Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Sial!" Lelaki itu mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang menerpa wajahnya, sebelum akhirnya kesadarannya mengumpul di dunia nyata.
Mata Jeno hampir meloncat dari matanya saat kesadarannya sudah kembali. Matanya liar keseluruh ruangan dan itu bukanlah kamar yang biasa ditempatinya.
"Hah! Apa yang terjadi?" Gumamnya. Jantung lelaki itu memompa dengan cepat begitu menyadari tubuhnya hanya berbalut selimut tebal yang membingkai ranjang besar.
Ia terpekik syok begitu meraba tubuhnya sendiri tidak ada sehelai benangpun yang menempel dalam tubuhnya di balik selimut. Tubuh naked-nya merinding saat mengingat kejadian semalam. Tubuh lelaki itu tiba-tiba gemetar saat melihat sosok tubuh gadis dan dikenalnya sedang terlelap damai tidur di sebelahnya dengan kondisi yang sama dengan dirinya.
"Oh, shit! Apa yang terjadi semalam?!" Jeno menggelengkan kepalanya menjerit dalam hati, wanita itu menarik rambutnya frustasi. Manik matanya memindai lantai yang berserakan bajunya dan baju lelaki itu.
"Argh, kenapa harus dia?" Jeno Dirgantara mengusap wajahnya kasar mengapa ini terjadi pada dirinya. Ia segera keluar dari kamar ini setelah mengenakan pakaiannya kembali meninggalkan gadis yang sudah dia tiduri semalam.
Dia tidak habis pikir kenapa bisa-bisanya sampai ke ranjang? Kalau tidak ada obat perangsang paling Jeno juga tidak akan melakukan hal seperti ini. Lalu siapa yang berani memberikan obat itu ke minumannya? Dan wanita itu. Sangat sulit untuk dijelaskan.
_
"Aish, kenapa kesiangan lagi sih?!" Pagi-pagi sudah ngedumel karena bangunnya kesiangan tanpa ada yang membangunkannya. Karina kesal, akhirnya dia buru-buru membersihkan tubuhnya dan segera pergi kuliah hari ini.
Karina menuruni tangga dengan terburu-buru kemudian disusul oleh Jeno, sang kakak. Mereka menuju ke meja makan. Gadis sudah rapi dengan pakaiannya yang feminim dan anggun. Rambutnya digerai panjang asli berwarna coklat, selalu menjadi most wanted di kampusnya. Wajah cantik dan imut itu, membuatnya banyak penggemar.
Brukh!
Jeno tak sengaja menabrak adiknya yang tengah berjalan di depannya. Hampir saja tersungkur, Karina melirik sinis menoleh ke belakang melihat wajah Jeno yang sama sekali tidak ada rasa bersalah kepadanya. Jeno sibuk memainkan ponsel, dengan handphone miring sudah pasti main game online.
"Aw! Sakit tau, emangnya lo nggak bisa jalan pelan-pelan apa?! Fokus!" cetus Karina.
"Sorry," ucapnya tanpa menoleh ke arah Karina.
"Orang kayak dia, pantesnya hidup di hutan!" umpat Karina setelah membalikkan tubuhnya berjalan lebih cepat menuju meja makan. Ayah dan Ibunya sudah siap untuk menikmati sarapan pagi bersama.
Karina mendengus kesal wajahnya menunjukkan tidak suka kepada lelaki itu. Begitu pula dengan Jeno dingin sekali kepada Lisa. Mereka benar-bener menunjukkan sikap tidak saling menyukai karena tidak menyetujui hubungan kedua orang tua mereka. Jeno Dirgantara putra dari Mario Dirgantara telah menikahi seorang wanita yaitu Nissa Marcelina Anggun memiliki seorang putri bernama Karina Marcelina.
"Hari ini, hari pernikahan Mama dan papa yang ke 3 tahun. Kalian mau ikut datang ke Dinner kami?" tanya Nissa seraya menuangkan air putih ke gelasnya Jeno.
"Nggak!"
"Nggak juga!"
Jawaban kompak disertai ekspresi tak minat menatap kedua orang mereka. Jeno melirik ke arah Karina yang sama sekali tidak memakan santapan pagi ini, hanya di liat saja. Perasaan mereka sama, keduanya keras kepala kalau tidak ya tidak dan itu, sejak pertama kali sang Ayah memberitahu anniversary pernikahan.
"Kenapa? Kalian harus datang karena acara ini cukup besar, Mama dan papa mengundang banyak tamu. Ayolah, Nak. Jeno, Karina, sampai kapan kalian akan terus seperti ini?"