Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kutukan Cinta Pertama

Kutukan Cinta Pertama

Isna Arini

5.0
Komentar
615
Penayangan
19
Bab

Lara Ayunda binti Cahyo Nugroho, mulai malam ini kamu bukan istriku lagi!" mas Arkan berkata pelan, tegas tapi begitu mengguncang jiwaku. Berawal dari mimpi yang trus berulang, selanjutnya sebuah pertemuan dan akhirnya membuat sebuah kehancuran rumah tangga. Bahkan akupun tidak tahu akhir kisah ini akan seperti apa.

Bab 1 Mimpi Yang Terus Berulang

"Aku mencintai mu,"

"Kita akan menikah!"

"Kita harus tetap bersama!"

"Kita sudah menikah dan punya anak, kenapa kau tinggalkan aku!"

"Aakk....," Aku terbangun dari tidurku dengan keringat bercucuran, lagi! Mimpi itu datang lagi, dan setiap kali aku bermimpi paati seperti ini. Separuh hatiku seperti hilang. Aku merasakan sangat kehilangan dan kesedihan dalam hatiku.

Ku tatap suamiku yang tertidur pulas disampingku, aku usap pipinya perlahan. Dia menggeliat dan menatapku.

"Kenapa? Kamu mimpi buruk lagi?" Ucapnya bertanya.

Aku mengangguk dan membenamkan diriku dalam pelukannya, seperti itu lah yang aku lakukan setiap kali mimpi itu datang. Sudah hampir dua tahun belakangan ini aku sering kali bermimpi orang yang sama, mimpi yang selalu sama. Apa yang sebenarnya terjadi, akupun tidak tahu. Tepatnya sejak usia pernikahan kami tiga tahun, entah sebab apa mimpi itu mulai datang. Dan tiap kali bermimpi, seolah-olah hatiku ikut merasakannya seperti benar-benar terjadi.

Aku selalu mengatakan pada suamiku mas Arkan, jika aku bermimpi buruk. Sebenarnya aku bermimpi bersama dengan mantan pacarku, cinta pertamaku dulu di masa kuliah. Dalam mimpiku dia selalu mengatakan hal yang sama, cinta, pernikahan dan anak. Ini benar-benar gila! Kami tidak pernah menikah, apa lagi punya anak. Kami tidak pernah melakukan hal diluar batas saat berpacaran dulu, hanya sekali dia mencium pipiku, hanya sekali tidak lebih.

Kami berpisah bukan aku yang mencampakkan nya, tapi dialah yang mencampakkan aku. Entah sebab apa, akupun tidak tahu. Saat itu menjelang sidang skripsi, tiba-tiba dia mengajakku bertemu dan mengucapkan perpisahan, aku hanya mengatakan 'YA' tanpa bertanya sebabnya.

Meskipun hatiku sakit, aku tidak pernah memperlihatkan pada dirinya. Semua berjalan normal sampai wisuda dan kami benar-benar berpisah tanpa komunikasi.

Aku memang menikah lebih dahulu dan dia pun datang pada acara pernikahanku, semua tampak biasa pada saat kami bertemu. Akupun sudah melupakan jika kami pernah punya hubungan, aku sudah menikah dan suamikulah yang ada dalam pikiranku.

Waktu berlalu, dua tahun aku dan mas Arkan bersama semua berjalan tanpa hambatan, aku mengikutinya bekerja keluar dari kota, tepat dua bulan setelah pernikahan mas Arkan di terima sebagai Pegawai Negri Sipil dan ditugaskan kepelosok.

Di tahun ketiga, mimpi itu datang menghantuiku. Dan saat ini, diusia pernikahan kami yang ke lima dimana aku dan mas Arkan kembali ke kota kami mimpi itu kian sering hadir, jadi sudah sekitar dua tahun aku dihantui mimpi ini. Mimpi itu tidak setiap malam datang, akupun tidak bisa tahu kapan datangnya tapi tiap kali bermimpi hatiku merasakan sakitnya seolah-olah nyata.

Dan yang aku lakukan adalah memeluk suamiku, bukan hal yang benar jika aku memikirkan laki-laki lain padahal aku sudah menikah. Pernah sempat terpikirkan untuk sekedar mengirim pesan pada mantanku itu, menanyakan kabar, berbasi-basi kemudian menceritakan apa yang aku alami. Tapi kemudian akalku mengatakan jika itu salah. Dia sudah berkeluarga akupun begitu, jika aku melakukan maka bisa saja terjadi hal yang bisa merusak rumah tangga kami.

Sejak teknologi semakin canggih, orang-orang yang terpisah jarak disatukan dalam sebuah group alumni, oleh sebab itulah aku bisa mengetahui nomor telepon dan stalking akun media sosialnya.

Terakhir kali aku melihatnya, dia masih sempat memposting fotonya dengan sang istri. Ah, seperti dia hidup bahagia. Hanya aku disini yang dihantui dirinya dalam mimpi. Ini tidak adil! Setelah itu aku tidak berniat lagi melihat media sosialnya, untuk apa juga. Aku juga bahagia bersama suamiku jika tidak bermimpi aneh itu.

****

Beberapa waktu lalu, di group chat alumni diumumkan akan mengadakan reuni bersama yang dilakukan disebuah tempat wisata, kami memilih pantai sebagai tempat reuni. Acara akan dilaksanakan menjelang sore hari hingga pukul delapan malam.

Sebenarnya aku malas untuk ikutan, tapi Laila teman dekatku memaksaku untuk ikut. Dia bilang aku tidak pernah ikut reunian dan kali ini harus ikut, akhirnya dengan berat hati aku mengikutinya.

Aku datang ke sana bareng Laila, aku malas membawa kendaraan sendiri. Laila yang notabene orang sukses membawa mobil sendiri dan bersama suaminya, jadi aku memutuskan untuk numpang saja. Mas Arkan ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, dan akhirnya aku harus datang sendiri padahal akan pulang dimalam hari.

Jam dua siang mobil yang kami tumpangi sudah sampai di tempat tujuan, aku dan Laila segera mengisi daftar hadir dan berbaur dengan teman-teman kami.

Aku yang paling lama tidak bertemu mereka karena mengikuti suamiku bekerja jauh, jadi bahan perbincangan yang hangat. Mereka bertanya ini dan itu, tapi semua begitu hangat dan seru. Setelah sekian la tidak berjumpa, mereka masih sama, suka bercanda dan saling mengingatkan hal-hal lucu dan konyol yang dulu kami alami bersama di kampus.

"Lara, Cinta pertamamu datang tuh!" Laila menyenggol lenganku dan menunjuk seseorang yang menuju ke arah kami dengan dagunya.

Secara refleks mataku memandang ke arah yang di tunjuk Laila. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang saat melihatnya, Haidar Muhammad nama laki-laki itu. Dia yang pernah singgah di hatiku, orang yang dulu ku puja dan ingin kumiliki selamanya.

Aku menetralisir keadaan hatiku dengan meneguk satu gelas minuman yang ada di sampingku. Entah kenapa aku bisa berdebar-debar begini, dulu setelah perpisahan kami, aku tidak pernah merasakan apapun saat bertemu dengannya. Bahkan saat dia datang di pernikahanku, aku tidak begitu memperhatikan dirinya.

Kenapa sekarang seperti ini, apa ini efek dari mimpi-mimpinya itu. Jarak dia dan kami makin dekat, dengan santai mas Haidar menyalami kami semua.

"Kenapa tanganmu sangat dingin?" ucap mas Haidar saat dia menyalamiku.

"Bertahun-tahun aku tidak terkena angin pantai, mungkin karena itu aku kedinginan." jawabku asal.

Mungkin sebenarnya tanganku dingin karena aku nervous. Tiba-tiba mas Haidar melepaskan jaketnya dan memakaikannya kepadaku, hal yang selalu dia lakukan dulu.

Aku berusaha menolaknya tapi teman-teman malah menyoraki kami jadi mau tidak mau aku menerimanya untuk meredam kekonyolan mereka.

Karena banyak menengak air untuk menangkan hati, akhirnya panggilan untuk mengeluarkannya kembali menyapa tubuhku. Aku bergegas ke toilet, toilet disini cukup terawat dan bersih. Bilik-biliknya pun cukup luas, setelah menyelesaikan hajatku, bergegas diriku keluar dari kamar mandi ini.

Saat mencapai pintu keluar tiba-tiba tanganku di tarik seseorang masuk lagi kedalam kamar mandi, aku hendak berteriak tapi sebuah tangan segera menutup mulutku.

Mataku melotot saat melihat siapa yang melakukan itu padaku, "mas Haidar, untuk apa dia melakukan ini padaku" ucapku dalam hati.

"Aku merindukanmu," ucapnya pelan tanpa menyingkirkan tangannya dari mulutku.

Mataku berkedip dengan cepat mendengar ucapannya, otakku mencerna apa yang sedang terjadi.

Bersambung...

*****

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Isna Arini

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku