Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
ISTRI YANG DIRINDUKAN

ISTRI YANG DIRINDUKAN

Isna Arini

5.0
Komentar
26.3K
Penayangan
33
Bab

Tinggallah disini sesuka hatimu, anggap saja sebagai bayaran sudah melayaniku malam ini," ucap Evan sambil berlalu meninggalkan Anin yang makin hancur hatinya. Nevan Wiliam Adiguna, menikahi Anin dan meninggalkannya setelah melewati malam pertama bersama bukan tanpa sebab. Sebab yang harusnya dia cari tahu kebenarannya terlebih dahulu tapi dia abaikan. Keputusannya untuk mengabaikan akan menjadi sebab penyesalan. Dua setengah tahun berlalu, di sebuah desa yang damai Evan Bertemu anak laki-laki dengan garis wajah mirip dirinya yang akhirnya dia ketahui jika itu adalah buah hatinya. "Aku papamu Albanna," bisik Evan "Pa-pa," ucap sang anak mengeja panggilan tersebut. Kebahagiaan Evan tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, tapi akankah dia bisa mendapatkan kembali cinta dari bunda Albanna setelah dia mencampakkanny dimalam itu?

Bab 1 Diceraikan Setelah Malam Pertama

"Aninda Diva binti Junaidi, aku bebaskan engkau, kau bukan istriku lagi mulai saat ini!" ucap laki-laki itu sambil mengenakan bajunya. Beberapa saat yang lalu, mereka baru saja menghabiskan malam pertama mereka.

"Apa maksudmu mas? kamu menceraikan aku?" ucap Anin. Wanita itu bangkit dari tempat tidur sambil melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Perkataanku sudah jelas, aku tidak perlu mengulanginya lagi!" jawab pria itu sambil trus memakai pakaiannya dengan lengkap, kemudian hendak berlalu menuju pintu kamar.

"Tunggu mas Evan! aaww!" Anin mengaduh karena rasa sakit di bagian intimnya. Tentu saja, itu sangat wajar karena dia baru saja melakukannya pertama kali dengan laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu.

Laki-laki yang di panggil Evan itu berbalik, dilihatnya istri yang baru saja di ceraikannnya itu. Kemudian pandanganya beralih ketempat tidur yang baru saja menjadi saksi penyatuan mereka. Meskipun samar, dia bisa melihat bercak merah di atas seprei berwarna putih itu.

"Ternyata kamu masih perawan juga, kupikir kau rela menggandaikan kesucianmu demi uang," Evan berkata dengan sinis.

"Apa maksudmu mas, kenapa kamu berkata begitu? kenapa tiba-tiba kau ceraikan aku tanpa alasan dan itu kau lakukan setelah kau menggauliku?" Anin memberondong laki-laki di hadapannya dengan banyak pertanyaan.

"Jangan pura-pura tidak tahu, jangan sok polos. Aku tahu semua rencanamu dan aku ikuti permainanmu dengan menikahimu, kau tidak akan mendapatkan yang kamu inginkan. Akulah yang akhirnya mempermainkan dirimu disini, apa itu menyakitkan? diceraikan saat malam pertama, sudah seperti judul cerita bukan hahaha." Evan tertawa, namun seperti tawa yang penuh dengan kesedihan.

"Apa maksudmu mas?" ucap Anin dengan wajah menghiba.

Dengan kesal Evan mencengkeram pipi Aninda dengan jari-jari tangan kanannya.

"Jangan perlihatkan muka sok polosmu itu padaku! itu menjijikan!" bentak Evan kemudian menghempaskan wajah wanita yang baru dinikahi kemudian di ceraikannnya barusan.

"Apa salahku mas?" tanya Anin lagi, dia masih penasaran kenapa suaminya begitu saja dengan mudah mentalaknya.

Padahal sebelumnya laki-laki itu yang begitu tergesa-gesa menikahinya, hingga dia tidak sabar menunggu menyelesaikan semua surat menyurat dan lebih memilih menikah secara agama dulu, baru akan mencatatnya di KAU di kemudian hari.

"Apa ini sudah kau rencanakan mas, hingga kau memilih untuk menikahiku secara agama sehingga dengan mudahnya kau akan menceraikan diriku?"

"Memang kau wanita yang pintar, selalu bisa membaca situasi tanpa diberitahu."

"Kenapa kau lakukan ini mas? apa salahku padamu?" cicit Anin disela isakkannya.

"Apa salahmu kau bilang? kau salah karena sudah mempermainkan perasaanku! Aku begitu mencintaimu, aku mencintaimu tanpa memandang statusmu, aku tulus padamu. Bahkan saat mamaku tidak merestui hubungan kita aku tetap memilihmu, aku berusaha membujuknya untuk bisa menerimamu. Tapi saat mama sudah merestui kita, baru kutahu ternyata kau wanita yang hanya menginginkan hartaku. Kau ingin menjadi kaya dengan cara instan? menikahi laki-laki kaya, dasar wanita murahan!"

Ucapan-ucapan yang meluncur dari mulut Evan begitu tajam, menusuk jantung Anin. Wanita itu meremas selimut yang menutupi tubuhnya untuk meredam emosinya. Dia memang wanita yang tidak memiliki apa-apa, bahkan tidak memiliki siapapun di dunia ini. Tapi dia bukan wanita yang seperti dituduhkan laki-laki yang ada di hadapannya itu.

