tempat pertemuannya dengan klien.

Luke memiringkan posisi tubuhnya untuk melihat punggung sempit Marina yang semakin menjauh. Kemudian, dia beralih menatap Vamela yang terduduk lemas di kursi.

Menghela napas, Luke turut mendudukkan tubuhnya. "Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja," ucapnya sambil menatap serius pada Vamela. Suasana yang tegang mulai mereda sedikit, namun kekhawatiran masih terpancar jelas dari wajah keduanya.

Vamela menggelengkan kepala sambil meraih tas di sisi meja, memasukkan ponsel ke dalam tas. Dia menatap Luke, "Aku mau pulang saja. Kamu tidak usah mengantarku," ujarnya lalu dengan segera bangkit dari duduknya dan menjauh dari meja.

"Vamela, tunggu!" Sentak Luke menahan tangan kanan Vamela, membuat wanita itu menghentikan langkah dan mendongak padanya dengan raut wajah cemas.

"Lepaskan aku, Luke! Jangan sampai Marina melihat kita!" ujarnya dengan suara tertahan, tidak ingin menarik perhatian para pengunjung lain di sana.

"Aku antar kamu. Kamu datang ke sini bersamaku, artinya kamu harus pulang bersamaku juga," tegas Luke, membuat Vamela terdiam pasrah. Mereka berdua kemudian keluar dari restoran menuju mobil Luke yang terparkir agak jauh dari posisi mobil Marina.

Luke dan Vamela pergi bersama-sama. Tujuan mereka adalah apartemen Vamela, sesuai keinginan wanita tersebut sebelumnya.

Selama satu tahun, Luke dan Vamela menjalin hubungan diam-diam di belakang Marina, tunangan Luke.

Luke adalah putra dari salah satu rekan bisnis Charles, ayah Marina. Sekitar dua tahun lalu, Charles memperkenalkan putrinya dengan Luke dan berharap mereka bisa menjalin hubungan serius.

Seiring berjalannya waktu, Marina dan Luke memutuskan untuk menjalin hubungan seperti yang diharapkan oleh orang tua mereka masing-masing.

Dulu, Marina sering mengajak Vamela ketika bertemu dengan Luke, sementara di sisi lain hubungan Marina dan Luke terkesan dingin. Tidak ada kehangatan di dalamnya, namun Luke tetap ingin melanjutkan hubungan dengan gadis itu karena perusahaannya menjalin kerjasama dengan perusahaan keluarga Marina.

Setiap kali Luke bertemu Marina, Vamela selalu berada di tengah-tengah mereka, membuat Luke berpaling dari Marina. Ia tertarik oleh pesona Vamela hingga keduanya pun menjalin hubungan di belakang Marina setelah wanita itu bertunangan dengan Luke setahun yang lalu.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Miss.EA

Selebihnya

Buku serupa

Sang Pewaris Terkaya

Sang Pewaris Terkaya

Lebih

4.8

Sejak kecil, aku selalu hidup miskin. Setiap pulang sekolah, aku akan bertemu dengan pemandangan ayahku yang sibuk di dapur. Dari ingatanku yang paling awal, aku akan selalu ingat ayahku mengenakan seragam pabrik lamanya di rumah. Rambutnya seputih salju dan kulitnya sangat gelap. Dia biasanya merokok rokok murah dan mobil yang dikendarainya adalah Kijang tua yang benar-benar rusak. Terlepas dari semua kesulitan kami, ayahku mengabdikan dirinya ke dalam pekerjaannya selama 18 tahun dan membesarkanku dengan kemampuan terbaiknya, dan aku akhirnya tidak mengecewakannya karena aku berhasil masuk ke universitas yang sangat bagus. Karena aku berasal dari kemiskinan, aku harus bekerja paruh waktu untuk membayar biaya kuliah yang tinggi. Aku tahu teman sekelasku pasti memandang rendah diriku karena aku sangat miskin, tetapi aku melakukan yang terbaik untuk tidak membiarkan hal itu mengganggu pikiranku. Pada hari ulang tahunku yang ke-18, ayahku mengumumkan bahwa dia akan memberiku hadiah ulang tahun dan dia akan membawanya kepadaku secara langsung. Hari itu aku melihat ayahku dalam pandangan baru. Kepala putih salju ayahku yang kasar telah berubah menjadi hitam mengkilat. Dia telah mengganti pakaiannya yang compang-camping dengan setelan Givenchy yang mahal, dan dia bahkan memakai jam tangan Patek Philippe di pergelangan tangannya. Kijang tua sekarang menjadi Rolls Royce edisi terbatas. Aku menatap ayahku dengan mata bingung dan bertanya dengan suara tidak percaya, "Ayah, apakah keluarga kita benar-benar yang terkaya di dunia saat ini?" Ayahku mengeluarkan cerutu Maya Sicars senilai Rp 5.000.000.000, menyalakannya, dan meniup cincin asap. “Nak, aku tahu kamu telah banyak menderita selama 18 tahun terakhir, dan aku merasa malu karena aku tidak dapat memberikan lebih banyak untukmu. Aku ingin kamu mengambil seratus miliar ini sebagai uang saku terlebih dahulu. Kamu dapat memintaku lebih banyak nanti jika itu tidak cukup!

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku