"Malam ini aku ada dinas ke luar kota! Kamu jangan menunggu ku karena aku tidak pulang!" pamit Mas Arga, lalu pergi menggunakan mobil nya. Alasan keluar kota hanya alibi ketika dia menginap di rumah selingkuhan nya. "Awas saja kamu, Mas. Aku sudah tau kemana kamu akan pergi, rumah yang kamu belikan untuk selingkuhan mu itu. Aku sudah tau semuanya!" senyum tipis dengan dada yang membara ingin segera melabrak suami yang berselingkuh di belakang nya. Jam sudah menunjukan pukul 04:00 dini hari, Vika ingin segera menuju ke rumah selingkuhan suami nya. Tiba-tiba anak-anak nya terbangun dan ingin ikut Vika pergi, karena tidak tega meninggalkan sang buah hati di rumah. Vika membawa kedua anak nya. Di saat Vika tiba di rumah sang pelakor, Vika meminta kepada anak-anak nya untuk menunggu di luar rumah agar tidak menyaksikan pelabrakan yang dia lakukan. Vika mengetuk pintu rumah itu dan betapa terkejut nya dia, ternyata suami nya lah yang membuka pintu itu dengan bertelanjag dada. Vika masuk dan bertambah syok melihat wanita berada di ranjang dan tidak mengenakan apa-apa. Walaupun dia sudah tau kalau suaminya berselingkuh di belakang nya tapi tetap saja hati nya sakit melihat secara nyata semua ini. Di saat Vika ingin menjambak rambut sang pelakor, Arga terlebih dulu menampar dan memukuli Vika hingga tak sadar kan diri. Dan ternyata aksi itu di lihat oleh kedua anak-anak Vika. Mereka menangis melihat Ibu mereka dikasari oleh Ayah nya sendiri. Saat Vika terbangun dari pingsan nya, ternyata mereka telah berada di rumah. Vika memeluk anak-anak nya yang masih menangis. Vika menatap tajam ke arah Arga yang hanya bersantai dan tidak ada rasa kasian di wajah nya kepada Vika. "Aku minta cerai! Aku sudah tidak tahan lagi bertahan dengan laki-laki brengsek seperti mu, Mas!" pekik Vika. "Cerai? Jangan harap aku akan menceraikan mu!" Bagaimana nasip Vika dan anak-anak nya selanjut nya baca terus hanya ada di BAKISAH!!
Seorang gadis yang cantik berkulit putih dan tinggi semampai bernama Vika dijodohkan oleh kedua orang tua nya dengan seorang pria yang jauh lebih tua dari nya.
"Nak, ada yang Ayah dan Ibu ingin bicara kan dengan mu. Sini duduk dulu," panggil Bu Salma sembari menepuk kursi yang ada disebelah nya.
"Iya, ada apa Bu, Pak! Kelihatan nya serius banget?" tanya Vika heran menatap Ibu dan Ayah nya bergantian.
"Nak, umur kamu kan sudah 20 tahun sudah waktu nya kamu menikah," ucap Bu Salma sembari mengelus pucuk kepala anak nya itu.
"Tapi, Bu. Aku pengen nya bekerja dulu lagi pula aku belum punya calon!" ucap Vika cemberut.
"Ibu dan Ayah sudah menjodoh kan kamu dengan anak nya Pak Salim dan Bu Widia, mereka kemaren melamar kamu untuk anak nya dan Bapak menerima nya. Anak nya sekarang sudah jadi PNS, jadi kamu tidak perlu khawatir lagi karena hidup mu akan terjamin dan tidak akan kekurangan seperti sekarang ini," ucap Pak Ridwan panjang lebar menjelas kan kepada Vika.
Betapa terkejut nya Vika mendegar penjelasan Bapak nya, seperti disambar petir di siang bolong tanpa bertanya terlebih dulu Bapak dan Ibu nya menerima lamaran itu.
"Kenapa Bapak dan Ibu tidak bertanya lebih dulu kepada ku? Kenapa langsung menerima begitu saja? Vika tidak mau Pak. Bu, Vika belum siap untuk menikah?"
"Bapak dan Ibu sudah menerima lamaran nya dan tidak akan membatalkan, kamu harus menurut dengan Bapak sama Ibu. Ini juga demi masa depan mu." Pak Ridwan kekeh tetap ingin menjodokan Vika dengan Arga anak nya Pak Salim dan Bu Widia.
Vika terdiam dia tidak bisa berkata-kata lagi, lalu dia pergi ke kamar dan membanting pintu dan mengunci nya dari dalam.
Braakk! Pintu di banting dengan kuat, membuat Pak Ridwan Bu Salma terlonjak kaget.
"Bagaimana ini Pak? Vika seperti nya marah, Bapak sih langsung menerima saja tidak bertanya dulu kepada Vika." Bu Salma menyalahkan Pak Ridwan karena telah bertindak gegabah.
"Ini juga Bapak lakukan demi Vika, Bu! Arga itu kerja jadi PNS dan dia orang mampu jadi jika Vika menikah dengan dia. Hidup nya tidak akan serba kekurangan seperti kita," ucap Pak Ridwan menjelaskan kepada sang istri.
Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu, gegas Vika membuka pintu dan tampak lah seorang pria berperawakan tinggi besar berkulit sawo matang berdiri di ambang pintu.
"Maaf, Mas nya nyari siapa ya?" tanya Vika.
"Perkenakan nama ku Arga, saya kesini ingin menemui Pak Ridwan dan Bu Salma." Arga memperkenal kan diri.
Vika menatap pria itu. 'Jadi dia yang akan dijodohkan dengan ku,' batin Vika.
"Oh mau bertemu Bapak sama Ibu, silahkan masuk, Mas." Vika mempersilahkan Arga masuk.
Setelah masuk Vika mempersilahkan Arga duduk.
"Silahkan duduk, saya kebelakang dulu memanggil Bapak sama Ibu." Vika berlalu pergi ke dapur meninggalkan Arga.
"Bapak, Ibu. Itu ada Mas Arga anak nya Pak Salim, dia mencari Bapak." Vika memberitahukan kepada Bapak dan Ibu nya.
"Kamu buat kan Nak Arga minum, Ibu sama Bapak mau menemui Nak Arga dulu," pinta Bu Salma kepada Vika, Vika mengangguk dan segera membuat minuman untuk tamu Bapak nya itu.
Pak Ridwan dan Bu Salma lalu pergi ke depan untuk menemui Arga.
"Eh. Ada Nak Arga! Ada apa kesini Nak?" tanya Pak Ridwan, setelah duduk di kursi yang terbuat dari rotan.
"Begini Pak, saya sudah mendengar cerita dari Bapak saya. Kalau Bapak sudah menerima lamaran nya, makanya saya kesini langsung menemui Bapak. Untuk memastikan dan membicarakan hari pernikahan nya sekaligus saya ingin berkenalan kepada Vika." Arga menjelaskan maksud kedatangan nya.
"Oh begitu ya Nak Arga." Pak Ridwan mangut-mangut sedangkan Bu Salma hanya mendengar kan dua pria itu berbicara.
Tak berselang lama, Vika datang membawakan tiga cangkir teh hangat dan menyodor kan nya kepada Arga, Bapak dan Ibu nya.
"Silahkan di minum."
"Vika! Duduk sini, Nak!" pinta Pak Ridwan.
Vika menurut, lalu mendudukan diri nya ke kursi.
"Ada apa ya Pak?" tanya Vika, padahal dia sudah tau kalau semua ini pasti ada sangkut paut nya dengan lamaran itu.
"Ini Vik, Nak Arga ingin membicarakan pernikahan kalian sekaligus berkenalan dengan mu."
Deg.
Ucapan Pak Ridwan mampu membuat Vika terpaku kaget.
"Kok cepat banget! Kami saja belum mengenal satu sama lain," protes Vika.
"Karena saya sudah tidak muda lagi, jadi saya tidak ingin menunda terlalu lama!" timpal Arga.
Pak Ridwan mengangguk setuju. "Kalau begitu, kita adakan 2 minggu lagi pernikahan nya."
"Apa? 2 minggu lagi?" Vika terkejut, kala mendegar perkataan Bapak nya yang ingin menikahkan nya 2 minggu lagi.
"Iya, Nak. Lebih cepat lebih baik!" ucap Pak Ridwan.
Vika tidak bisa berkata-kata lagi percuma saja dia berbicara dan menolak keras perjodohan ini, karena Bapak nya tetap akan menikahkan nya dengan Arga.
"Ya sudah kalau begitu, Pak, Bu. Saya permisi pulang! Saya akan memberitahukan kepada Bapak dan Ibu saya agar segera mempersiapkan semuanya." Arga bersalaman kepada Pak Ridwan dan Bu Salma, lalu dia pergi dan pulang ke rumah untuk memberitahukan kepada Bapak dan Ibu nya.
Tanpa banyak kata lagi, Vika pergi meninggalkan Bapak dan Ibu nya masuk kedalam kamar.
Dia sebenarnya tidak ingin terlalu cepat menikah dan dia ingin menikah dengan pilihan nya sendiri, tapi apalah daya Vika jika orang tuanya bersikeras ingin dia menikah dengan Arga.
***
Waktu berlalu begitu cepat, hari ini adalah hari pernikahan Vika dan Arga di gelar.
Ijab qobul akan segera di mulai, para tamu undangan juga sudah hadir.
"Bagaimana? Apakah ijab qobul nya sudah bisa di mulai?" tanya Pak penghulu.
Arga dan para saksi yang lain mengangguk tanda sudah siap di mulai, Arga menjabat tangan Pak penghulu dan mengucapkan janji suci pernikahan di hadapan allah.
"Saya terima nikah dan kawin nya Vika Anastasya dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat di bayar tunai." dengan sekali tarikan nafas, Arga berhasil mengucapkan lafaz kalimat ijab qobul.
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sah...Sahh!" ucap para tamu undangan.
"Selamat, kalian berdua sudah sah menjadi suami istri." kalimat tersebut di ucapkan oleh Pak penghulu.
Acara pasang cincin telah selesai dan Vika mencium tangan sang suami dengan takzim sekarang giliran Arga yang mencium kening nya tanda kasih sayang nya terhadap Vika.
Acara pernikahan berlangsung dengan lancar tidak ada kendala sama sekali.
Setelah pesta selesai di adakan, Vika dan Arga menginap beberapa hari di rumah orang tua Vika.
Sudah 4 hari mereka menginap di rumah Vika, Arga berniat ingin membawa Vika untuk tinggal di rumah yang dia beli sendiri. Letak nya di pusat kota, jauh dengan rumah orang tua Vika.
Di awal pernikahan Vika dan Arga biasa-biasa saja, tidak ada sikap buruk Arga dan dia juga bersikap lembut dengan Vika.
Pada bulan ke 4 pernikahan Vika mengandung anak pertama mereka, di usia kehamilan 10 minggu sikap kasar Arga mulai terlihat.
Ting.
Suara ponsel berbunyi menandakan pesan masuk, Vika meraih ponsel suami nya itu dan membaca isi pesan tersebut.
[Mas, kapan kita bertemu lagi? Aku sudah kangen dengan mu. Apa kau tidak merindukan ku?]
Betapa kaget nya Vika ketika membaca pesan tersebut, lalu dia melihat nama dan foto profil yang tertera di sana.
'Lia? Siapa dia, kenapa mengirim pesan seperti ini kepada Mas Arga?' batin Vika bertanya-tanya rasanya hati nya seperti tertusuk belati tajam.
Walaupun dulu dia menikah dengan Arga karena terpaksa tapi seiring waktu berjalan dan dia sudah mengandung benih pria itu, mustahil jika Vika tidak memiliki perasaan kepada Arga.