Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PERNIKAHAN PENUH KEBENCIAN

PERNIKAHAN PENUH KEBENCIAN

Ms. Octavia

5.0
Komentar
9.3K
Penayangan
106
Bab

Apa yang akan terjadi jika cinta dan benci dari masa lalu menyapa kembali setelah sepuluh tahun berlalu? Rina Wibowo sungguh tak menyangka dia akan kembali bertemu dengan Aditya Harsono, pria yang pernah menjadi mantan pacarnya sekaligus mimpi buruk di masa lalunya. Untungnya, Adit tampak tak mengenali Rina akibat perubahan penampilan yang dialaminya. Merasa dia bisa mengelabuhi Adit dan mendapat penghasilan lebih, maka Rina menerima begitu saja tawaran pekerjaan sebagai guru privat anak perempuan pria itu. Bodohnya, Adit yang tak tahu identitas sebenarnya dari guru privat anaknya itu, jatuh cinta sekali lagi pada wanita itu dan ingin menikahinya. Hanya saja, tanpa sengaja suatu hari dia akhirnya mengetahui siapa Rina sebenarnya dan mengembalikan luka-luka serta kebencian yang selalu bersarang di hatinya buat wanita itu. Saatnya dia mengembalikan semua kehancuran yang pernah dialaminya pada calon istrinya itu. Maka sebuah rencana pembalasan pun disusun untuk seorang wanita yang pernah dan masih dicintainya. Dia akan berencana menikahi Rina dan membalaskan dendamnya dengan memperlakukan istrinya tersebut layaknya sampah. Hari demi hari haruslah sedemikian menyiksa sampai dia puas saat melihat penderitaan yang dialami istrinya. Namun... akankah pembalasan itu tetap layak untuk diteruskan saat Rina akhirnya memilih untuk menceraikan Adit dan meninggalkan pria itu selamanya? Akankah kebencian itu begitu besar hingga bisa meredam kerinduan yang melanda Adit saat dia mendapati Rina tiba-tiba saja pergi dan tak mau menemuinya lagi?

Bab 1 BUKA BAJUMU!

Yang paling dibenci Rina adalah orang yang malas dan tidak disiplin. Sialnya entah kenapa tahun ini dia harus sekelas dengan murid-murid yang terkenal dengan rangking terendah dan paling bermasalah dari semua kelas di sekolah ini.

Dari mulai kelas yang ribut dan kotor sampai pertengkaran yang terjadi tiap kali pada jam pelajaran.

Sudah berkali-kali Mama Rina memprotes wali murid untuk memindahkan anaknya ke kelas lain tetapi tidak pernah dikabulkan. Rina terpaksa harus terjebak selama setahun kedepan bersama berandalan-berandalan yang dia benci.

Seperti biasanya Rina masuk ke kelasnya setengah jam sebelum bel masuk. Seperti biasa pula dia segera menarik kursinya dengan anggun dan tak lupa merapikan roknya terlebih dahulu—kebiasaan yang diajarkan mamanya sejak dulu. Setelah itu, dia mulai mengeluarkan peralatan tulis dan meletakkannya sejajar dengan buku-bukunya di atas meja.

Sambil menunggu pelajaran yang masih lima belas menit kemudian baru dimulai, Rina mengeluarkan sandwich dan susu organik yang dibawanya dari rumah dan memakannya perlahan sambil membaca buku pelajaran bab selanjutnya yang akan diajarkan hari ini.

Tiba-tiba saja, tanpa disadarinya, sebuah tas melayang tepat ke arahnya, menumpahkan susu dan sandwich yang terletak di meja dan terakhir mengenai dadanya.

Teriakan pertama Rina lebih dikarenakan rasa sakit yang lumayan tajam di bagian dadanya dan diikuti oleh tumpahan susu yang terasa dingin dan lengket di bagian roknya.

Teriakan kedua yang sebenarnya jauh lebih keras dan dipenuhi rasa syok yang hebat setelah melihat siapa yang melempar tas itu ke arahnya.

Aditya Harsono, sang iblis yang paling ditakuti murid-murid di sekolah Cita Utama. Reputasinya yang menakutkan, tak ayal membuat Rina pun membeku di tempatnya berdiri.

Ini kedua kalinya Rina bertemu dengan si iblis yang menatapnya dengan ekspresi malas.

Aditya memang jarang sekali masuk kelas. Dalam seminggu di kelas dua ini, dia cuma datang tiga kali, itu pun kebanyakan dihabiskan dengan tidur atau membolos ke kantin.

"Sorry!" kata si iblis itu santai setelah mengambil tasnya dan berjalan ke tempat duduk yang berada tepat di belakang bangku Rina.

Seperti biasa Adit menaruh tas di mejanya dan menempatkan kepalanya di atas benda tipis tersebut dan mulai tertidur.

Rina kesalnya bukan main, tapi dia tahu dia tak bisa memprotes manusia yang terkenal kejam itu. Dengan lesu dia mengambil tisu basah dan kering dari tasnya dan berlari ke arah toilet.

Dengan kesal Rina mulai membersihkan tumpahan susu tersebut dengan tisu basah untuk menghilangkan bau dan rasa lengket yang tersebar di baju dan di badannya. Setelah cukup bersih, dia dengan frustasi menyapukan tisu kering ke area yang masih basah, sambil dalam hatinya mengutuki si iblis sialan itu!

Bel masuk mulai berbunyi dan dengan panik, Rina segera berlari ke dalam kelas. Sialnya, Bu Rahma, guru bahasa Indonesia sudah berada di dalam kelas dan berdiri tepat di depan meja Rina serta tampak sedang bertanya mengapa meja itu terlihat begitu kotor.

Alhasil, begitu dia masuk, Bu Rahma langsung memarahinya dan menyuruhnya membersihkan mejanya sampai bersih.

Rasanya ingin kabur saja! Tidak pernah dia diperlakukan seperti ini sebelumnya. Dia selalu menjadi murid teladan dan tidak pernah mendapat hukuman sekalipun. Namun sekarang, guru favoritnya memarahi dan menghukumnya—diiringi oleh suara tawa ejekan dari yang lain.

Si iblis yang mengakibatkan ini semua malah memandanginya dengan tampang tak berdosa.

Ejekan itu berlangsung sampai beberapa hari dan membuat Rina semakin stres. Seakan semuanya bersepakat untuk membuatnya menderita.

Hal itu cukup mengganggunya dan merusak konsentrasinya habis-habisan, sehingga nilai-nilainya pun jadi ikutan merosot jauh karenanya. Bagaimana bisa dia yang termasuk siswa terpandai di kelasnya tiba-tiba mendapat nilai yang lebih buruk daripada murid peringkat 3 di kelasnya.

Rasa sebal yang dirasakan Rina memuncak dan berganti menjadi amarah. Keesokan harinya dia mengambil dua kotak susu dari tasnya dan menuangkan tepat di atas kepala Adit yang sedang tidur di mejanya saat istirahat.

Layaknya macan yang bangun dari tidurnya, Adit menggeliat perlahan dan bangun dari tempat duduknya.

Tatapan mata yang dipenuhi api kemarahan sontak membuat Rina melangkah mundur ke belakang.

Tapi dia tahu nasi sudah menjadi bubur. Jalan satu-satunya adalah menghadapinya.

"Brengsek! Udah gila ya?!" bentak Adit seraya mendorong bahu Rina kasar.

"Pem...pem...pembalasan! S-sekarang kita satu sama!" jawab Rina terbata-bata dengan badan yang gemetar.

Entah kekuatan apa yang masih bisa membuatnya menggerakkan kakinya dan berjalan ke arah tempat duduknya.

Namun belum lagi lagi dia sempat duduk, Adit memegang kerah di belakang kepalanya dan menyeretnya ke arah gudang penyimpanan alat-alat olahraga.

Dengan kasar Adit mendorong Rina masuk dan menutup pintunya dengan kuat.

Melihat pintu yang terkunci dan ekspresi wajah Adit yang bagaikan binatang buas yang siap memangsa korbannya, membuat tubuh Rina semakin gemetar.

"B-bu... buka pintunya! A-aku mau kembali ke kelas!"

"Enak aja! Kau pikir setelah melakukan semua itu tadi, kau bisa keluar dari tempat ini dengan selamat!" ancam Adit seraya mendorong Rina hingga terjatuh ke lantai gudang yang kotor.

Kepanikan mulai melanda Rina. Dia yakin si iblis ini akan melakukan hal yang jahat di tempat ini padanya.

Dengan masih berusaha mengatasi tubuhnya yang gemetar, Rina berusaha bangkit.

Tapi Adit mendorongnya lagi hingga terjerembab begitu saja di atas lantai gudang dan dengan ekspresi menakutkan pria itu berdiri mengintimidasi di atas tubuhnya. Namun yang tak diduga Rina adalah saat pria menakutkan itu tiba-tiba berjongkok dan membuka kancing kemejanya satu persatu.

"Adit! Kau sudah gila!" teriak Rina histeris.

"Buka bajumu! Cepat!" perintah Adit tanpa menghiraukan teriakan Rina.

Sontak Rina memegang erat kemejanya dan berusaha menjauh dari Adit. Namun dengan sigap tangan Adit menekan pundaknya hingga membuatnya tak bisa bergerak kemana-mana.

"Tenang, kau bukan seleraku! Buka kemejamu dan tukar dengan kemejaku yang basah dan bau ini!"

Adit tahu kemeja Rina akan muat untuknya karena badan cewek itu yang memang jauh lebih gendut dan kebiasaannya yang selalu memakai baju yang lebih besar.

"Kalau gitu kenapa harus di sini! Kan bisa di toilet! Lagian gimana aku bisa membuka bajuku di hadapanmu seperti ini!" protes Rina dengan suara yang bergetar.

"Anggap saja sebagai hukumanmu! Lagipula mau kamu telanjang di sini, aku enggak akan bereaksi apapun. Kan sudah kubilang, kau bukan seleraku!" Setelah itu Adit melemparkan kemejanya ke wajah Rina.

Sambil menahan tangisnya, Rina membuka kancing bajunya perlahan. Otaknya bekerja keras memikirkan bagaimana cara agar dia bisa segera kabur.

"Lama banget sih! Perlu aku bantu supaya cepat!" seru Adit tak sabaran sambil membungkuk dan memegang kemeja Rina.

Waktu itu Rina sadar selangkangan Adit tepat berada di atas badannya. Tanpa berpikir panjang lagi, sekuat tenaga dia mengarahkan tinjunya ke daerah yang sensitif itu dan memukul dengan cukup keras. Satu pukulan saja dan si iblis yang mengancamnya tadi tiba-tiba berteriak menahan sakit dan terjengkang ke belakang sambil memegangi bagian tubuhnya yang sedang berdenyut nyeri tanpa henti.

Tampaknya pembalasan Rina belum selesai. Karena cewek tambun itu segera bangkit, mengambil beberapa bola basket sekitarnya dan melemparkannya kuat ke arah kepala Adit. Sumpah serapah pun memenuhi ruangan itu seketika. Rina tahu dia harus cepat-cepat kabur sebelum Adit bisa berdiri lagi dan dapat melampiaskan kemarahan padanya.

Secepat kilat dia berlari ke arah pintu, membuka kuncinya dan kabur keluar tanpa melihat ke belakang sekalipun.

Dia tahu kalau setelah ini Adit pasti tidak akan melepaskannya begitu saja. Dia masuk ke dalam kelas, memasukkan barang-barangnya dan meminta ijin pulang lebih cepat pada wali kelasnya dengan alasan perutnya yang tiba-tiba sakit.

Wali kelas yang melihat wajah pucat Rina dan wajahnya yang penuh keringat, menyangka jika anak didiknya itu benar-benar sakit.

Lagipula Rina tidak pernah absen atau ijin pulang awal sebelumnya. Itulah yang buat Rina dengan mudahnya mendapat ijin dari gurunya tersebut.

Keesokan harinya sakit yang dikarangnya kemarin tiba-tiba jadi kenyataan. Perutnya terasa melilit dan mulai diare.

Kemungkinan besar karena stres yang diakibatkan oleh rasa takut atas apa yang akan menimpanya jika dia masuk sekolah nanti.

Namun Rina tahu mau tak mau dia harus masuk dan menghadapi si iblis itu cepat atau lambat. Dia yakin sejahat apapun si iblis itu, mana mungkin dia melakukan hal yang jahat padanya di area sekolah.

***

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Ms. Octavia

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku