Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Tepat pukul dua belas siang, Ayu Soraya sudah duduk dengan tenang di halte bus yang letaknya sekitar lima ratus meter dari gerbang kampus. Ayu baru saja melihat situasi kampus yang ingin dirinya pilih, tentu saja jika melihat melalui internet saja rasa-rasanya kurang puas. Ayu sejatinya sempat ragu untuk mengambil kuliah di sini, karena sama saja dirinya akan terpisah dengan ibunya yang sering sakit-sakitan dan ia juga harus ngekos demi menghemat pengeluarannya nantinya.
“Evan nggak antar kamu, Yu?” tanya Ika salah satu temannya sekampung.
Ayu memalingkan wajah menatap Ika yang sedang menikmati es teh manis. “Dia udah mulai kerja katanya,” jawab Ayu seraya tersenyum tipis.
Ika mengerutkan dahinya, ia merasa janggal dengan pernyataan Ayu karena kemarin lusa ia sempat melihat Evan menggandeng tangan seorang wanita memasuki gerbang kampus swasta ternama di kota itu.
“Kamu yakin?” tanya Ika lagi memastikan.
“Yakinlah dia sendiri yang bilang tadi pagi,” kata Ayu bersamaan dengan bus yang mereka tunggu telah tiba. Mereka berdua bergegas menaiki bus dan kembali ke kampung.
“Ika kamu tahu nggak, Bapak hari ini pulang lho. Akhirnya setelah dua bulan tugas luar pulau terus,” kata Ayu setelah keduanya mendapatkan tempat duduk di bangku tengah.
“Wah, Ibu pasti senang ya? Semoga aja kali ini, Bapakmu nggak tugas keluar lagi. Siapa tahu dengan begitu Ibu segera bisa cepat sembuh ya, Yu,” timpal Ika. Ika tentu bahagia teman sekolah dan teman mainnya ini bisa kembali berkumpul dengan sang ayah, selama ini Ayu sudah banyak melewatkan masa remajanya dengan mengabdikan dirinya untuk mengurusi sang bunda.
“Amin …,” ucap mereka bersamaan.
“Ayu, jam berapa sampai rumah, Nak? Bapak sudah sampai baru saja.” Begitu pesan yang berasal dari Damar Prawira, ayah Ayu.
“Ayu sudah di atas bus, Pak. Sekitar tiga puluh menit lagi Ayu pasti sudah sampai.” Itu balasan pesan dari Ayu.
Hatinya semakin bahagia sudah mengetahui jika sang ayah sudah berada di rumah, kendati sang pacar sejak mereka lulus seperti menjaga jarak. Ayu tentu menyadari hal itu tetapi ia selalu berusaha untuk berpikir positif dan tidak menaruh curiga. Evan, pacarnya itu setiap pagi masih menghubunginya saja buat Ayu sudah sangat bersyukur karenanya. Ayu juga belum berpikir untuk terlalu serius dalam berlanjut ke jenjang berikutnya karena ia ingin menjadi orang yang berhasil dan bisa membanggakan kedua orangtuanya, terlebih jika dirinya bisa bekerja di luar negeri seperti yang dilakukan oleh saudara sepupunya Dion.
♥
Ayu membuka pintu pagar rendah rumahnya dan bergegas melangkah riang ke pintu depan yang sedikit terbuka. Sayup-sayup terdengar tawa riang sang bunda yang rasanya sudah lama sekali tidak Ayu dengar, senyum gadis itu semakin mengembang karenanya.
“Selamat siang, spada!” sapa Ayu dengan ceria yang kemudian dibalas oleh kedua orangtuanya.
Ayu sendiri langsung berhambur memeluk leher sang ayah, Damar membalas pelukan sang anak semata wayangnya itu. Keduanya saling menyalurkan rasa rindu yang membuncah, wajar saja sudah dua purnama mereka tak bersua.
“Ayu kangen banget sama Bapak. Bapak jangan pergi ke luar pulau lagi ya, Pak?” pinta Ayu.
Masih di dalam pelukan anak perempuannya, Damar menjawab, “Sepertinya kali ini Bapak tidak akan pergi kemana-mana lagi. Bapak cuma ingin agar Ayu bisa menjadi anak yang selalu bisa mandiri dan baik ya Nak.” Kata-kata yang diucapkan oleh Damar memang biasa saja tetapi untuk Ayu terasa berbeda, dadanya berdesir dengan rasa yang membuatnya gundah. Ayu merenggangkan pelukannya dan menatap lekat-lekat wajah sang ayah yang memang tampak sedikit pucat di kulit paruh bayanya yang berwarna gelap karena seringnya terpapar sinar surya.
Ayu menangkup kedua sisi wajah sang ayah dan bertanya, “Bapak sakit?”