Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Sang Majikan
Penyihir tua Marton dengan tulang hidung panjang dan mata tajam yang menjorok ke dalam tulang tengkoraknya menatap marah pada Emily yang berdiri ketakutan.
Emily merasakan udara kemarahan Marton mengisi seluruh ruangan. Benda-benda di sekitar mereka bergerak seolah kutub magnet utara dan selatan sedang terguncang.
"Membantu penyihir yang bersekutu dengan bangsa srigala hanya akan membuatmu menjadi pengkhianat. Para tetua kita sudah memutus hubungan kita dengan penyihir yang tersesat itu sejak lama."
Tersesat adalah kata yang sering dipakai Marton untuk muridnya yang membangkang, diam-diam tidak mentaati peraturan dan tidak menghafal mantra sebelum tidur.
"Tapi dia hanya seorang anak kecil keturunan penyihir yang tersesat. Lagi pula aku hanya menunjukkan jalan pulang. Tidak ada yang salah dengan itu." Emily membela diri.
Marton yang marah segera melemparkan tongkat sihirnya ke arah Emily, namun gadis itu menangkisnya dengan cepat.
"Tuan Marton, aku hanya berniat membantu," kata Emily dengan lembut. Gadis itu mencoba bersabar menghadapi amarah gurunya. Amarah yang menurutnya sama sekali tidak masuk akal.
"Tidak ada toleransi! Kau akan tetap kuhukum dengan menjadi tahanan di hutan bayangan dan kau tidak akan pernah bisa keluar dari sana sampai ada seorang laki-laki keturunan Elf yang mencium bibirmu."
Splash!
Setelah mengucapkan kalimat panjang itu, Marton membaca mantra singkat dan Emily menghilang. Gadis cantik itu harus menghadapi takdirnya sendirian terkurung dalam hutan bayangan. Hutan yang tidak pernah di huni manusia dan binatang kecuali rusa emas langka yang merupakan jelmaan dari peri hutan.
****
Dalam beberapa detik, Emily sudah mendapati dirinya berada di antara pohon pinus yang menjulang tinggi. Gadis itu menghela nafas panjang. Penyihir Marton benar-benar tidak pernah bercanda soal hukuman. Tapi Emily tidak akan pernah menangis. Dia bukan gadis cengeng. Sepanjang penyihir tua Marton memiliki murid, hanya Emily yang sangat keras kepala. Bahkan Emily menambah tahun pendidikan sihirnya karena selalu gagal dalam ujian praktik sihir dan itu membuat Marton merasa jengkel.
Sinar matahari yang begitu cerah, menunjukkan musim panas di dunia manusia. Sinar matahari menembus di antara dedaunan lebat pohon pinus sehingga Emily bisa melihat sekitar. Emily sangat takjub ketika seekor rusa emas melintas di hadapannya. Emily berniat menyapa, tapi rusa itu lari melesat meninggalkannya secepat anak panah.
"Baiklah. Mungkin para peri hutan tidak terbiasa dengan penyihir sepertiku," kata Emily dengan sedih. Emily merasa benar-benar kesepian. Tidak ada lagi burung hantu Sady yang bisa diajaknya bicara seperti ketika dia ada di rumah sihir milik Penyihir Marton. Hanya bunyi hembusan angin yang membunuh kesepian di sekitar Emily. Juga kakinya yang menimbulkan suara berisik ketika menginjak semak belukar.
Emily terus berjalan. Inchi demi inchi hutan hutan bayangan membuat Emily takjub. Di mata Emily, pohon pinus yang tersusun rapi seperti menggambarkan keteraturan, seperti yang disukai Penyihir Marton.
"Keteraturan dan keseimbangan adalah aspek penting yang diperlukan dalam dunia sihir. Semua penyihir harus memiliki dua hal itu dalam jiwanya." Emily mengingat lagi ucapan penyihir Marton.
Emily terus berjalan. Sekitar lima puluh meter ke depan, pandangannya menemukan sebuah tanah terbuka dengan rumput yang menghijau. Emily ingin mencoba kekuatan sihir berpindah tempat, tapi gadis itu lupa mantranya.
"Baiklah, aku akan berjalan kaki. Bahkan manusia juga tidak pernah mengeluh ketika mereka tidak memiliki sihir sama sekali dan mereka baik-baik saja. Ya, semuanya akan baik-baik saja untukku." Emily menghibur diri.
Emily berjalan lambat. Sesekali berhenti ketika kakinya tersangkut semak berduri. Lalu mengasihani diri dan berjalan kembali. Tanah terbuka hampir di depan matanya.
Satu langkah lagi! Emily akan sampai. Ketika Emily mencoba keluar dari hutan, tubuhnya tersengat listrik. Gadis itu mundur sambil merintih. Rasanya tubuhnya seperti terbakar.