Sang Pemuas Nafsu

Sang Pemuas Nafsu

Bugis cek

5.0
Komentar
213.7K
Penayangan
115
Bab

18+, hampir tiap bab memiliki unsur kedewasaan, jadi tidak di peruntukan pembaca di bawah 18 tahun ke bawah. Cerita ini berlatar belakang seorang mahasiswa yang memiliki prestasi cukup lumayan. Iapun hanya seorang pria yang memiliki perekonomian yang tidak terlalu mendukung, namun bisa melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus ternama, di karenakan ia memiliki kecerdasan hingga dia bisa mendapatkan beasiswa. Awalnya ia tak pernah menyangka kalau dirinya akan menjadi pria yang di lirik banyak wanita, berhubung parasnya tidak terlalu mendukung. Namun sepeninggalnya sahabat terbaiknya, di saat itulah dia mendapatkan semuanya.

Bab 1 SPN 1

Perkenalkan namaku Kamaruddin, umur 20 tahun, sudah semester tiga di salah satu kampus ternama dan terkenal di kota ini.

Sebenarnya aku tinggal di sebuah desa terpencil, namun saat ini aku sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi di kota yang terkenal dengan kota kembang, karena kota ini memiliki banyak taman asri yang di penuhi dengan bunga - bunga cantik.

Meskipun aku dari keluarga yang kurang mampu, tapi aku tetap kekeh untuk melanjutkan pendidikanku. Bokap sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, sementara nyokap kini tinggal di rumah kakakku yang nomor ketiga. Aku anak kedua dari tiga bersaudara.

Bahkan saat ini aku sedang berjuang demi mempertahankan beasiswaku, karena untuk mempertahankannya, kita harus memiliki nilai IPK yang cukup.

Pagi ini aku menyempatkan berolahraga pemanasan dan melatih pukulanku dengan memukul mukul bantal yang sudah aku modifikasi layaknya samsak.

Tinggi badanku 183 cm, perawakan wajahku tidak terlalu mendukung alias tidak ganteng, tapi aku tidak mau mengaku kalau aku jelek, karena ini semua adalah takdir dari sang pencipta. Namun aku berusaha untuk menutupi kekuranganku dengan menjadi pribadi yang baik.

Aku baru rajin berolahraga setahun belakangan ini untuk sekedar membentuk fisik yang kuat, dan aku memulainya dengan tujuan tidak mau di tindas oleh orang lain. Di sisi lain aku juga pernah di pukul tanpa berani memberikan perlawanan, dan aku pernah mendapatkan sebuah hinaan dari seorang wanita yang sepertinya sudah sangat beranggapan dirinya sempurna.

"Udah hitam, dekil, jelek, miskin, kurus, hidup lagi, bikin ngeneg aja lama - lama !" inilah kata - kata motivasi terbesarku yang pernah di ungkapkan oleh seorang wanita primadona di kampusku.

Tok tok tok!

Mendengar pintu kamarku di ketuk seseorang dari luar, aku segera beranjak, lalu membuka pintu.

Ternyata yang mengetuknya adalah kak Monica, dia juga salah satu mahasiswi di kampusku, dia cantik, bodynya sangat menantang, kulitnya yang putih kadang membuatku lupa diri.

"Din, tolong beliin pembalut, nanti lebihnya ambil saja !" ucapnya sambil menyodorkan uang kepadaku. Kak Monica ini orangnya jutek, sombong, tapi baik kalau ada maunya. Sementara aku paling rajin di suruh olehnya yang penting dia mau memberikan senyuman untukku.

Sepertinya dia baru menyelesaikan mandinya, saat ini dia hanya memakai kimono mandinya, dan tentu saja aku sempat melihat beberapa lekukan tubuhnya yang enak untuk di pandang.

"Ini, cepetan, aku mau ke kampus nih !" timpalnya karena aku malah kelamaan menerima uangnya.

"Iya kak !" jawabku singkat, lalu menerima uangnya, dan sejenak aku kembali masuk ke dalam kamar untuk memakai baju.

Setelah itu, aku berjalan kaki ke salah satu kios langgananku, kebetulan kios ini yang paling dekat dengan kostku.

"Belliiii, !" teriakku.

"Beli apa, Din ?" tanya sang pemilik kios, saking seringnya berbelanja di sini, dia sudah tau dengan namaku.

Yang aku ketahui dari pemilik kios ini, dia bernama Fina dan sedang berstatus janda tanpa anak. Sementara dari pandanganku tentang Fina, dia cantik, tapi pakaiannya selalu tertutup jadi untuk saat ini aku belum bisa menjelaskan lekukan tubuhnya.

"Pembalut mba!" jawabku.

"Rajin amat di suruh - suruh sama teman kostmu, Din!" timpalnya.

"Heheh, lumayan dapat lima ribu mba !" jawabku.

"Iya juga sih, nanti kamu pulang jam berapa ?" tanya Mba Fina sambil memberikan pembalut dan aku juga memberikan uangnya.

"Hmm, palingan jam satu Mba, ada yang bisa saya bantu ?" tanyaku.

"Ada, nanti kamu kesini lagi kalau sudah jam tiga sore, kebetulan mau pergi belanja barang untuk stok jualan !" ujar Mba Fina.

"Hehe, siap - siap Mba, nanti aku ke sini lagi !" jawabku.

Meskipun dia cantik, tapi Mba Fina sepertinya tulus untuk tersenyum untukku. Aku sudah sering membantunya untuk membawa mobilnya sekedar pergi berbelanja di salah satu distributor barang sembako, dan setiap selesai membantunya, pasti aku akan mendapatkan upah darinya.

Setelah itu, aku kembali ke kost dan langsung menuju kamar kak Monica.

Tok tok tok!

"Kak, aku simpan di gagang pintu yah !" ucapku, lalu pergi ke kamarku.

Kenapa aku menyimpannya di gagang pintu saja, karena aku pernah mendapatkan teguran keras ketika aku tidak sengaja melihatnya ganti baju. Meskipun itu murni kesalahannya, karena tidak menutup rapat pintu kamarnya.

Tepat pukul sembilan aku mengendarai motor bebekku peninggalan dari almarhum bapak menuju kampus. Tentu saja motorku ini umurnya tidak muda lagi alias butut dari segi pandangan orang kaya.

Kebetulan kampus jaraknya sekitar 1 km saja dari jarak kostku, jadi beberapa menit saja aku sudah tiba di sekitaran kampus.

Sementara untuk style kesukaanku ketika ngampus cukup rapi, celana kain berpaduan dengan kemeja, dan sepatu sneakers. Berhubung aku paling jarang ke kantin, jadi aku langsung menuju ruanganku saja. Sebenarnya mahasiswa tidak perlu menunggu dosen layaknya masih pelajar, karena sebelum dosen masuk, dia akan memberikan informasi di grup salah satu aplikasi ponsel.

Di dalam ruangan ini atau yang sejurusan denganku berjumlah tiga puluh orang saja, ada 13 pria dan 17 wanita. Dan di antara tiga puluh orang itu, hanya satu orang yang care denganku itupun sama - sama batangan.

Teman jurusanku yang wanita sebenarnya ada juga yang sering ngajak ngobrol, tapi aku saja yang kurang tau cara untuk nyambungnya.

Tidak lama kemudian sahabatku datang dan langsung duduk di tempatnya, dia lalu menggeser kursinya dekat denganku.

"Din, ada proyek nih, kamu mau ikut ngga ?" tanya Syamsul, dialah sabahatku yang aku maksud tadi.

"Proyek apaan ?" tanyaku.

"Ngantarin balok ke kota sebelah, kalau mau kita gas nanti sore !" jawabnya.

