Suami Yang Tersakiti, Istri Yang Egois

Suami Yang Tersakiti, Istri Yang Egois

Iman Nurdin

5.0
Komentar
23
Penayangan
41
Bab

Yuna, seorang gadis sederhana dari keluarga miskin, datang ke Mansion Jackson untuk bekerja sebagai babysitter demi melunasi hutang keluarganya kepada rentenir. Dengan hati penuh harapan dan beban berat, ia memasuki dunia baru yang jauh berbeda dengan kehidupannya yang serba kekurangan. Di sana, Yuna bertemu dengan Tuan Jackson, pria paruh baya yang tegas namun perhatian, serta Lily, putri kecilnya yang manis dan ceria. Tugas Yuna sederhana-menemani dan merawat Lily, yang segera menunjukkan ketertarikan padanya. Namun, ketenangan pagi itu berubah ketika Bella, istri Tuan Jackson sekaligus ibu Lily, muncul dengan sikap dingin dan penuh amarah. Pertengkaran sengit antara Jackson dan Bella pun pecah di depan mata Yuna dan Lily. Jackson menginginkan keluarga yang utuh, sementara Bella lebih memilih mengejar karier modelnya ketimbang berada di rumah bersama anak dan suaminya. Lily hanya bisa diam dengan wajah sedih, sementara Yuna ikut merasakan luka yang ditinggalkan pertengkaran itu. Di balik kemegahan mansion, Yuna mulai menyadari kenyataan pahit: uang tidak selalu sebanding dengan kebahagiaan. Tugasnya kini bukan hanya mencari nafkah untuk keluarganya, tapi juga menjaga hati kecil Lily yang haus akan kasih sayang seorang ibu.

Bab 1 membiayai pengobatan sang ayah

Yuna menarik napas dalam, merasakan udara pagi yang sejuk menusuk kulitnya. Di hadapannya, kemegahan Mansion Jackson terpampang megah, gerbang besi tempa yang menjulang tinggi seolah menjadi gerbang menuju dunia lain. Dunia yang sangat berbeda dengan gubuk sederhana tempat ia dibesarkan, di mana atap bocor dan dinding tripleks menjadi pemandangan sehari-hari. Ia menghela napas lagi, memegang erat tali tasnya yang sudah lusuh. Di dalam tas itu, tak ada banyak barang, hanya sepasang pakaian ganti dan foto orang tuanya yang tersenyum getir. Senyum itu yang menjadi penguat hatinya.

Senyum yang penuh harapan, harapan agar Yuna bisa melunasi tumpukan hutang yang kini menjadi beban di pundak kecilnya.

Hutang itu berawal dari pinjaman rentenir untuk membiayai pengobatan sang ayah yang sakit keras. Pinjaman yang awalnya terasa seperti penyelamat, kini berubah menjadi jerat yang mencekik. Yuna tahu, satu-satunya cara untuk membebaskan orang tuanya dari penderitaan adalah dengan bekerja keras. Dan pekerjaan ini, menjadi baby sitter untuk anak Tuan Jackson, adalah satu-satunya kesempatan yang ia miliki. Ia tak peduli seberapa berat atau membosankan pekerjaan itu nantinya. Yuna hanya ingin bekerja, mengumpulkan setiap sen yang ia dapat, dan mengirimkannya pulang.

Ia menekan bel interkom, jantungnya berdegup kencang. Suara satpam yang ramah menyapa dari balik speaker, menanyakan keperluannya. Yuna dengan suara bergetar menyebutkan namanya dan tujuannya. Tak lama kemudian, gerbang besi itu terbuka perlahan, memberikan jalan bagi Yuna untuk melangkah masuk ke dalam pekarangan yang begitu luas. Halamannya ditanami berbagai jenis bunga dan pepohonan yang tertata rapi, air mancur di tengahnya memancarkan gemericik suara yang menenangkan. Semuanya begitu sempurna, kontras dengan kekacauan hidup yang Yuna alami.

Seorang asisten rumah tangga menyambutnya di depan pintu utama. Ia mengantar Yuna masuk, melewati ruang tamu yang didominasi oleh sofa kulit mahal dan lukisan-lukisan abstrak yang tak Yuna mengerti maknanya. Langit-langitnya tinggi dengan lampu kristal yang menggantung megah, memancarkan cahaya keemasan. Yuna hanya bisa menunduk, takut matanya yang desa ini merusak pemandangan indah di depannya. Ia merasa kecil, sangat kecil, di tengah kemewahan yang begitu asing.

"Yuna, ini ruang makan," suara asisten rumah tangga itu memecah lamunannya. "Tuan Jackson sudah menunggu di dalam bersama Nona Lily."

Yuna mengangguk, lalu mengikuti asisten itu ke dalam sebuah ruangan besar yang didominasi oleh sebuah meja makan panjang. Di sana, duduklah Tuan Jackson, seorang pria paruh baya dengan rahang tegas dan tatapan mata yang tajam. Di sampingnya, seorang anak perempuan berambut ikal duduk manis, memainkan sendoknya. Ia mengenakan seragam sekolah taman kanak-kanak, tas ransel kecilnya diletakkan di kursi sebelahnya. Itulah Lily, anak yang akan ia asuh.

"Selamat pagi, Tuan," sapa Yuna pelan, suaranya nyaris berbisik.

Tuan Jackson mengangkat kepalanya, mengangguk sopan, dan mempersilakan Yuna untuk duduk. Ia tak banyak bicara, hanya menunjuk sebuah piring berisi sarapan untuk Lily dan memerintahkan Yuna untuk menyuapi anak itu. Yuna mengangguk patuh. Ia duduk di kursi seberang, mengambil piring Lily, dan mulai menyuapi anak itu.

"Nanti, Yuna akan menemanimu sekolah, ya?" ujar Tuan Jackson pada Lily, suaranya lembut, sangat berbeda dengan tatapannya yang dingin.

Lily mengangguk antusias, "Asyik! Nanti aku ajak Kak Yuna main ayunan di taman sekolah!"

"Tentu," Yuna tersenyum, hatinya menghangat melihat antusiasme anak itu. Lily adalah anak yang manis dan ceria, membuat pekerjaan ini terasa lebih ringan.

Saat Yuna menyuapi Lily, Tuan Jackson sibuk dengan ponselnya. Tak lama kemudian, wajahnya mengeras, ia terlihat kesal. Yuna menduga Tuan Jackson sedang beradu argumen dengan seseorang. Yuna berusaha mengabaikan, melanjutkan tugasnya. Namun, tak lama kemudian, suasana tegang tiba-tiba menyelimuti ruang makan.

Suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar dari arah pintu, lalu seorang perempuan muncul. Rambutnya dicat pirang dengan model bob. Ia mengenakan pakaian yang sangat terbuka, menonjolkan setiap lekuk tubuhnya. Make-up-nya tebal dengan bibir merah mencolok. Yuna terkejut, ia tahu siapa perempuan itu. Ia adalah Bella, istri Tuan Jackson, yang sering ia lihat di majalah-majalah fesyen. Bella adalah seorang model yang terkenal, dan ia sering melakukan perjalanan ke luar negeri. Tak heran jika Yuna sering melihatnya di bandara saat ia akan menjemput barang di sana.

"Bella, dari mana saja kamu?" Suara Tuan Jackson terdengar dingin, penuh amarah.

Bella mengibaskan rambutnya, mengabaikan pertanyaan itu. Ia berjalan ke arah kulkas, mengambil sebotol air mineral, lalu meneguknya hingga habis. "Aku baru pulang, Jack. Kenapa? Ada masalah?"

"Masalah? Tentu ada masalah!" Tuan Jackson membanting ponselnya di atas meja, membuat Yuna dan Lily terkejut. "Kamu sadar tidak, kamu punya suami dan anak?! Kamu pergi berhari-hari tanpa kabar, hanya untuk bekerja! Apa kamu pikir aku tidak bisa menafkahimu?! Aku bisa memberimu jauh lebih dari gaji model yang kamu dapatkan itu!"

Bella tertawa sinis, tawa yang terdengar hampa di telinga Yuna. "Gajiku? Ini bukan tentang uang, Jack! Ini tentang mimpiku! Ini tentang karierku! Apa kamu tidak mengerti itu?!"

"Mimpi? Apa kamu tidak memimpikan keluarga yang utuh, Bella? Kamu hampir tidak pernah di rumah! Lily membutuhkan ibunya! Dia membutuhkanmu di sisinya!"

Air muka Bella berubah. Ia menatap Lily yang sedang makan. "Lily? Dia baik-baik saja, Jack. Dia punya baby sitter, 'kan? Lagipula, aku tidak pernah ingin menjadi ibu rumah tangga yang bisanya hanya duduk diam di rumah, mengurus anak dan suami. Itu bukan aku, Jack!"

Yuna hanya bisa menunduk, menyuapi Lily dengan perlahan. Anak itu tak berani menatap kedua orang tuanya yang sedang bertengkar. Yuna bisa melihat raut wajah Lily yang sedih. Ia tidak mengerti mengapa ibu dan ayahnya bertengkar. Yuna merasa iba pada anak sekecil itu. Ia tidak seharusnya melihat hal-hal seperti ini.

"Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan di sana? Kamu berpose dengan pakaian minim, berdekatan dengan pria-pria lain! Apa itu pantas untuk seorang istri dan ibu?!" suara Tuan Jackson meninggi.

Bella mendengus. "Jangan sok suci, Jack. Itu pekerjaanku! Aku seorang model, wajar jika aku berpose dengan pakaian terbuka. Lagipula, aku tidak melakukan apa-apa dengan pria-pria itu!"

"Cukup, Bella! Aku tidak peduli dengan pekerjaanmu! Aku hanya ingin kamu di rumah! Menjadi istri dan ibu yang seharusnya!"

Bella menggelengkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. "Aku tidak bisa, Jack! Aku tidak mau! Kamu tahu, melahirkan Lily saja membuat tubuhku jadi gemuk! Aku butuh diet mati-matian untuk mengembalikan bentuk tubuhku! Dan sekarang, kamu mau aku di rumah lagi? Duduk diam di rumah, mengurus anak? Itu akan membuatku stres!"

Suasana di ruang makan semakin memanas. Tuan Jackson terlihat frustrasi, ia mengusap wajahnya kasar. Bella, yang kini sudah terlihat lelah dan marah, berbalik, berjalan menuju kamarnya. Ia tidak menoleh sedikit pun, mengabaikan tatapan Yuna dan Lily yang mengikuti langkahnya.

"Aku capek, Jack! Aku mau istirahat! Jangan ganggu aku!" teriak Bella sebelum ia menutup pintu kamar dengan keras.

Suara dentuman pintu itu bergema di seluruh ruangan, meninggalkan keheningan yang canggung. Yuna hanya bisa menunduk, merasa tak enak hati karena harus menyaksikan pertengkaran pasangan suami istri itu. Ia melirik Tuan Jackson, pria itu hanya terdiam, rahangnya mengeras, matanya menatap kosong ke arah pintu yang baru saja ditutup oleh istrinya. Yuna merasa kasihan padanya. Ia pasti sangat mencintai Bella, hingga ia rela menahan amarahnya. Yuna tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Tuan Jackson yang harus melihat istrinya lebih mementingkan pekerjaannya.

Yuna hanya bisa mendengarkan. Ia tidak punya hak untuk ikut campur. Tugasnya di sini hanyalah mengasuh Lily, memastikan anak itu bahagia. Ia harus melunasi hutang orang tuanya. Dan dengan begitu, ia akan kembali ke kampung halaman, bertemu dengan ayah dan ibunya. Tidak akan peduli dengan semua kemewahan yang ia lihat di mansion ini, yang hanya membuatnya merasa lebih kecil dari debu. Tidak peduli dengan pertengkaran Tuan dan Nyonya Jackson, yang membuatnya sadar bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Iman Nurdin

Selebihnya

Buku serupa

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Suami Yang Tersakiti, Istri Yang Egois
1

Bab 1 membiayai pengobatan sang ayah

18/08/2025

2

Bab 2 kembali pada Lily

18/08/2025

3

Bab 3 pertengkaran

18/08/2025

4

Bab 4 taman bermain

18/08/2025

5

Bab 5 mau pergi ke mana

18/08/2025

6

Bab 6 Yuna terisak

18/08/2025

7

Bab 7 Rasa sakit dan perih

18/08/2025

8

Bab 8 Suasana di meja makan

18/08/2025

9

Bab 9 Yuna menuntun Lily menuju gerbang

18/08/2025

10

Bab 10 Setelah mematikan telepon

18/08/2025

11

Bab 11 Setelah kepergian Jackson

18/08/2025

12

Bab 12 Tinggal landas

18/08/2025

13

Bab 13 London

18/08/2025

14

Bab 14 pesawat pribadi

18/08/2025

15

Bab 15 Bella tertidur pulas

18/08/2025

16

Bab 16 Mobil Jackson melaju perlahan

18/08/2025

17

Bab 17 Di ruang kerja

18/08/2025

18

Bab 18 Aroma masakan Yuna

18/08/2025

19

Bab 19 Setelah makan malam

18/08/2025

20

Bab 20 membisikkan sesuatu

18/08/2025

21

Bab 21 Air hangat dari shower

18/08/2025

22

Bab 22 bersandar manja

18/08/2025

23

Bab 23 hanya sementara

18/08/2025

24

Bab 24 Bella melangkah ke studio pemotretan

18/08/2025

25

Bab 25 Mark memeluk Bella

18/08/2025

26

Bab 26 Di dalam mobil

18/08/2025

27

Bab 27 kehangatan

18/08/2025

28

Bab 28 wajahnya terlihat pucat

18/08/2025

29

Bab 29 Kepalanya terasa berdenyut

18/08/2025

30

Bab 30 membersihkan diri

18/08/2025

31

Bab 31 bersemangat

18/08/2025

32

Bab 32 terlihat sangat bahagia

18/08/2025

33

Bab 33 Jackson kembali ke ruang makan

18/08/2025

34

Bab 34 Waktu berlalu begitu cepat

18/08/2025

35

Bab 35 Malam terasa semakin dingin

18/08/2025

36

Bab 36 menghabiskan

18/08/2025

37

Bab 37 Mengusir Bella

18/08/2025

38

Bab 38 Tidak peduli

18/08/2025

39

Bab 39 Jawab saya!

18/08/2025

40

Bab 40 Mencintainya

18/08/2025