Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Angin dingin menusuk kulit saat matahari pagi hanya terlihat sebagai semburat oranye samar di balik kabut tebal. Lembah Asrana, tempat yang selalu dianggap mistis oleh penduduk desa sekitar, berdiri seperti raksasa bisu yang menyembunyikan rahasia-rahasia kuno. Bagi kebanyakan orang, lembah ini adalah tempat yang harus dihindari. Namun, bagi Arkana, itu adalah awal dari petualangan yang telah ia impikan sejak lama.
"Ini dia," gumam Arkana sambil mengencangkan tali ranselnya. Napasnya terlihat jelas di udara dingin. "Tempat yang katanya penuh misteri. Apa kau sungguh menyembunyikan sesuatu, Asrana?"
Arkana, seorang pria berusia 32 tahun dengan semangat petualang tak terbatas, telah mendengar cerita tentang lembah ini sejak kecil. Konon, di balik kabut yang tak pernah hilang itu terdapat reruntuhan peradaban kuno yang menyimpan harta tak ternilai, atau mungkin kutukan mematikan. Tapi Arkana bukan orang yang percaya pada mitos tanpa bukti. Ia percaya pada logika, peta, dan instingnya.
Langkahnya perlahan menapaki jalan setapak berbatu. Kabut semakin tebal, membuat jarak pandang hanya beberapa meter di depannya. Suara burung hutan yang biasanya riuh kini digantikan oleh keheningan yang memekakkan telinga. Di kejauhan, suara gemericik air terdengar samar-samar.
Namun, bukan hanya suasana yang membuat Arkana berhenti melangkah. Dia merasa diperhatikan.
"Siapa di sana?" serunya sambil berbalik cepat. Tangannya refleks meraih pisau kecil di pinggangnya. Tapi yang ia temui hanyalah kabut.
Arkana menghela napas, berusaha menenangkan diri. "Tenang, mungkin hanya imajinasi. Baru juga mulai."
Dia melanjutkan perjalanan, tapi kali ini langkahnya lebih hati-hati. Semakin ia mendekati pusat lembah, semakin ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Pohon-pohon besar di sekelilingnya tampak seperti sosok-sosok bayangan, diam mengawasinya.
Tiba-tiba, suara gemerisik terdengar dari semak-semak di sebelah kanannya. Arkana segera berhenti, pisau kecilnya sudah siap di tangan.
"Keluar!" serunya, mencoba terdengar tegas.
Semak itu bergerak, dan dari baliknya muncul seorang gadis muda, mungkin sekitar awal dua puluhan, dengan wajah penuh debu dan pakaian lusuh. Mata cokelatnya menatap Arkana tajam.
"Kau tidak seharusnya ada di sini," katanya dengan suara pelan namun penuh peringatan.
Arkana tertegun. "Dan kau siapa?"
Gadis itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya memutar tubuhnya dan berjalan menjauh, meninggalkan Arkana dalam kebingungan.
Apa yang membawa gadis itu ke lembah Asrana? Apakah ia sekadar penduduk lokal, atau seseorang yang memiliki hubungan dengan misteri lembah ini? Arkana tahu, jawabannya menanti di balik kabut.
Bab 2: Bayangan di Balik Pohon
Arkana berdiri mematung, matanya terpaku pada sosok gadis yang semakin menghilang dalam kabut. Ia ingin mengejarnya, tapi naluri petualangnya berkata untuk tetap waspada. Dunia ini penuh tipu daya, dan lembah seperti Asrana sering kali menjadi perangkap bagi mereka yang ceroboh.
Namun, rasa penasaran yang membara mengalahkan logikanya. Ia melangkah cepat, mengikuti jejak gadis itu. Di tengah kabut tebal, jejak kaki kecil tampak samar di tanah lembab, menjadi petunjuk satu-satunya.
"Hei! Tunggu!" seru Arkana, suaranya menggema. Tapi gadis itu tak berhenti.
Setelah berjalan beberapa menit, ia tiba di sebuah tempat terbuka. Di hadapannya berdiri sebuah pohon raksasa yang menjulang tinggi, dengan akar-akar besar yang mencengkeram tanah seperti cakar monster. Di bawah pohon itu, gadis tadi berdiri diam, seolah sedang menunggu.
"Akhirnya kau datang," katanya tanpa menoleh.
Arkana mempersempit matanya. "Apa maksudmu? Siapa kau, dan kenapa kau ada di sini?"
Gadis itu berbalik perlahan, menatap Arkana dengan ekspresi serius. "Namaku Nayara. Aku ada di sini untuk mencegah orang-orang bodoh seperti dirimu melangkah lebih jauh."
Arkana mengerutkan dahi. "Mencegah? Maksudmu apa? Aku hanya ingin menjelajahi tempat ini. Kau tahu sesuatu, bukan?"
Nayara mendekat, suaranya menjadi lebih rendah. "Lembah ini bukan sekadar tempat yang ditinggalkan. Ada sesuatu di dalamnya, sesuatu yang tidak seharusnya ditemukan."
"Kau pikir aku takut pada cerita hantu?" Arkana menantang. "Aku sudah menjelajahi banyak tempat yang lebih berbahaya dari ini."
"Tapi tidak ada tempat yang seperti ini," balas Nayara dengan nada tegas. "Asrana tidak seperti dunia luar. Ia memiliki kehendaknya sendiri."
Arkana tertawa kecil. "Kehendak? Kau bicara seolah lembah ini hidup."
"Karena memang begitu," jawab Nayara cepat.
Sebelum Arkana sempat merespons, suara gemuruh terdengar dari arah lain. Tanah di bawah kaki mereka bergetar, dan kabut di sekeliling mulai bergerak seperti makhluk hidup.
"Apa itu?" tanya Arkana, matanya berkeliling mencari sumber suara.
Nayara mencengkeram lengannya. "Kita harus pergi. Sekarang."
"Tunggu-"
"Diam dan ikut aku, atau kau akan mati."
Nada tegas Nayara membuat Arkana terdiam. Gadis itu menariknya menuju jalan setapak kecil di antara akar-akar pohon besar. Mereka berlari menembus kabut, meninggalkan gemuruh yang semakin mendekat.
Setelah beberapa menit berlari, mereka tiba di sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik semak-semak. Nayara segera masuk, diikuti oleh Arkana yang terengah-engah.
Di dalam gua, Nayara menyalakan obor kecil dari kantongnya, memancarkan cahaya hangat yang menerangi dinding batu yang dipenuhi ukiran aneh. Arkana, yang masih mencoba memahami apa yang terjadi, memandangi ukiran itu dengan takjub.
"Ini apa?" tanyanya.
Nayara mendekati salah satu ukiran, menunjuk gambar seperti lingkaran dengan simbol-simbol aneh di dalamnya. "Ini adalah peringatan. Asrana adalah penjaga. Dan siapa pun yang mencoba melanggar batasnya akan berhadapan dengan... dia."