Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
"Aturan itu dibuat untuk dilanggar"
-Arabella Jacqueline
Pukul 06.00 WIB seorang gadis cantik sudah keluar mengendap-endap dari rumah sederhana miliknya. Ditutupnya pagar yang terbuat dari bambu tersebut agar tidak ketahuan oleh orang-orang di dalam rumah. Sebatang rokok yang diselipkan di antara jari telunjuk dan jari tengahnya kini ia bakar dengan korek yang sedari tadi ia genggam di tangan satunya.
Pagi buta begini, ia sudah siap dengan seragam putih abu-abu lengkap dengan tas selempang berwarna hitam dengan gambar tengkorak itu. Kaos kaki panjang sebelah dan sepatu Converse putih ukuran 3/4 melekat di kaki jenjangnya.
"Masih pagi buta gini saatnya beraksi. Yakali cewek serajin gue jam segini udah ada di sekolah. Guru-guru aja masih pada sibuk di alam mimpi," monolognya.
Abel merealisasikan niat yang sudah ia pikir matang-matang sejak semalam. Pokoknya kali ini harus berhasil!
Senyumnya merekah melihat angkot yang ramai penumpang melintas di hadapannya. Pagi-pagi begini di sekitar rumahnya ibu - ibu ramai pergi ke pasar ataupun mengantar anaknya ke sekolah. Segera saja Abel naik setelah menghentikan angkot tersebut.
"Mau kemana neng?" Supir angkot berbasa-basi saja sebenarnya, padahal sudah tau Abel memakai seragam sekolah, sudah pasti mau ke sekolah. "Jalan aja dulu pak. Nanti saya bilang kalau mau turun," Sahut Abel yang diangguki oleh sang supir.
10 menit yang lalu angkot tersebut sudah melewati sekolah Abel. Tapi gadis itu tidak ingin turun. Matanya menatap gerak gerik penumpang yang mayoritas sibuk dengan handphone nya. "Wah kesempatan nih, gak ada yang curiga," girang Abel dalam hati.
Tak ada angin tak ada badai, dan angkot yang jalannya lurus-lurus saja, Abel berlagak seolah-olah terdorong ke arah kanan sehingga kepalanya bersandar dipundak ibu-ibu yang jarinya penuh dengan cincin berlian itu.
"Aduh aduhh maaf bu gak sengaja. Tubuh saya tadi gak seimbang." Cicitnya meminta maaf, sembari tangannya yang tersembunyi merogoh tas sang ibu.
"Gimana sih dek, lain kali hati-hati."
"Iyaa bu, maaf ya,"
"Yes akhirnya dapat juga," gumamnya kegirangan.
"Kiri pakk!"
"Loh dek, sekolahmu dimana emang? Disini mah jalan menuju pasar. Gak ada sekolah juga setahu saya," Abel menampilkan cengiran lebarnya.
"Udah lewat pak, tadi saya bengong. Saya turun sini aja ya, bye!" Abel buru-buru turun dari angkot setelah membayar menggunakan uang dari dompet yang ia copet itu. Itulah tujuannya mencopet, Abel tidak punya uang saku dan untuk naik angkot ke sekolah. Sekolahnya sudah kelewat jauh, dan sebentar lagi bel masuk. Tapi Abel tidak peduli, dia sudah biasa terlambat dan bukan masalah besar.
Dilain sisi, ibu-ibu yang dompetnya dicopet Abel kebingungan saat tak mendapati dompetnya di dalam tas. Ia turun tak lama Abel turun.
"Dompet saya kok gak ada ya? Perasaan tadi saya simpan di tas deh," paniknya.
"Ibu lupa bawa kali. Jadi gimana ini bu? Masih pagi baru juga nyari rezeki,"
"Saya ingat kok pak. Tadi saya masukin ke tas," Sang ibu semakin panik.
"Memang dompet ibu bentuknya seperti apa? Dan warna apa?" Tanya penumpang yang duduk disamping sopir.
"Dompet saya motif bunga-bunga warna biru navy," jawab sang ibu.
"Lohh, itukan dompet yang dipakai anak yang pakai seragam sekolah tadi,"
"Wahh kurang ajar tuh anak. Pantesan tadi dia modus sandar-sandar tahu-tahu nya copet."
Sang sopir yang mendengarnya pun menginstruksikan kepada para penumpangnya untuk mengejar Abel.
"Semuanya ayo turun, bantu ibu ini menangkap copet ingusan itu!"
Para penumpang bergegas turun dari angkot berniat mengejar Abel yang tak jauh dari mereka.
Abel yang belum sadar kalau orang-orang mengejarnya berjalan santai menuju sekolah. Hingga matanya terbelalak melihat segerombolan ibu-ibu dan sopir angkot berlari ke arahnya. Apalagi ibu-ibu yang ia copet tadi ada disana dan menatapnya seperti ingin memakannya hidup-hidup.
"Mampus ketahuan." umpatnya. Langsung saja Abel memacu tungkainya untuk menghindari segerombolan orang yang mayoritas ibu - ibu itu.
"Heyy jangan lari kamuu!"
"Cantik-cantik kok nyopet,"
"Kejarrr diaaa!"
"Oyy dekk kalau gak punya uang tuh kerja! Jangan nyopet kayak gini,"
Celoteh orang-orang memenuhi jalan raya pagi ini. Abel yang mendengarnya mendengus sebal namun tetap berlari.
"Banyak bacot tuh emak-emak rempong," gerutunya.
Dukkkk
"Sh*t pake berdarah segala." Umpatnya saat tak sengaja kakinya tersandung dan menabrak batu yang lumayan runcing hingga lututnya berdarah. Dengan langkah tertatih - tatih Abel tetap berlari menjauhi orang-orang yang mengejarnya, meskipun sudah agak jauh ia tak akan berhenti.
"Naik!" Lagi-lagi Abel dihadang oleh motor Ducati yang tiba-tiba berhenti di hadapannya.
"Hah?" Ia masih blank
"Naik ke jok belakang sekarang atau lo mau ditangkap sama mereka?" Tanpa bicara apapun lagi Abel naik ke motor laki-laki yang tidak dikenalnya.
Setelah memastikan Abel sudah naik, cowok itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi hingga Abel bisa selamat dari amukan ibu-ibu itu.