"Kenapa kamu bisa menuduhku dengan tuduhan sekejam itu mas? aku tidak seperti itu," lirihnya.

"Apa kamu masih akan mengelak jika aku menunjukkan bukti padamu, hah!" bentak Evan dengan emosi.

Dia begitu muak melihat wajah Anin yang berurai air mata dan terlihat polos itu. Diambilnya smartphone miliknya dari dalam sakunya kemudian memutar video yang hanya beberapa detik. Didalam video itu terlihat Anin sedang berbicara dengan seorang laki-laki, yang diketahui Evan sebagai teman kerja Anin.

"Kamu menikah dengannya karena menginginkan hartanya kan?" tanya laki-laki itu dalam video.

"Ya! aku menginginkan hartanya. Kamu puas dengan jawabanku?" jawab Anin.

"Bukti sejelas ini kamu masih mau mengelak?" cecar Evan.

"Itu cuma sepotong mas, kamu tidak tahu apa yang kami bicarakan. Bagaimana bisa kamu menyimpulkan sesuatu hanya dengan melihat video berdurasi satu menit?"

"Tidak usah membela diri, mungkin dalam video fullnya kalian berencana untuk menguras hartaku sedikit demi sedikit. Kalian kan teman kerja, mungkin saja kalian sebenarnya terlibat hubungankan," Evan melemparkan sebuah tuduhan.

"Tega kamu mas, sejak tadi kau terus saja menjatuhkan harga diriku."

"Apa kamu punya harga diri? berapa? aku akan bayar!" ucap Evan dengan sombong.

"Uangmu itu tidak akan pernah bisa membeli kebahagiaan mas, ingat kata-kataku ini!" ucap Anin dengan mengusap air matanya.

Dia sudah lelah berdebat dan membela diri dihadapan laki-laki yang bergelar suaminya beberapa saat lalu. Dia lelah di hina dan direndahkan sejak tadi.

"Kalau uang tidak bisa membeli kebahagiaan kau tidak akan pernah menginginkannya. Dasar wanita munafik!" ejek Evan.

Anin memilih untuk diam, jika dia trus berbicara dia yakin akan trus mendapatkan hinaan dari laki-laki yang sedang di penuhi oleh emosi ini.

"Kamu pasti tidak mungkin kan tiba-tiba pulang ke tempat tinggalmu sebelumnya. Tinggallah disini sesuka hatimu, anggap saja sebagai bayaran sudah melayaniku malam ini," ucap Evan sambil berlalu meninggalkan Anin yang makin hancur hatinya.

Mendengar ucapan Evan barusan, rasanya hati Anin seperti diremas-remas. Laki-laki yang dicintainya, dikaguminya dan dia pikir akan membahagiakannya ternyata melukainya dan menghinanya hingga titik terendah.

"Kau akan menyesalinya nanti mas!" lirih Anin dengan berurai air mata dan membiarkan laki-laki yang sudah mengambil kesuciannya kemudian mencampakkannya itu pergi meninggalkannya.

***

Evan meninggalkan rumah yang baru saja ditempati bersama Anin dengan hati yang hancur. Dia dengan sombongnya mengatakan sudah mengalahkan wanita yang baru saja dinikahinya kemudian di ceraikannnya kembali itu, tapi sesungguh dia sudah kalah. Dia menyakiti wanita itu tapi hatinya jauh lebih sakit.

Evan begitu mencintainya, memujanya, wajah yang polos dan selalu tersenyum itu sudah mencuri hatinya sejak pertemuan pertama mereka. Dia tidak peduli berasal dari mana wanita itu, tidak peduli asal usulnya, yang ada di hatinya hanya kekaguman dan cinta.

Namun apa yang dia dapatkan, setelah dengan susah payah menaklukkan mamanya dan mendapatkan restu malah dia mengetahui fakta bahwa wanita yang dicintainya hanya menginginkan hartanya. Video pendek itu sudah membuat marah dan membuatkan mata hatinya.

Dan dia memilih untuk segera menikahnya secara agama, saat sedang mengurus ijin menikah dia mengatakan jika itu butuh waktu tidak sebentar. Harus ke RT, RW, keluarga, kecamatan, KUA dan dia tidak mau menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan semua syarat itu dengan instan. Dia mengatakan untuk menikah secara agama, kemudian akan mendaftarnya lain waktu.

Semua berjalan lancar karena orang-orang yang mengenal Anin dan mengenalnya percaya padanya. Dan setelah pernikahan mereka sah, Evan membawa Anin ke rumah baru mereka kemudian mengambil kesuciannya dan mencampakkannya begitu saja. Bukankah itu sangat menyakitkan bagi wanita, itu yang dia pikirkan.

Evan berfikir sudah menang dengan menyakiti wanita itu, tapi nyatanya dia jauh lebih sakit. Membuat orang yang dicintainya menderita itu hal paling menyakitkan, saat benci dan cinta menjadi satu itu sungguh menyesakkan.

"Kenapa aku tidak bisa membencimu saja, Anin! Kenapa?" pekiknya sambil memukul kemudi mobilnya.

Luka sedalam cinta, makin dalam cinta makin dalam jika terluka (Evan)

🍁🍁🍁

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Isna Arini

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku