/0/17384/coverorgin.jpg?v=824555dd66945fa97551dd6fb5bd7e30&imageMogr2/format/webp)
"Tolong panggilkan siswi bernama Jenara, suruh menghadap ke ruangan saya!" perintah pak Edward, selaku wali kelas XII IPA 1.
"Baik pak," jawab Dani, selaku ketua kelas XII IPA 1.
Sementara menunggu Jenara datang, Edward memeriksa ponselnya.
Ada banyak pesan dari mamanya untuk memintanya pulang.
Edward memijit pelipisnya kala membaca pesan mamanya tentang perjodohan dan makan malam yang tengah disiapkan.
"Sampai kapan kontes perjodohan ini berakhir?" gumam Edward dengan heran.
Tiba- tiba pintu diketuk membuat Edward menoleh.
"Masuk," pintu terbuka dan menampilkan Jenara.
"Bapak manggil saya?" Edward hanya mengangguk, mematikan ponselnya.
"Kamu kemarin sudah konsultasi dengan BK untuk memilih jurusan?" tanya Edward seraya mencari berkas Jenara.
"Sudah pak," jawab Jenara dengan cepat. Ia sedang menahan sesuatu yang sangat sakit saat ini. Rasa nyeri berdenyut ini membuatnya sangat tidak nyaman untuk diajak mengobrol saat ini.
"Lalu apa pilihanmu? Apa kata guru BK?" tanya Edward menanyakan tentang hasilnya.
Jenara meremas erat roknya sembari menunduk menggigit bibir bawahnya, menahan sesuatu yang berdenyut dan sakit.
Edward mengangkat kepalanya menatap Jenara yang malah menunduk, "Ada apa? Apa sesuatu terjadi?" tanya Edward dengan dingin.
Jenara langsung mengangkat kepalanya, menatap Edward dengan mengetatkan giginya, menggelengkan kepalanya dengan kuat.
"Kata bu Deli saya diminta untuk memilih Universitas Milan saja, sepertinya akan lebih baik karena sesuai dengan jurusan yang saya pilih, namun saya keberatan untuk biayanya pak, karena itu saya memilih Universitas pilihan kedua, kata bu Deli itu terserah saya, karena saya memilih jurusan yang saya kuasai, saya bisa memilih universitas manapun," jelas Jenara tentang hasil konsultasinya kemarin.
Edward mengangguk membuka biodata Jenara, melihat transkip nilai serta catatan dari guru BK.
"Lalu kamu akan tetap memilih universitas Milan atau pilihan kedua? Bukankah kamu sangat gencar untuk memilih Universitas Milan?" Jenara menelan salivanya kala benda kenyalnya begitu berkedut keras dan semakin nyeri.
"Saya tetap memilih universitas pilihan kedua pak, kemungkinan untuk mendapatkan beasiswa tidak terlalu sulit," jawab Jenara dengan spontan.
Edward manggut- manggut dengan paham, menutup berkas milik Jenara.
Ia menatap Jenara yang sejak tadi menunduk meremas roknya. Hingga tatapannya menangkap sesuatu pada seragam putih Jenara.
"Kenapa seragammu basah?" tanya Edward dengan lancang dan spontan.
Jenara mengangkat kepalanya seraya menggigit bibir bawahnya meringis kesakitan.
"Maaf pak, tapi bisa tolong hisa....., Saya sudah tidak kuat.... ini sangat sakit sekali," kata Jenara dengan spontan tanpa berpikir panjang.
Edward menelan salivanya dengan terkejut melihat tingkah Jenara yang menahan rasa sakit seraya meremas dadanya.
"Apa maksudmu? Jangan berkata tidak sopan, kamu sedang berada di sekolah, kamu tahu apa yang barusan kamu lakukan?" tanya Edward dengan marah.
Jenara yang sudah tidak kuat, sontak langsung menghampiri Edward.
"Maaf pak, saya lupa bawa pumping, biasanya saya tidak pernah begini, tapi hari ini saya benar- benar tidak bisa menahannya, bisa tolong bantu saya?" kata Jenara yang mana ia sudah berdiri di samping Edward saat ini.
Edward dibuat canggung dan bingung harus bagaimana, namun melihat sesuatu merembes dari balik seragam putih Jenara membuat Edward bingung harus bersikap.
Jenara sontak langsung melepas kancing seragamnya, membuat Edward memalingkan wajahnya.
"Maaf pak, bisa cepat lakukan, saya tidak kuat lagi, ini sangat sakit dan berdenyut, rasanya sungguh sakit saat tidak bisa keluar," kata Jenara dengan panik sembari meremas meja menahan rasa sakitnya.
Edward yang tidak ingin lebih lama lagi melihat Jenara kesakitan, sontak mengangkat tubuh Jenara ke atas mejanya, menatap dengan canggung Jenara.
"Akhhh terus pak hisap," lenguh Jenara panjang kala Edward mulai menghisap ASInya.
/0/24056/coverorgin.jpg?v=48457769f8c29c9d02a2cb0194e4f94a&imageMogr2/format/webp)
/0/13379/coverorgin.jpg?v=5cd6134d73c677de0a7f1a81db34e23f&imageMogr2/format/webp)
/0/12904/coverorgin.jpg?v=2589c8c89ccd7dcafbfe40a8212f700b&imageMogr2/format/webp)
/0/3164/coverorgin.jpg?v=37411865fdde4eb01ca2739dad6ddb01&imageMogr2/format/webp)
/0/5372/coverorgin.jpg?v=4eaf7c3a92872235760effad81f63dd7&imageMogr2/format/webp)
/0/24869/coverorgin.jpg?v=a7408a3a8e3b3ce5f754a4790abf2604&imageMogr2/format/webp)
/0/7432/coverorgin.jpg?v=cdad065e9d03d2602fa89d649f5f3d93&imageMogr2/format/webp)
/0/7088/coverorgin.jpg?v=3cd83effd415f842e346e05b12fa2d11&imageMogr2/format/webp)