Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Yang Diabaikan

Istri Yang Diabaikan

TrianaR

5.0
Komentar
15.1K
Penayangan
42
Bab

Lili, seorang istri yang tengah hamil besar namun acap kali diabaikan oleh suaminya sendiri. Disaat perutnya kesakitan, ia ditinggal sendiri di rumah, hingga ia terjatuh dan menyebabkan pendarahan, anaknya meninggal dalam kandungan. Azzam, sang suami merasa menyesal, saat menghadapi kenyataan kalau bayinya tak bisa diselamatkan sementara istrinya masih kritis. Dia pun berjanji untuk berubah menjadi lebih baik. Namun, tekanan yang diberikan oleh sang ibu mertua kepada Lili membuatnya memilih kabur dari rumah. Akankah Azzam bisa menemukan Lili kembali? Bagaimana akhir dari hubungan mereka?

Bab 1 Suami Tak Peka

"Zam, nanti malam jam tujuh jangan lupa hadir ke acaranya Bu Rosanty. Ibu sama Icha dah beli baju bagus buat dipakai ke acara itu."

"Baik, Bu. Aku ajak Lili dulu, biar dia juga ikut siap-siap."

"Alaaaah, gak usah. Buat apa ngajak istrimu yang udik itu, yang ada malah malu-maluin kita."

"Tapi, Bu--"

"Tidak, titik. Kita berangkat bertiga, ibu, Icha sama kamu saja. Lili biar urus rumah aja. Seharian kerjanya rebahan terus gak ada geraknya. Rumah aja dibiarkan berantakan kayak begini!"

Deg! Kenapa ucapan ibu seperti itu? Padahal aku tahu di rumah inilah Lili yang paling capek. Pagi-pagi sekali Lili sudah bangun, dan mengerjakan semuanya. Padahal ia tengah hamil, usia kandungannya delapan bulan. Kata ibu, dia harus banyak gerak, gak boleh manja, biar persalinannya lancar.

Walaupun ibu sering bersikap ketus, tapi Tak ada bantahan apapun dari Lili, dia memanglah istri penurut.

Aku menghempaskan nafas kasar. Ibu sudah bangkit dari tadi dan menuju ke kamar. Aku menoleh, kudapati Lili berdiri di balik pintu ruang tengah. Tanpa sengaja kulihat gerakan tangannya menyapu pipi. Apakah Lili menangis?

Segera kukejar sosoknya, namun ia sudah masuk ke dalam kamar. Kamar kami berada di belakang, lebih sempit dan pengap, sebenarnya ini kamar pembantu. Ya, Lili memilih mengalah. Kamar utama ia serahkan untuk ibu. Rumah minimalis yang baru kubeli satu tahun silam ini hanya mempunyai 4 kamar saja, yaitu satu kamar utama, satu kamar tamu yang sekarang digunakan oleh Icha, satu kamar kugunakan untuk gudang ruang kerjaku, serta satu kamar pembantu yang sekarang aku tempati berdua dengan Lili.

Sejak kedatangan ibu dan adik sepupuku itu, ibu yang mengatur kendali rumah ini. Awalnya aku ingin merekrut pembantu agar Lili ada yang bantu. Tapi ibu menyanggahnya, katanya buang-buang uang, mending uangnya ditabung buat biaya persalinan.

Lili tak pernah protes dengan perkataan ibu. Dia hanya mengangguk dan selebihnya diam.

"Li, Li, buka pintunya dek," kupanggil namanya disertai ketukan pintu.

Lama menunggu, akhirnya pintu terbuka. Kulihat matanya memerah, aku tahu dia habis menangis.

"Dek, apa kamu gak apa-apa kalau ditinggal sendirian?"

Lili hanya mengangguk.

"Atau kamu mau ikut? Nanti aku bujuk ibu."

Lili menggeleng. Ia merebahkan diri diatas kasur dan membelakangiku.

"Li, Li!" teriak ibu dari luar, kalau sudah seperti ini pasti ibu ingin menyuruh sesuatu.

"Ada apa, Bu?" tanyaku sambil melongokkan kepala saat pintu separuh terbuka.

"Mana istrimu itu? Kenapa gak masak makan malam?"

"Lho, katanya kita mau ada acara di tempat Bu Rosanty, pasti disana makan kan?""

"Tapi sekarang ibu sudah laper."

"Tapi kasihan Lili bu, dia kecapekan--"

"Biar saya masakin, Mas. Ibu mau makan apa?" sela Lili, ia bangkit menghampiri kami.

"Mie goreng aja deh buat ganjal perut, jangan lupa teh manisnya. Sekalian bikinin buat Icha juga, kasih telor dan irisan bakso."

"Bu, itu kan mudah. Icha juga bisa bikin sendiri sekalian bikinin ibu, kenapa harus nyuruh Lili?"

Lili menarik ujung kemejaku agar tak membantah perintah ibu.

"Mas mau dibikinin juga?" tanyanya, menatapku dengan wajah yang sendu.

"Tidak usah, mas gak laper."

Ia mengangguk, kemudian berlalu menuju dapur, menyalakan kompor dan mengambil bungkus mie instan di lemari penyimpanan.

Tangannya bergerak cekatan, selain menunggu mie matang ia membuatkan teh manis.

Aku memperhatikannya tak jauh dari dapur, sembari bersandar di dinding. Sesekali kulihat ia mengurut pinggangnya yang mungkin terasa pegal.

"Biar mas yang bawakan," tukasku.

"Jangan mas, nanti ibu marah lagi."

"Ibu sering marah-marah sama kamu kalau mas gak ada?"

Lili menggeleng. Ia tetap membawa nampan berisi mie goreng dan teh manis itu ke meja makan.

Ibu dan Icha sudah menunggu, mereka berbincang dan cekikikan gak jelas. Entahlah sejak kedatangan Icha disini, ibu jadi makin sering nyuruh-nyuruh Lili.

Kasihan Icha, dia baru datang dari kampung, baru beradaptasi disini. Selalu begitu kata-kata ibu.

Ya, awalnya niat Icha datang kemari karena ingin mencari pekerjaan. Beberapa lamaran ia layangkan ke perusahaan, namun saat ada panggilan interview ia malah tidur dengan alasan lupa. Nyatanya sudah tiga bulan ia belum juga bekerja, aku sebenarnya tak masalah toh dia adikku. Tapi harusnya dia peka, ikut membantu Lili mengerjakan pekerjaan rumah.

"Cha, kamu kan bisa bikin mie sendiri dan bikinin ibu sekalian, jangan malas gitu dong, kasihan Lili!" tegurku saat mereka enak-enakan makan.

"Kamu ini! Icha itu tamu disini, jadi harus dilayani. Sudahlah Lili aja gak masalah, kenapa kamu yang protes!" sela ibu.

Kalau sudah begitu ibu tak bisa dibantah. Ya, ibu memang keras kepala. Semenjak kepergian almarhum bapak, perasaan ibu jadi lebih sensitif. Menyinggung sedikit perasaannya saja dia menangis.

*

"Ayo Zam, ibu sudah siap."

"Aku antar kalian aja ya, nanti langsung pulang. Kasihan Lili sendirian."

"Terus nanti kami pulang sama siapa? Pokoknya kamu harus tetap disana sampai acara selesai. Lili kan di rumah aja, dah gak usah khawatir. Ayo cepat Zam, ibu tunggu di mobil."

Ibu dan Icha sudah melenggang pergi keluar rumah. Aku berpamitan pada Lili yang saat ini sedang merapikan baju.

"Mas berangkat dulu ya, dek. Kalau ada apa-apa hubungi mas ya!"

Dia hanya mengangguk saja, tanpa salam sapa seperti biasanya. Ada yang aneh dengan istriku, apa dia merahasiakan sesuatu?

*

Di Rumah Bu Rosanty acara begitu meriah. Banyak tamu undangan datang. Ah ternyata ini acara lamaran anak bungsunya. Tapi mereka gelar secara besar-besaran.

Ibu dan Icha tampak berbincang dengan Bu Rosanty, lamat-lamat kudengar arah pembicaraannya menjelek-jelekkan istriku. Untung saja dia tak ikut, jadi tak mendengar ucapan menyakitkan ini.

Sudah satu jam disini, perasaanku bertambah khawatir memikirkan Lili di rumah. Tak pernah kurasakan kecemasan seperti ini sebelumnya.

Tiba-tiba ponselku berdering, sebuah panggilan dari nomor rumah. Ya selama ini Lili tak punya handphone, aku hanya menyediakan telepon rumah agar ia bisa berkomunikasi denganku. Awalnya memang punya tapi kujual karena dia boros menggunakan pulsa. Bisa habis lebih dari seratus ribu sebulan, padahal di rumah saja. Entah ia gunakan untuk apa.

"Halo, ada apa Li?" tanyaku. Suaranya tidak terdengar jelas karena disini sangat ramai, ada alunan musik yang menghiasi suasana.

"Mas, bisa pulang sekarang? Perutku sakit sekali--" suara dari ujung telepon terdengar seperti sedang menahan sesuatu.

"Sakit? Kenapa? Ya sudah. Tunggu ya, mas segera pulang."

Kumatikan panggilan telepon lalu menghampiri ibu.

"Bu, ayo Bu kita pulang sekarang, perut Lili sakit katanya Bu, aku khawatir sama dia."

"Azzam, acaranya belum selesai kok. Tunggu sebentar lagi. Itu pasti cuma alasan istrimu saja! Dah gak usah digubris."

Ingin rasanya membantah ibu, tapi ini ditempat keramaian, aku tak ingin mengundang masalah.

Tapi pikiranku melayang ke rumah. Apa Lili baik-baik saja?

Aku jadi merasa bersalah, selama ini aku telah mengabaikannya. Tak pernah memberi perhatian untuknya, karena kupikir aku sudah lelah bekerja, sedang dia di rumah saja ada hiburan televisi atau main ke tetangga. Lagi pula ada ibu yang bisa jadi teman ngobrolnya.

Sekitar jam sebelas malam barulah kami pulang, acara itu baru saja selesai.

"Mewah banget ya acara lamaran anaknya Bu Rosanty," celetuk ibu dengan takjub. Icha juga menanggapinya dengan antusias.

Sampai di rumah, suasana begitu sepi.

Bel pintu kutekan berkali-kali, namun tak ada sahutan dari Lili. Apa dia sudah tidur?

"Gimana sih istrimu itu, malas banget, apa dia sudah tidur? Padahal baru jam sebelas malam!" tukas ibu dengan nada kesal.

"Biar kurobrak pintunya Bu."

"Nanti rusak."

"Gak apa, biar besok dibenerin sama tukang, memangnya ibu mau tidur di luar?"

Satu dua tiga. Dengan sekuat tenaga berulang kali kudobrak, akhirnya pintu terbuka. Aku merangsek masuk sambil memanggil Lili, namun tak ada sahutan. Sampai di ruang tengah, di meja telepon, kutemukan tubuhnya meringkuk di lantai. Dan, darah segar mengalir dari bagian bawahnya.

"Astaghfirullah hal'adzim. Li, Li, bangun dek! Apa yang terjadi denganmu?!

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh TrianaR

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Istri Yang Diabaikan
1

Bab 1 Suami Tak Peka

07/12/2021

2

Bab 2 Bayiku Tak Bisa Diselamatkan

07/12/2021

3

Bab 3 Berdebat Dengan Ibu

07/12/2021

4

Bab 4 Dihajar

07/12/2021

5

Bab 5 Dibawa Pulang

07/12/2021

6

Bab 6 Dia Menolakku

07/12/2021

7

Bab 7 Maafin Mas, Dek!

22/12/2021

8

Bab 8 Drama

22/12/2021

9

Bab 9 Permintaan Maaf Ibu

22/12/2021

10

Bab 10 10. Kembali Pulang

22/12/2021

11

Bab 11 11. Berdebat

02/01/2022

12

Bab 12 12. Memasang kamera tersembunyi

02/01/2022

13

Bab 13 13. Ketahuan

02/01/2022

14

Bab 14 14. Lili Kabur

02/01/2022

15

Bab 15 15. Mas, aku mau kita pisah saja

02/01/2022

16

Bab 16 16. Jadi, Lili yang benar

02/01/2022

17

Bab 17 17. Ulah ibu, hidupku hancur

02/01/2022

18

Bab 18 18. Mengalah bukan berarti kalah

02/01/2022

19

Bab 19 19. Tak sengaja bertemu

02/01/2022

20

Bab 20 20. Lelaki bodoh

02/01/2022

21

Bab 21 21. Pengakuan Icha

02/01/2022

22

Bab 22 22. Cemburu

11/01/2022

23

Bab 23 23. Kecelakaan

11/01/2022

24

Bab 24 24. Jangan Pergi

11/01/2022

25

Bab 25 25. Obsesi

13/01/2022

26

Bab 26 26. Dihadang Preman

13/01/2022

27

Bab 27 27. Aku Ingin Lihat Wanita itu Hancur

13/01/2022

28

Bab 28 28. Dalam Bahaya

13/01/2022

29

Bab 29 29. Si Pengganggu

13/01/2022

30

Bab 30 30. Musibah Kebakaran

13/01/2022

31

Bab 31 31. Kritis

18/01/2022

32

Bab 32 32. Duka Mendalam

18/01/2022

33

Bab 33 33. Musuh Dalam Selimut

18/01/2022

34

Bab 34 34. Haruskah Bertahan

18/01/2022

35

Bab 35 35. Permintaan Gila Ibu

18/01/2022

36

Bab 36 36. Insiden Tengah Malam

18/01/2022

37

Bab 37 37. Dilecehkan

18/01/2022

38

Bab 38 38. Kabur

18/01/2022

39

Bab 39 39. Apakah ini karma

18/01/2022

40

Bab 40 40. Kabar Kehamilan

18/01/2022