Area 21+! Harap bijak dalam memilih bacaan. Kumpulan cerita dewasa, penuh drama yang menggairahkan.
Di kediaman Sailendra
Amira, seorang wanita berusia 36 tahun sedang menyiapkan makanan di dapur. Sedangkan ayah mertuanya menunggu dengan manis di meja makan. Amira merupakan istri dari pengusaha Norman Sailendra, ibu dari dua orang anak dan menantu dan Pak Tua Sailendra.
"Hari ini sarapan apa, Amira?" Sailendra bertanya, pria tua berusia 75 tahun itu mulai bangkit dari duduknya.
"Aku membuat sup, ayah," jawab Amira, sembari menoleh ke belakang.
"Kedengarannya enak, tapi aku tahu apa yang lebih enak." Sailendra berjalan mendekat ke arah Amira, wanita itu tak menyadari maksud dari ucapan mertuanya.
"Makasih ayah, tapi aku sudah berusaha dengan baik memasak ini." Amira masih santai, dia mencicipi masakannya yang sebentar lagi matang.
"Ada yang lebih nikmat dari itu, Amira."
'grepe'
Amira membulatkan matanya ketika merasakan sentuhan di kedua bokongnya, sepasang tangan yang dengan lancang menyentuh dan meremas benda kenyal itu.
"Apa yang kamu lakukan, ayah mertua?" Amira bertanya panik, pipinya memerah dan jantungnya berdegup kencang.
"Ini adalah sesuatu yang lebih enak dari sup," jawab Sailendra yang sekarang sudah berhasil menaikkan rok mini Amira, sehingga tempampanglah pantat mulusnya yang semok yang hanya dipakaikan celana dalam kecil yang menutupi bagian intimnya saja.
"Ada apa denganmu, hentikan ini!" Amira sedikit menyentak, berharap Sailendra benar-benar menghentikan aktivitasnya. Sementara pria tua itu mengelus vagina Amira.
"Ouwhhh" Amira mendesah pelan
"Sekali ini saja, Amira. Kumohon izinkan aku!"
Amira tak menjawab, dia sedikit membongkokkan tubuhnya refleks. Wajahnya semakin memerah, keringat dingin mulai menetes dari pelipisnya.
"Sebuah bolu yang empuk, ini adalah bokong idamanku, bokong yang selalu kumimpikan ketika aku coli!" Sailendra benjongkok sambil terus memandangi bokong Amira.
'Tidak, aku tidak bisa menerima perlakuannya yang seperti ini!'
"Hentikan ini, ayah!"
Sailendra tak peduli, dia menempelkan pipinya yang keriput ke bokong Amira, menggosok-gosoknya pelan.
"Bokongmu sangat luar biasa, aku menyukainya sejak kamu tinggal dirumah ini, Amira." pria tua itu menelan salivanya, kiranya bokong yang dia lihat itu adalah santapan yang paling lejat yang pernah dia temui.
Sementara tubuh Amira mulai memanas, keringat menetes dari mana-mana.
"Ini sangat lembut dan lengket, bokong yang lezat ini sekarang ada di depanku." Sailendra mulai menurunkan celana dalam Amira, menampakkan vaginanya yang basah dengan bulu-bulu halus yang kelihatan sudah dipangkas.
"Tolong hentika aahh" Amira terus mengatakan kalimat penolakan, tapi dia sama sekali tak melakukan perlawanan. Justru tubuhnya terlihat sedang menikmati sentuhan dari ayah mertuanya itu.
"Kamu sangat basah, terima kasih atas makannya, Amira."
Setelah mengatakan itu, Sailendra langsung melahap vagina Amira layaknya sebuah santapan yang sangat lezat. Lidahnya dengan lihai menjilan dan menusuk-nusuk lubang kemerahan itu.
"Aahhhn eeemhhhh" Amira mulai mendesah, wajahnya sangat merah dan tubuhnya semakin berkeringat.
'Slurp...slurpp'
"Eemhhhh"
"Aaahhh aku mau muncrat..."
Amira menutup mulutnya dengan telapak tangan, ia tak kuasa menahan rasa nikmat dibawahnya.
