Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pernikahan Yang Dikhianati

Pernikahan Yang Dikhianati

Zakiyal Fuad

5.0
Komentar
Penayangan
5
Bab

Malam itu, Aruna diundang oleh keluarga calon suaminya untuk makan malam di sebuah restoran mewah. Aruna mengira ini adalah kesempatan untuk membicarakan persiapan pernikahan yang rencananya akan berlangsung bulan depan. Namun, malam itu berubah menjadi mimpi buruk ketika keluarga calon suaminya, terutama calon ibu mertuanya, mengumumkan pembatalan pernikahan. Alasannya? Mereka memilih wanita lain yang dianggap lebih "sepadan" dengan keluarga mereka. Terluka dan merasa harga dirinya diinjak, Aruna menerima lamaran dari seorang duda kaya raya bernama Reza, seorang pria dari masa lalunya yang ternyata adalah cinta pertamanya. Namun, keputusan ini membawa Aruna ke dalam intrik baru yang penuh drama, cinta, dan pengkhianatan.

Bab 1 Pengkhianatan di Meja Makan

Restoran itu berada di lantai tertinggi sebuah hotel mewah, dengan jendela besar yang memperlihatkan panorama kota yang gemerlap di bawah cahaya malam. Meja panjang berlapis kain putih dihiasi lilin kecil dan bunga mawar merah yang tertata rapi di tengahnya. Aruna duduk dengan senyum tegang di kursinya, mengenakan gaun sederhana namun elegan yang dipilih dengan hati-hati.

Di hadapannya, keluarga Adrian, termasuk orang tuanya yang selalu terlihat angkuh, sedang menikmati makanan pembuka. Adrian duduk di sampingnya, sesekali tersenyum canggung setiap kali mata mereka bertemu. Aruna merasa ada sesuatu yang aneh malam itu, tapi ia menepis perasaan itu.

"Jadi, Aruna," suara Ibu Adrian memecah keheningan, dengan nada yang terdengar terlalu sopan hingga terasa menusuk. "Bagaimana persiapan pernikahan? Apakah kamu sudah memutuskan tema dekorasinya?"

Aruna tersenyum kecil. "Saya sudah berdiskusi dengan Adrian, Tante. Kami ingin tema yang sederhana tapi elegan, mungkin dengan dominasi warna putih dan emas."

"Oh, begitu," gumam Ibu Adrian sambil melirik ke arah suaminya. "Adrian, kamu setuju dengan tema itu?"

Adrian hanya mengangguk singkat tanpa berkata apa-apa. Aruna merasa sedikit janggal, tetapi ia mencoba berpikir positif.

Setelah hidangan utama tiba, keheningan mulai terasa semakin berat. Suara dentingan sendok dan garpu seolah menjadi latar belakang dari kegelisahan yang tak terucapkan.

"Aruna," suara Ibu Adrian terdengar lagi, kali ini lebih tegas. "Kami perlu membicarakan sesuatu yang penting denganmu."

Aruna menghentikan gerakan tangannya yang sedang memotong daging di piringnya. "Apa itu, Tante?" tanyanya dengan sopan, meskipun hatinya mulai berdegup lebih kencang.

Wanita itu menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kami telah mempertimbangkan ini dengan sangat hati-hati. Setelah diskusi panjang, kami merasa pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan."

Kata-kata itu seperti petir di siang bolong. Aruna terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia menatap Adrian, berharap pria itu akan menyangkal atau setidaknya memberikan penjelasan. Namun, Adrian hanya menunduk, tidak berani menatap matanya.

"Apa maksud Tante?" Aruna akhirnya bersuara, suaranya bergetar. "Pernikahan ini sudah direncanakan. Undangan hampir dicetak. Mengapa Tante baru mengatakan ini sekarang?"

Ayah Adrian, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Kami hanya ingin yang terbaik untuk keluarga ini, Aruna. Dan setelah mempertimbangkan berbagai hal, kami merasa kamu bukan pasangan yang tepat untuk Adrian."

Aruna tertegun. "Tepat? Apa maksud Om? Apa saya tidak cukup baik?"

Ibu Adrian melipat tangannya di atas meja, suaranya tetap dingin. "Ini bukan tentang kamu secara pribadi, Aruna. Ini tentang masa depan keluarga kami. Kami membutuhkan seseorang yang bisa memberikan kontribusi lebih besar. Kami telah memilih putri salah satu rekan bisnis kami sebagai pasangan yang lebih sesuai untuk Adrian."

"Rekan bisnis?" Aruna mengulang kata-kata itu dengan nada tidak percaya. "Jadi, ini hanya tentang keuntungan?"

"Kami tidak bermaksud menyakitimu," Ibu Adrian berkata, meskipun nadanya sama sekali tidak terdengar tulus. "Tapi kami harus memikirkan kepentingan keluarga kami."

Aruna merasa dunia di sekitarnya runtuh. Seluruh tubuhnya gemetar, bukan hanya karena amarah, tetapi juga karena penghinaan yang baru saja ia terima. Ia menatap Adrian dengan air mata yang menggenang di matanya. "Adrian, katakan sesuatu! Apakah kamu setuju dengan semua ini?"

Adrian akhirnya mengangkat wajahnya, tetapi ekspresinya penuh rasa bersalah. "Maafkan aku, Aruna. Aku tidak punya pilihan. Ibuku sudah memutuskan, dan aku tidak bisa menentangnya."

Aruna tertawa kecil, tawa yang penuh kepahitan. "Jadi, kamu hanya boneka yang tidak bisa melawan ibumu? Apakah kamu pernah benar-benar mencintaiku, Adrian, atau aku hanya bagian dari rencana mereka sejak awal?"

Adrian mencoba meraih tangannya, tetapi Aruna segera menariknya. "Maaf, Aruna," katanya pelan, hampir berbisik.

"Maaf?" Aruna berdiri, suaranya mulai meninggi. "Kalian menghancurkan harga diriku, mempermalukanku di depan umum, dan sekarang kalian hanya mengatakan maaf? Ini yang kalian sebut keluarga terhormat?"

Orang-orang di meja lain mulai melirik ke arah mereka, tetapi Aruna tidak peduli. Ia menatap keluarga itu satu per satu dengan penuh kebencian.

"Aku tidak butuh belas kasihan kalian," katanya sambil mengambil tasnya. "Dan kalian tidak akan pernah mendapatkan pengampunan dariku."

Dengan langkah cepat, Aruna meninggalkan meja itu, meninggalkan Adrian dan keluarganya dalam keheningan yang tegang. Di luar restoran, udara malam yang dingin menyapu wajahnya, tetapi hatinya masih terasa terbakar.

Ia berhenti di tepi jalan, mencoba menahan air matanya. Tapi tangisnya akhirnya pecah, memenuhi malam yang sepi.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Zakiyal Fuad

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku