Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Titip Benih
BAB 01
Namaku Airin. Aku adalah istri kedua. Tapi tolong jangan samakan aku seperti istri kedua pada umumnya yang selalu menang dari istri pertama.
Suamiku bernama Ikhsan. Mas ikhsan menikahiku karena ingin memiliki keturunan. Karena Laras--istri pertamanya tidak bisa memiliki keturunan.
Jujur aku bukanlah seorang perempuan baik-baik. Aku bekerja sebagai kupu-kupu malam. Semua itu aku lakukan karena aku tidak memiliki pilihan lain. Aku yang hanya lulusan SD tidak bisa memilih pekerjaan yang aku inginkan.
Dulu aku pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga, namun gaji yang aku terima tidak cukup untuk biaya pengobatan adik semata wayang ku.
Adik ku menderita penyakit kanker darah, sehingga mau tidak mau aku harus bekerja sebagai kupu-kupu malam agar aku bisa membiayai pengobatan adikku.
Namun setelah beberapa kali kemo terapi Tuhan telah memanggilnya.
Setelah kepergian adikku, tak ada lagi alasan ku untuk masih bekerja seperti ini. Sehingga aku putuskan untuk bertaubat dan kembali kejalan yang benar.
Malam itu tekadku sudah bulat untuk bisa pergi dari tempat ini. Karena aku benar-benar ingin bertaubat.
"Mi. Aku ingin meminta ijin untuk keluar dari tempat ini. Aku ingin bertaubat." Ucapku pada pemilik tempat ini.
"Airin! Apa mami tidak salah dengar?" Tanyanya sambil menatap ku
"Tidak, Mi. Airin benar-benar ingin bertaubat. Sudah tak ada alasan lagi bagi Airin untuk masih bekerja seperti ini." Jawabku
"Rin. Cobalah kamu pikir-pikir dulu. Apa gak sayang? Ingat pelanggan mu banyak lho!" Ucapnya
"Gak, Mi. Tekadku sudah bulat." Jawabku sangat yakin.
Mami diam tak menjawab lagi ucapan ku. Aku berusaha mengejarnya, namun tiba-tiba aku dipanggil oleh seseorang.
"Maaf, tadi aku mendengar pembicaraan kalian." Ucap seorang laki-laki.
"Lalu?" Tanyaku
"Jika, kamu memang benar-benar ingin bertaubat dan keluar dari tempat ini. Aku bersedia membantu mu." Jawabnya
"Membantu? Dengan cara apa?" Tanyaku
"Aku akan menikahi mu. Agar bos mu bisa membiarkan mu keluar dari tempat ini." Jawabnya
Mataku membulat mendengar jawaban laki-laki itu. Jujur aku belum memikirkan sebuah pernikahan. Aku merasa tidak pantas untuk dijadikan sebagai seorang istri karena pekerjaan ku yang sangat hina ini.
"Aku serius! Pikirkan dulu. Jika kamu setuju hubungi aku." Ucapnya sambil memberikan nomor ponselnya.
Setelah itu, laki-laki itu pergi meninggalkan ku yang masih bengong.
Tiga hari berlalu. Mami tak merespon sama sekali keinginan ku.
"Mi. Tolong lepaskan aku dari sini..." Ucapku mengiba
"Airin! Bagaimana bisa. Aku melepaskan mu begitu saja!" Jawabnya
"Maksud mami apa?" Tanyaku tak mengerti
"Jika ada orang yang mau menebus mu sepuluh juta baru kamu boleh pergi dari tempat ini!" Jawabnya
Aku sangat terkejut mendengar hal itu.
"Apa! Sepuluh juta! Tapi. Airin tidak pernah punya hutang sama mami! Lalu untuk apa Airin harus membayar semua itu!" Bentakku
"Ya. Terserah kamu! Jika kamu mau keluar dari sini, itu syaratnya. Jika kamu berani kabur maka kamu tahu sendiri bagaimana anak buah mami akan memberi mu pelajaran." Jawabnya sambil berlalu pergi.
Setelah kepergian mami, aku hanya bisa menangis. Aku bingung dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Karena semua uang ku sudah habis untuk biaya pengobatan mendiang adikku.
Aku teringat akan laki-laki yang waktu itu. Dengan sedikit ragu aku coba untuk menekan nomornya dan tak berapa lama panggilan ku tersambung.
"Hallo"
"Iya, hallo. Eeehhhmmm... Maaf mengganggu ini aku."
"Oh. Kamu? Bagaimana apa kamu menerima tawaran ku?"
"Sebenarnya aku mau menerima tawaran mu. Tapi..."
"Tapi apa? Ngomong saja jangan sungkan."
"Mami meminta ku untuk membayarnya sepuluh juta jika aku ingin keluar dari tempat ini."
"Oh. Tunggu. Satu jam lagi aku kesana dengan membawa uang yang Bos mu minta."
"Kamu tidak lagi main-main kan?"
"Untuk apa aku main-main? Kamu tunggu saja, satu jam lagi aku pasti sudah sampai disana."
Setelah itu laki-laki itu mematikan sambungan telepon secara sepihak.
Jujur ada rasa lega dihati ini. Namun ada juga rasa takut jika laki-laki itu hanya berbohong. Karena dia tidak mengenal ku dan tiba-tiba ingin aku menikah dengannya?.
"Ya Allah... Aku pasrahkan semuanya kepada mu. Jika dia memang benar-benar ingin menolong ku maka permudahkan segala urusannya" doaku dalam hati.
Aku tidak langsung memberitahu mami. Karena aku takut jika laki-laki itu hanya berbohong kepada ku.
Aku masih tetap didalam kamar sambil terus berdoa dan berharap semoga laki-laki itu memang benar-benar serius mau menolong ku.
Aku benar-benar berharap jika laki-laki itu serius menolong ku.
Dan benar saja tepat satu jam aku menunggu. Pintu kamar ku di ketuk.
Aku langsung bergegas membuka pintu. Ketika pintu terbuka ternyata mami sudah berdiri.
"Airin. Sekarang kamu pergi dari sini. Kamu sudah di tebus sama laki-laki yang ada didalam mobil itu." Ucapnya sambil mengibaskan gepokan uang
Aku benar-benar tak percaya jika laki-laki itu ternyata tidak main-main dengan ucapannya.
"Cepat! Dia bilang kamu tidak perlu membawa barang mu. Jadi kamu pergi gitu aja." Imbuh mami.
Aku tak lagi menggubris mami. Aku langsung berlari ke depan untuk menemui laki-laki itu.
Aku ketuk kaca mobil itu dan tak berselang lama laki-laki itu menurunkan kaca mobilnya.