Jangan Sentuh Hatiku, Jika Tak Bisa Memiliki

Jangan Sentuh Hatiku, Jika Tak Bisa Memiliki

Iman Nurdin

5.0
Komentar
490
Penayangan
54
Bab

Nayara adalah wanita cantik, modern, namun tetap rendah hati. Ia bekerja sebagai staf administrasi di sebuah perusahaan swasta ternama di Jakarta. Penampilannya fashionable, tapi sikapnya sederhana membuat banyak orang nyaman di sekitarnya. Sementara itu, Leonardo Arvandre, seorang miliarder muda keturunan Prancis–Indonesia, adalah pewaris utama Arvandre Global Corporation, konglomerasi raksasa yang memiliki bisnis di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pertemuan pertama Nayara dan Leonardo terjadi tiga tahun lalu, ketika Leonardo datang untuk mengembangkan salah satu perusahaannya di Jakarta. Sejak saat itu, mereka terjebak dalam sebuah hubungan yang penuh kerumitan-antara rasa, gengsi, dan rahasia besar yang keduanya simpan.

Bab 1 mengejar waktu

Pagi itu, Jakarta masih dibalut suasana yang sama-padat, bising, namun penuh cerita di balik setiap langkah manusia yang bergegas mengejar waktu. Di tengah keramaian itu, Nayara berdiri di depan cermin panjang yang menempel di dinding kamarnya. Rambut hitamnya yang tergerai ia rapikan dengan jari-jari lentiknya, lalu ia kenakan blazer krem dipadu dengan celana kain high waist yang membuat penampilannya terlihat profesional sekaligus fashionable.

Nayara memang selalu punya cara untuk tampil memikat tanpa terkesan berlebihan. Meski hanya staf biasa di sebuah perusahaan swasta, ia tidak pernah membiarkan dirinya tampil seadanya. Bukan karena ia ingin dipuji, tapi karena itu bagian dari dirinya-ia percaya bahwa kepercayaan diri berawal dari cara seseorang menghargai dirinya sendiri.

"Hmm, cukup," gumamnya sambil mengambil tas kerja berwarna hitam yang tergantung di kursi.

Ia menatap jam dinding. Hampir pukul delapan. Jalanan pasti sudah mulai padat. Dengan langkah cepat, ia keluar dari kamar, menyapa ibunya yang sedang menyiapkan sarapan sederhana di meja makan.

"Nay, makan dulu sebentar. Mama sudah bikin nasi goreng," ucap ibunya, Bu Ratna, sambil tersenyum hangat.

Nayara menghela napas pelan. "Ma, aku harus buru-buru. Kalau macet, aku bisa telat masuk kantor."

"Ya ampun, kamu ini kerja terus, sayang. Sesekali santai juga tidak apa-apa."

Nayara tersenyum kecil, lalu mendekati ibunya. "Aku janji nanti malam kita makan bareng, Ma. Jangan lupa minum obat, ya."

Ada sorot khawatir yang sempat singgah di mata Nayara setiap kali ia mengingat kondisi ibunya yang masih harus rutin minum obat. Sejak ayahnya meninggal lima tahun lalu, Nayara menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Ia tidak bisa hanya berdiam diri, apalagi kebutuhan rumah dan kesehatan ibunya cukup besar.

Setelah berpamitan, Nayara melangkah keluar rumah menuju halte bus TransJakarta. Ia lebih memilih transportasi umum ketimbang membawa mobil atau motor karena lebih praktis, meski harus berdesakan.

Hari itu di kantor, suasana agak berbeda. Para karyawan tampak lebih sibuk dari biasanya. Nayara baru saja duduk di meja kerjanya ketika sahabat sekaligus rekan kerjanya, Dita, langsung menghampiri.

"Nay! Kamu sudah dengar kabar belum?" Dita menepuk pundaknya dengan ekspresi heboh.

Nayara mengernyit. "Kabar apa? Aku baru aja duduk."

"Katanya hari ini bakal ada kunjungan dari pemilik perusahaan induk kita. Bukan cuma perwakilan, tapi langsung pewarisnya yang datang."

"Oh, ya? Terus kenapa kamu heboh banget?" Nayara menatap Dita dengan nada heran.

"Ya ampun, Nay. Kamu ini ketinggalan banget deh. Pewaris Arvandre Global itu bukan orang sembarangan. Namanya Leonardo Arvandre. Orangnya masih muda, ganteng banget, miliarder pula. Setengah darah Prancis gitu. Semua orang di kantor udah sibuk gosipin dia dari tadi."

Nayara hanya terkekeh kecil. "Dita, kita ini cuma staf biasa. Menurut kamu, dia bakal peduli sama kita?"

"Siapa tahu? Kan nggak ada yang tahu takdir. Bisa aja kamu ketemu dia terus jatuh cinta." Dita menutup mulutnya sambil cekikikan.

"Jangan ngawur ah. Aku realistis aja. Orang kaya gitu mana mungkin peduli sama orang kayak aku," jawab Nayara sambil membuka laptopnya.

Namun jauh di dalam hatinya, Nayara merasa sedikit terusik. Nama itu terasa tidak asing. Leonardo Arvandre. Ia seolah pernah mendengarnya.

Sementara itu, di gedung pusat Arvandre Global cabang Jakarta, sebuah mobil hitam mewah berhenti di lobi utama. Dari dalam mobil, seorang pria tinggi tegap dengan setelan jas abu-abu elegan melangkah keluar. Sorot matanya tajam, rahangnya tegas, dan aura berwibawanya membuat semua orang yang melihatnya otomatis menunduk hormat.

Dialah Leonardo Arvandre.

Bagi banyak orang, ia adalah sosok yang nyaris sempurna: kaya, tampan, cerdas, dan pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Arvandre. Tapi sedikit yang tahu, di balik itu semua, ia menyimpan luka lama dan rahasia yang tidak pernah ia ceritakan pada siapa pun.

Hari ini, ia datang untuk memantau perkembangan perusahaan cabang di Indonesia. Namun jauh di dalam hatinya, ada alasan lain yang membuat langkahnya kembali ke negeri ini. Alasan yang tidak ingin ia akui, bahkan pada dirinya sendiri.

Waktu istirahat siang tiba. Kantor menjadi lebih tenang karena sebagian besar karyawan turun ke kantin. Nayara memilih tetap di meja kerjanya, menyelesaikan laporan yang harus dikirim sebelum sore. Ia baru saja meneguk air mineral ketika tiba-tiba pintu ruang kerja terbuka.

Seorang pria asing melangkah masuk, diikuti oleh beberapa orang staf manajerial. Semua orang berdiri. Nayara ikut berdiri dengan bingung.

"Teman-teman, izinkan saya memperkenalkan beliau," ujar salah satu manajer. "Ini adalah Tuan Leonardo Arvandre."

Seolah waktu berhenti sejenak, mata Nayara bertemu dengan mata pria itu. Ada kilasan aneh yang muncul di ingatannya. Wajah itu... ia pernah melihatnya. Tiga tahun lalu.

Tiga tahun lalu, Nayara pernah menghadiri sebuah acara amal yang digelar di sebuah hotel mewah di Jakarta. Ia datang karena membantu temannya yang bekerja sebagai panitia. Malam itu, di antara keramaian tamu undangan berkelas, ia tanpa sengaja menabrak seorang pria dengan setelan jas hitam. Gelas sampanye di tangannya hampir jatuh, namun pria itu dengan sigap menahannya.

"Are you okay?" suara bariton itu terdengar lembut, namun penuh wibawa.

Nayara gugup, wajahnya memerah. "M-maaf, saya tidak sengaja."

Pria itu tersenyum samar. "Hati-hati lain kali."

Itu pertemuan singkat, tapi cukup meninggalkan kesan dalam. Sejak malam itu, ia tidak pernah lagi melihat pria tersebut. Hingga kini.

Leonardo menatap Nayara lebih lama daripada yang seharusnya. Ada sesuatu pada gadis itu yang mengusik pikirannya. Ia seolah mengenalnya.

"Senang bertemu dengan kalian semua," ucap Leonardo dalam bahasa Indonesia yang fasih.

Para staf menyambutnya dengan hormat. Namun matanya sekali lagi melirik ke arah Nayara, yang berdiri kaku di sudut ruangan.

Setelah perkenalan singkat, Leonardo dan tim manajerial masuk ke ruang rapat. Suasana kantor kembali normal, kecuali bagi Nayara yang masih merasakan jantungnya berdegup kencang.

Dita segera menghampirinya. "Nay! Kamu lihat nggak tadi? Dia ngeliatin kamu, loh."

"Apaan sih? Nggak ada," Nayara mengelak, meski pipinya merona.

Hari berlanjut hingga sore. Ketika Nayara hendak pulang, ia menyadari ada file penting yang tertinggal di meja rapat. Ia kembali ke lantai atas untuk mengambilnya. Begitu membuka pintu ruangan, ia terkejut melihat Leonardo masih ada di sana, duduk sendiri sambil menatap layar laptop.

Pria itu mendongak. "Kamu."

Nayara tercekat. "S-saya hanya mau mengambil file, Tuan."

"Nama kamu siapa?" tanyanya tiba-tiba.

"N-Nayara, Tuan."

Leonardo menatapnya lama, seolah mencoba mengingat sesuatu. "Tiga tahun lalu... di acara amal di Hotel Grand Luxe. Itu kamu, kan?"

Nayara terkejut. "A-anda... ingat?"

Senyum tipis terukir di bibir Leonardo. "Aku jarang melupakan sesuatu yang penting."

Degup jantung Nayara kian kencang. Pertemuan singkat yang dulu ia kira tidak berarti, ternyata meninggalkan jejak dalam ingatan pria yang kini berdiri di hadapannya-seorang miliarder pewaris kerajaan bisnis dunia.

Dan sejak saat itu, tanpa mereka sadari, hidup keduanya mulai kembali saling terikat dalam sebuah cerita yang lebih rumit dari yang pernah mereka bayangkan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Iman Nurdin

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Jangan Sentuh Hatiku, Jika Tak Bisa Memiliki
1

Bab 1 mengejar waktu

19/08/2025

2

Bab 2 Suasana malam

19/08/2025

3

Bab 3 tak percaya

19/08/2025

4

Bab 4 pikirannya melayang entah ke mana

19/08/2025

5

Bab 5 kosan mungilnya

19/08/2025

6

Bab 6 mengingat jelas malam

19/08/2025

7

Bab 7 kontrak gila

19/08/2025

8

Bab 8 parfum mahal

19/08/2025

9

Bab 9 tampak sibuk

19/08/2025

10

Bab 10 meninggalkan ruangan

19/08/2025

11

Bab 11 dialaminya seumur hidup

19/08/2025

12

Bab 12 pinggiran kota

19/08/2025

13

Bab 13 segera diselesaikan

19/08/2025

14

Bab 14 Restoran itu masih penuh

19/08/2025

15

Bab 15 pergi pulang

19/08/2025

16

Bab 16 Leonardo sama sekali tidak bergeming

19/08/2025

17

Bab 17 Pandangannya jatuh pada sosok pria

19/08/2025

18

Bab 18 Semalam terlalu banyak hal yang terjadi

19/08/2025

19

Bab 19 sekitar rumah

19/08/2025

20

Bab 20 Tatapan dingin Nayara

19/08/2025

21

Bab 21 penuh amarah

19/08/2025

22

Bab 22 menenangkan hati Nayara yang kalut

19/08/2025

23

Bab 23 Para karyawan yang kebetulan lewat

19/08/2025

24

Bab 24 Pintu rumah besar itu terbuka

19/08/2025

25

Bab 25 Ia merasa terjebak

19/08/2025

26

Bab 26 ada satu hal yang tumbuh semakin kuat

19/08/2025

27

Bab 27 kamar Nayara begitu sunyi

19/08/2025

28

Bab 28 ini rumah siapa

19/08/2025

29

Bab 29 aroma masakan sederhana

19/08/2025

30

Bab 30 menekan Leonardo

19/08/2025

31

Bab 31 Leonardo tengah berbicara dengan Nayara

19/08/2025

32

Bab 32 gadis itu sudah terlalu jauh

19/08/2025

33

Bab 33 sindiran

19/08/2025

34

Bab 34 lebih remuk

19/08/2025

35

Bab 35 gubuk tua

19/08/2025

36

Bab 36 diberikan ibunya

19/08/2025

37

Bab 37 Leonardo Melviano Bertunangan dengan Clara

19/08/2025

38

Bab 38 pikirannya jelas tidak fokus

19/08/2025

39

Bab 39 gubuk Nayara tampak tenang

19/08/2025

40

Bab 40 undangan pernikahan

19/08/2025