5.0
Komentar
8.8K
Penayangan
190
Bab

Bahtera rumah tangga Beri Pratama dan Monica Sari yang sudah terbina selama hampir 30 tahun terguncang karena hadirnya kembali Soraya Maharani, wanita masa lalunya. Dia datang kembali untuk melanjutkan hubungan dengan laki-laki yang selalu ada dalam relung hatinya. Beri muda saat itu tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar pada Soraya setelah apa yang mereka lakukan pada acara perpisahan SMA yang digelar di rumah megah Soraya. Apa yang akan Beri lakukan? Apakah dia akan kembali pada cinta pertamanya dan menyakiti perasaan istri yang sangat dicintainya yang selama hampir 30 tahun membersamainya dalam suka maupun duka dan juga hati Eka dan Dwi, anak-anak yang sangat disayanginya? Atau meninggalkan kembali cinta pertamanya seperti beberapa tahun yang silam untuk tetap mempertahankan dan melanjutkan mahligai rumah tangga bersama istrinya? Bagaimana sikap Monica Sari saat mengetahui masa lalu suami tercintanya? Bagaimana dia menyikapi masalah ini? Apa yang akan dia lakukan dalam menghadapi wanita masa lalu suaminya itu? Bagaimana dia menyampaikan pada anak-anaknya yang sudah dewasa perihal orang tuanya? Bagaimana reaksi keluarga besarnya dalam menghadapi konflik ini?

Bab 1 TAMU MISTERIUS

"Assalamu'alaikum, rajin men, Cekgu." Tetiba sebuah suara yang tak asing di indra pendengaranku terdengar menyapaku saat aku sedang disibukkan oleh kegiatan bersih bersih teras halaman depan rumah di sore yang cerah ini.

"Wa'alaikumussalam, ee ... Juragan Kosan to. Iya niih Gan cari keringat," balasku serta merta menghentikan kegiatan menyapu, begitu mengetahui mbak Mini sahabatku datang bersama seorang wanita yang terlihat asing dalam pandanganku. Seperti bukan warga sini.

"Panas-panas gini mo kemana, Gan? Ayo mampir sini dulu!" tanya dan ajakkku sembari melangkah berjalan mendekati pintu pagar.

Mbak Mini adalah sahabatku. Dialah orang kedua yang kujumpai setelah kepala sekolah tempat aku bekerja saat ini saat aku datang ke kampung ini kali pertama.

Saat aku baru saja selesai menyerahkan SK pengangkatan CPNSku sebagai guru di sekolah yang letaknya tepat di seberang rumahnya.

Sangat kebetulan sekali ternyata rumahnya selain digunakan untuk tempat tinggal dia bersama kedua orang tuanya juga ada beberapa kamar yang sengaja dijadikan kos-kosan.

Dan aku adalah salah satu penghuni kamar kontrakannya dari sejak awal datang sampai beberapa saat setelah menikah dengan Mas Tama sebelum mempunyai rumah sendiri.

Setelah ke dua orang tuanya meninggal dunia mbak Mini yang melanjutkan usaha orang tuanya sebagai Juragan kosan. Begitu aku sering menyebutnya, sama halnya dia menyebutku 'Cekgu' seperti layaknya film kartun asal negara tetangga dengan tokoh fenomenalnya dua anak kembar berkepala plontos.

"Kami ini ya mau kesini loo Cekgu," balasnya seraya melangkah mendekati pintu pagar rumahku.

"Lho ... Memangnya mak War enggak bantu-bantu lagi, to?" Mbak Mini menanyakan tentang mak War, ARTku. Sebelah tangannya berusaha menggapai kunci grendel pagar rumahku. Aku bergegas mendekatinya lalu membukakan pagar sambil tersenyum.

"Yo masih lah Gan," sahutku. Senyum manis masih setia bertahta di wajahku yang saat ini sudah bersimbah keringat akibat pekerjaan beres beresku.

"Aku tanpa mak War, yo ambyaar Gan," lanjutku terkekeh sambil membuka pintu pagar menyilahkan mereka untuk masuk. Ucapanku barusan spontan menimbulkan kekehan dari mbak Mini.

"Tumben-tumbenan Juragan Kosan wayah gini keluyuran sampe dimari. Emangnya gak dagang, tah?" tanyaku sambil meletakan sapu lidi di sudut tembok lalu mencuci tangan di keran dekat pintu pagar samping.

"Yoo dagang laah Cekgu. Klo gak dagang yo piye, too? Bakalan enggak ngebul dapurku," jawab mbak Mini masih sambil terkekeh.

"Iki loo, aku nganter tamune sampeyan," lanjutnya sambil menunjuk pada seorang wanita yang sejak tadi ikut bersamanya. Hal ini seketika menyadarkanku bahwa saat ini ada orang lain selain kami berdua. Orang yang belum pernah aku kenal sebelumnya.

"Tamuku? Siapa, yaa?" jawabku reflek beralih menatap intens pada wanita yang saat ini berada disamping mbak Mini. Otakku cepat menafsir tentang wanita yang datang bersama mbak Mini.

Seorang wanita yang menurut perkiraanku memiliki usia yang tak jauh beda dengan usia Mas Tama, suamiku. Saat ini dia melangkah perlahan disamping mbak Mini masuk ke halaman rumahku, tangan kirinya menenteng tas tangan branded berwarna hitam seolah ingin menunjukkan tingkatan kastanya pada kami, sedangkan tangan kanannya sibuk memindahkan kaca mata hitam yang dipakainya dari wajah ke arah kepala, kemudian kaca mata itu diletakkan tepat diatas rambut pirangnya yang sedikit bergelombang. Terlihat elegan memang. Namun terkesan angkuh. Tak terbersit sedikitpun senyum di wajahnya.

Sebenarnya wanita berkulit putih yang bersama mbak Mini ini cukup cantik namun karena riasan wajahnya sedikit agak tebal dan tidak rata sehingga menunjukkan beda warna kulit wajah dan leher yang sangat kentara. Celana jeans ketat yang dikenakannya dipadu dengan kaos tanpa kerah yang juga sangat ketat membungkus tubuhnya sampai lekuk tubuh seksinya tergambar sangat jelas, ditambah dengan kaos biru muda yang dipakainya bergambar jari telunjuk di depan bibir merah marun sedikit terbuka membuat mata lelaki manapun yang melihatnya akan susah mengendalikan hawa nafsunya.

"Soraya Maharani," ujarnya. Suaranya terdengar sangat tegas cenderung sedikit agak angkuh menurutku. Wanita itu berucap sambil tetap melangkah melewati gerbang yang barusan kubuka tanpa memandang padaku yang sedang diajaknya berbicara, pandangannya lurus menatap arah rumah. Seolah ada yang dicari dan ingin segera ditemuinya.

"Biasanya mas Beri memanggilku 'Aya'," lanjutnya. Suaranya menjadi sedikit kemayu ketika menyebut sebuah nama, entah aku yang baper atau memang begitu kedengarannya, aku tidak terlalu memikirkannya. Aku masih terkesima beberapa saat melihat tingkah lakunya.

"Eeh ... Sebentar! Kok dia menyebut nama mas Beri? Apakah Mas Beri itu adalah Beri Pratama? Suamiku?" Otakku cepat berpikir, mengingat-ingat. Sel sel membrane yang ada di otakku mengirimkan sinyal-sinyal yang aneh, tapi apa ya? Sinyal sinyal itu tak mampu kucerna. Semakin aku berusaha mencernanya, semakin terasa ada sebuah ruang kosong dalam benakku yang tak dapat kurengkuh.

"Monica," balasku mengulurkan telapak tangan kananku berusaha menjabat tangannya dan sejenak menghentikan langkahnya, namun sepertinya wanita yang bersama mbak Mini itu enggan memberikan tangannya.

Segera kuraih pundak mbak Mini untuk kuajak menuju rumah.

"Ayo masuk, Gan!" ajakku mempersilahkan sahabatku itu untuk ikut masuk ke ruang tamu.

Kok sepi, Cekgu? tanya mbak Mini setelah memindai sekeliling halaman rumahku beberapa saat.

Karena biasanya dimana ada aku pasti akan ada mas Tama juga. Hampir tak pernah kami melakukan kegiatan atau bepergian secara terpisah kecuali urusan pekerjaan di sekolah kami masing masing.

Hampir seluruh warga kampung ini sudah sangat hapal, bahkan mereka selalu menyebut bahwa kami adalah pasangan paling romantis dan keluarga yang harmonis. Kemana mana kami selalu bersama kecuali berangkat ke tempat bekerja masing masing dan tidak pernah terdengar kami bertengkar. Anak anakpun rukun serta bahagia. Bahkan kami sering dijadikan contoh yang baik tidak hanya bagi pengantin baru tapi juga bagi pengantin lama.

Dari mulai kehidupan kami sebagai pengantin baru hingga kini sudah lebih dari 25 tahun usia pernikahan kami, alhamdulillaah rumah tangga kami tak pernah menjadi bahan pembicaraan tentangga. Permasalahan rumah tangga dapat kami selesaikan tanpa sampai mengikutsertakan pihak orang ketiga untuk menyelesaikannya. Aku dan mas Tama berkomitmen untuk menyelesaikan masalah yang ada sesegera mungkin dan tak boleh ada yang keluar rumah dalam keadaan memendam masalah.

Begitu juga dengan anak anak, Eka dan Dwi. Anak anak tumbuh dan berkembang selakyaknya anak anak pada umumnya. Kini mereka sedang menyelesaikan sekolah di universitas pilihan mereka, sehingga kami hanya tinggal berdua saja di rumah ini. Rumah kebanggaan yang kami bangun dengan keringat, air mata dan cinta.

Bisa dikatakan kini aku dan mas Tama tinggal menikmati hasil dari jerih payah kami. Kami yang saat bertemu sama sama tak punya apa apa lalu berkomitmen membangun rumah tangga bersama, memulai segalanya dari nol. Sedikit demi sedikit kami bersama sama menikmati prosesnya dalam suka dan duka, hingga saat ini kami sudah dapat menikmati hasilnya. Anak anak yang tumbuh sehat dan tidak merasakan kekurangan baik harta terutama perhatian dan kasih sayang, perkejaan kami yang makin mapan, juga sebuah usaha toko roti yang belum lama ini kami bangun sebagai kegiatan sampingan kami dan akan menjadi andalan saat kami pensiun kelak.

"Iyo, Gan. Mas Tama lagi gak ada di rumah, lagi pelatihan, jawabku sambil tetap berjalan bersisian dengan mbak Mini.

Ealaaah ... lagi njomblo to Cekgu...? ledek mbak Mini disertai kekehan renyahnya yang kujawab dengan senyum dikulum.

"Eh ... Ngomong ngomong ini bener rumahnya mas Beri, kan?" tanya wanita bernama Soraya itu entah pada siapa.

Ucapannya barusan spontan membuat candaan kami terhenti. Dia mondar mandir sambil telapak tangannya tak henti dikibas-kibaskan di depan wajahnya sebagai pengganti kipas. Mungkin dia gerah, batinku.

"Mas Beri? Maksudnya Mas Beri Pratama, kah?" tanyaku memastikan dengan menyebut nama lengkap suamiku.

"Iyaa, Beri Pratama, kalo saya biasa panggil dia mas Beri. Itu panggilan sayang saya ke dia, mana mas Beri nya?" cerocosnya tanpa jeda dengan nada bicara manja yang membuatku agak sedikit terkejut dengan kata-kata 'panggilan sayang' tadi.

Ada apa ini? Siapa sebenarnya wanita ini? Selingkuhan mas Tama? Rasanya enggak mungin deh. Mas Tama adalah orang yang hampir dibilang tak pernah ngobrol receh dengan kaum hawa kecuali keluarga dekat atau orang yang sudah dia kenal dekat. Dan semua teman teman di tempatnya bekerja sudah aku kenal semua. Apakah ada yang dirahasiakan oleh mas Tama selama ini? Apakah memang sepintar itu mas Tama menyembunyikan kebusukannya? Atau aku yang terlalu naif sehingga tak pernah merasakan perubahan sikap mas Tama walau sekecil apapun?

"Mas!"

"Mas!"

"Mas Beri sayaang! Ini aku, Aya mu!" teriaknya membuyarkan keterkejutanku.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh sya nuha

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

My Doctor genius Wife

My Doctor genius Wife

Amoorra
4.8

Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku