Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Sang Majikan
Di kediaman Sailendra
Amira, seorang wanita berusia 36 tahun sedang menyiapkan makanan di dapur. Sedangkan ayah mertuanya menunggu dengan manis di meja makan. Amira merupakan istri dari pengusaha Norman Sailendra, ibu dari dua orang anak dan menantu dan Pak Tua Sailendra.
"Hari ini sarapan apa, Amira?" Sailendra bertanya, pria tua berusia 75 tahun itu mulai bangkit dari duduknya.
"Aku membuat sup, ayah," jawab Amira, sembari menoleh ke belakang.
"Kedengarannya enak, tapi aku tahu apa yang lebih enak." Sailendra berjalan mendekat ke arah Amira, wanita itu tak menyadari maksud dari ucapan mertuanya.
"Makasih ayah, tapi aku sudah berusaha dengan baik memasak ini." Amira masih santai, dia mencicipi masakannya yang sebentar lagi matang.
"Ada yang lebih nikmat dari itu, Amira."
'grepe'
Amira membulatkan matanya ketika merasakan sentuhan di kedua bokongnya, sepasang tangan yang dengan lancang menyentuh dan meremas benda kenyal itu.
"Apa yang kamu lakukan, ayah mertua?" Amira bertanya panik, pipinya memerah dan jantungnya berdegup kencang.
"Ini adalah sesuatu yang lebih enak dari sup," jawab Sailendra yang sekarang sudah berhasil menaikkan rok mini Amira, sehingga tempampanglah pantat mulusnya yang semok yang hanya dipakaikan celana dalam kecil yang menutupi bagian intimnya saja.
"Ada apa denganmu, hentikan ini!" Amira sedikit menyentak, berharap Sailendra benar-benar menghentikan aktivitasnya. Sementara pria tua itu mengelus vagina Amira.
"Ouwhhh" Amira mendesah pelan
"Sekali ini saja, Amira. Kumohon izinkan aku!"
Amira tak menjawab, dia sedikit membongkokkan tubuhnya refleks. Wajahnya semakin memerah, keringat dingin mulai menetes dari pelipisnya.
"Sebuah bolu yang empuk, ini adalah bokong idamanku, bokong yang selalu kumimpikan ketika aku coli!" Sailendra benjongkok sambil terus memandangi bokong Amira.
'Tidak, aku tidak bisa menerima perlakuannya yang seperti ini!'
"Hentikan ini, ayah!"
Sailendra tak peduli, dia menempelkan pipinya yang keriput ke bokong Amira, menggosok-gosoknya pelan.
"Bokongmu sangat luar biasa, aku menyukainya sejak kamu tinggal dirumah ini, Amira." pria tua itu menelan salivanya, kiranya bokong yang dia lihat itu adalah santapan yang paling lejat yang pernah dia temui.
Sementara tubuh Amira mulai memanas, keringat menetes dari mana-mana.
"Ini sangat lembut dan lengket, bokong yang lezat ini sekarang ada di depanku." Sailendra mulai menurunkan celana dalam Amira, menampakkan vaginanya yang basah dengan bulu-bulu halus yang kelihatan sudah dipangkas.
"Tolong hentika aahh" Amira terus mengatakan kalimat penolakan, tapi dia sama sekali tak melakukan perlawanan. Justru tubuhnya terlihat sedang menikmati sentuhan dari ayah mertuanya itu.
"Kamu sangat basah, terima kasih atas makannya, Amira."
Setelah mengatakan itu, Sailendra langsung melahap vagina Amira layaknya sebuah santapan yang sangat lezat. Lidahnya dengan lihai menjilan dan menusuk-nusuk lubang kemerahan itu.
"Aahhhn eeemhhhh" Amira mulai mendesah, wajahnya sangat merah dan tubuhnya semakin berkeringat.
'Slurp...slurpp'
"Eemhhhh"
"Aaahhh aku mau muncrat..."
Amira menutup mulutnya dengan telapak tangan, ia tak kuasa menahan rasa nikmat dibawahnya.