"Mendesahlah, Amira! Tidak ada orang lain selain kita berdua di rumah ini."
"Ti-tidak Aaaaarrrghhhhhh"
'Splurrrt'
Amira muncrat sangat hebat, dia mengerang keras dan tubuhnya gemetar. Sailendra menyudahi aktivitasnya, terlihat cairan muncrat Amira menetes diwajah tuanya.
"Kamu muncrat sangat banyak, Amira. Jusmu sangat enak, asin dan manis," ucap pria tua itu, sambil menyapu bekas cairan dibibirnya dengan lidah.
Amira mencoba mengatur nafas, ada perasaan bersalah yang aneh memenuhi hatinya. Dia memalingkan wajah ke samping, melihat ayah mertuanya yang tua dan jelek membuat hatinya panas.
"Pergilah dari hadapanku, ayah. Dan jangan katakan apapun pada Norman." Amira mencengkram meja, giginya bergemelatuk saling bertabrakan.
"Haaahhh, jika Norman tahu keluarga ini akan berantakan..."
Amira mulai menangis, dia menyesali apa yang terjadi barusan. Meskipun dia tidak menerima, tapi kenapa dia pasrah atas perlakuan ayah mertuanya?
"Apa yang harus kulakukan?"
Amira mengelap air matanya, sebentar lagi kedua anaknya akan berangkat sekolah. Jika mereka melihat Amira menangis, maka dia harus menjawab apa.
"Ibu, kami berangkat dulu. Tapi, kenapa ibu sangat berkeringat?"
Amira menoleh dan beralih menghampiri kedua anaknya, dia meremas erat rok pendeknya.
"Didapur sangat panas karena aku memasak sup, bekal kalian sudah ibu siapkan, ambilah sementara ibu akan mandi," jawab Amira, kemudian pergi menuju kamarnya.
Satu hari berlalu, Amira pergi ke kamar setelah membereskan makan malam. Dia berbaring di sebelah suaminya.
"Sayang, ayo seks malam ini!" ajak Amira
"Jangan sekarang, aku sangat lelah." Norman menjawab dengan senyum tipis, kemudian beralih membelakangi Amira.
'Sudah lama kita tidak berhubungan, aku merasa sangat frustasi. Adegan tadi bersama ayah mertua, kenapa aku kepikiran dengan yang terjadi tadi? Ini salah, tapi kenapa aku tidak bisa menghilangkannya dari pikiranku.'
'Aahh aku merasa mulai basah...'
Amira meraba vaginanya, sangat lengket dan basah.
"Aahhh"
Dia memasukkan dua jarinya dan mulai mengocok, dipikirannya masih terngiang adegan bersama ayah mertuanya tadi pagi.
"Aahh aku muncrat..."
"Ouwhhh aku benci kamu ayah mertua" lenguh Amira ketika mengingat bagaimana dia muncrat dengan hebat tadi pagi.
***
Satu minggu berlalu, Sailendra benar-benar tak melakukannya lagi pada Amira. Dia memegang ucapannya bahwa dia hanya akan melakukannya satu kali.
Keluarga mereka kini tengah makan malam bersama, menghabiskan waktu dengan bercanda dan tertawa.
"Oh iya, rencananya kami akan mengunjungi Paman San, ayah!"
Amira sontak menoleh pada Norman, lho, kenapa mendadak Norman mengatakan itu? Sebelumnya tak ada kompromi antara dia dan Amira, itu sebabnya ibu dua anak itu merasa terkejut.
"Lho, kamu tak mengatakannya padaku sebelumnya?" tanya Amira, Norman tersenyum sambil berusaha menelan makanan yang barusan ia kunyah.
"Sebenarnya ini keinginan Nia dan Nino, kamu disini saja merawat ayah." jawab Norman enteng, Amira menatap ragu-ragu pada Sailendra.
Mendadak jantungnya berdegup kencang, kejadian satu minggu yang lalu tidak akan terulang lagi, 'kan?
Bab 1 Hasrat Ayah Mertua 1
04/01/2025
Bab 2 Hasrat Ayah Mertua 2
04/01/2025