Syamsul berbeda nasib denganku, orang tuanya termasuk cukup berada, dia memiliki bisnis di bidang jual beli kayu dan kadang dia memintaku untuk menemaninya, dan di situ juga aku kembali akan mendapatkan upah. Meskipun tidak banyak, tapi setidaknya aku juga bisa refreshing otak dan otot.

"Tapi aku ada proyek juga nanti sore, jam tigaan, Sul !" timpalku.

"Sejak kapan kamu punya proyek lain selain bersamaku ?" tanya Syamsul.

"Bantuin tetangga aja sih, memangnya ngga bisa angkut malam ?"

"Bisalah habis magrib, tapi jangan lupa bawa pakaian ganti, kita malmingan di sana !" ujarnya.

"Hahaha, palingan malmingan di warkop aja !" timpalku.

"Hehhehhee !" dia hanya terkekeh, namun aku melihat senyum licik darinya.

Syamsul bukan hanya berkecukupan, tapi dia memiliki ketampanan juga, tapi dia tidak mempergunakan ketampanannya itu untuk menggait hati para wanita. Bahkan dia pernah di minta oleh seorang wanita untuk menjadikannya kekasih, namun dia malah menolaknya. Andai saja aku yang di posisinya, mungkin hanya beberapa detik aku langsung menerimanya, memeluknya, dan menciumnya

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Bugis cek

Selebihnya

Buku serupa

Puncak Nafsu Ayah Mertua

Puncak Nafsu Ayah Mertua

Cerita _46
5.0

Aku masih memandangi tubuhnya yang tegap, otot-otot dadanya bergerak naik turun seiring napasnya yang berat. Kulitnya terlihat mengilat, seolah memanggil jemariku untuk menyentuh. Rasanya tubuhku bergetar hanya dengan menatapnya. Ada sesuatu yang membuatku ingin memeluk, menciumi, bahkan menggigitnya pelan. Dia mendekat tanpa suara, aura panasnya menyapu seluruh tubuhku. Kedua tangannya menyentuh pahaku, lalu perlahan membuka kakiku. Aku menahan napas. Tubuhku sudah siap bahkan sebelum dia benar-benar menyentuhku. Saat wajahnya menunduk, bibirnya mendarat di perutku, lalu turun sedikit, menggodaku, lalu kembali naik dengan gerakan menyapu lembut. Dia sampai di dadaku. Salah satu tangannya mengusap lembut bagian kiriku, sementara bibirnya mengecup yang kanan. Ciumannya perlahan, hangat, dan basah. Dia tidak terburu-buru. Lidahnya menjilat putingku dengan lingkaran kecil, membuatku menggeliat. Aku memejamkan mata, bibirku terbuka, dan desahan pelan keluar begitu saja. Jemarinya mulai memijit lembut sisi payudaraku, lalu mencubit halus bagian paling sensitif itu. Aku mendesah lebih keras. "Aku suka ini," bisiknya, lalu menyedot putingku cukup keras sampai aku mengerang. Aku mencengkeram seprai, tubuhku menegang karena kenikmatan itu begitu dalam. Setiap tarikan dan jilatan dari mulutnya terasa seperti aliran listrik yang menyebar ke seluruh tubuhku. Dia berpindah ke sisi lain, memberikan perhatian yang sama. Putingku yang basah karena air liurnya terasa lebih sensitif, dan ketika ia meniup pelan sambil menatapku dari bawah, aku tak tahan lagi. Kakiku meremas sprei, tubuhku menegang, dan aku menggigit bibirku kuat-kuat. Aku ingin menarik kepalanya, menahannya di sana, memaksanya untuk terus melakukannya. "Jangan berhenti..." bisikku dengan napas yang nyaris tak teratur. Dia hanya tertawa pelan, lalu melanjutkan, makin dalam, makin kuat, dan makin membuatku lupa dunia.

My Doctor genius Wife

My Doctor genius Wife

Amoorra
4.8

Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku