Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Tampak tubuh seorang wanita bergetar hebat. Dia terlihat kehilangan kemampuan untuk berdiri dan akhirnya tersungkur ke lantai sembari memegang sebuah testpack di tangan kanannya. Dua garis strip berwarna merah menunjukkan bahwa dirinya tengah mengandung hasil hubungannya bersama pria bernama Johnny.
Ini bukan hasil yang diinginkan seorang wanita cantik bernama Olivia, terutama Johnny pastinya. Olivia tahu Johnny pasti tidak mau bertanggung jawab atas perbuatan mereka.
"Astaga, apa yang harus aku lakukan. Bisa-bisanya aku lupa mengonsumsi pil itu kemarin!" gerutu Olivia seraya menjambak rambutnya frustrasi.
Olivia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Bagaimana bisa dia menerima beban yang begitu berat ini seorang diri. Dia lemah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan sebagai calon ibu.
Olivia mencoba menghubungi Johnny, namun panggilannya sama sekali tidak diangkat oleh pria itu, entah sedang apa dia di seberang sana. Karena Johnny tidak mengangkat panggilan teleponnya, Olivia pun terpaksa mengirim pesan kepada pria itu.
"Ke mana kamu, John. Aku butuh kamu saat ini," gumam Olivia seraya menatap gusar layar ponselnya yang menampilkan potret dirinya dengan Johnny yang sengaja ia jadikan wallpaper handphone-nya.
Olivia sadar dia hanya mempunyai dua pilihan, yaitu mempertahankan atau menyingkirkan benih cintanya bersama Johnny. Kedua pilihan yang sama sama sulit dan meninggalkan risiko yang luar biasa. Di antara dia harus mempertahankan anak ini seorang diri tanpa sosok suami yang seharusnya menemani atau pilihan kedua yakni, menyingkirkan anak ini dan membunuh diri sendiri dengan rasa bersalah yang akan menghantuinya seumur hidup. Keputusan berada di tangannya sekali pun Johnny tidak mau bertanggung jawab. Namun tetap saja kehadiran Johnny akan lebih membantunya dalam membuat keputusan.
Malam hari berlalu begitu cepat, Olivia sama sekali tidak menerima pesan balasan dari Johnny. Di mana dia di saat keadaan penting seperti ini?
"Tidak ada pilihan lain, besok aku harus menemuinya. Johnny harus segera tahu mengenai keberadaan bayi ini," kata Olivia.
***
Sesuai niat Olivia semalam, pagi-pagi sekali wanita itu sudah pergi ke apartemen milik Johnny untuk menemui pria itu. Ia sangat yakin sekarang Johnny ada di apartemen tidak pulang ke rumah orang tuanya.
Sesampainya di depan unit apartemen Johnny, Olivia menghembuskan napasnya dalam bermaksud mengusir kegugupannya saat ini. Bagaimana pun apa yang harus ia sampaikan sekarang adalah hal yang besar dan berisiko akan kedamaian hubungannya dengan Johnny.
"Kau pasti bisa, Olivia. Kau harus tetap optimis Johnny akan menerima keberadaan bayi ini," ucap Olivia dengan penuh keyakinan.
Namun saat Olivia hendak memasukan kode apartment, tiba tiba pintu apartment itu terbuka dari dalam. Seorang pria bertubuh atletis dengan penampilan rapi mengenakan setelan jas kantoran keluar dari dalam sana. Lalu selama beberapa saat pandangan mereka saling bertemu hingga Olivia memutus kontak mata itu terlebih dahulu. Mereka memang tidak pernah bertemu sebelumnya, tetapi Olivia langsung mengenal sosok pria itu, dia Darren--saudara tiri Johnny.
Olivia tersenyum lalu masuk ke dalam apartment Johnny. Darren yang tadinya hendak pergi, memilih kembali masuk ke dalam apartemen saudara tirinya itu. Entah kenapa feeling-nya mengatakan jika akan terjadi sesuatu hal yang menarik di dalam sana.
Di sisi lain Olivia tampak terbelalak mendapati Johnny bersama seorang gadis dalam keadaan bertelanjang dan hanya dilapisi oleh selimut tebal. Pakaian dan dalaman yang berserakan di lantai semakin meyakinkan Olivia sesuatu memang terjadi di antara mereka tadi malam.
Air mata pun tidak dapat terbendung lagi. Amarah dan kekecewaan Olivia kini berkumpul menjadi satu.
"Kurang ajar! Jadi ini alasan dia sulit dihubungi sejak semalam," batin Olivia.
Johnny ikut terkejut melihat sosok kekasihnya yang kini tengah menatapnya dengan penuh kecewa di depan pintu kamarnya. Wajah Johnny saat ini sangat pucat persis sebagaimana seorang tertangkap basah selingkuh. Sementara wanita itu tampak memunguti baju miliknya dan tanpa kata dia berlalu menuju kamar mandi.
"Olivia kau salah pa--" Belum sempat Johnny menyelesaikan perkataannya, Olivia langsung memotongnya.
"Apa yang kau lakukan?! Apakah aku saja tidak cukup untukmu?!" bentak Olivia.
"Maaf, kemarin aku mabuk dan--" Lagi-lagi ucapan Johnny dipotong oleh Olivia.
"Bajingan!" Setelah mengatakan itu Olivia pun menampar pipi Johnny sangat keras.
"Dasar pria tidak tahu diri! Aku sudah merelakan diriku padamu dan ini balasanmu? Mengkhianatiku, tidur dengan wanita lain?! Dasar pria brengsek! Aku menyesal telah menyerahkan semuanya padamu!" teriak Olivia.
Johnny masih memegang pipinya yang barusan ditampar oleh Olivia. Ia masih tak percaya, harga dirinya terluka karena tamparan dan juga kata-kata kasar Olivia padanya. Ini pertama kalinya harga dirinya diinjak-injak oleh seorang wanita dan orang itu adalah kekasihnya sendiri.
Olivia mulai kehilangan kendali dengan berteriak sembari memukul Johnny tanpa henti. Hingga akhirnya Olivia lemah dan menangis hebat. Seandainya Johnny bisa mengatakan apa kekurangannya tanpa bermain di belakang dengan wanita lain, mungkin Olivia akan berusaha introspeksi diri.