Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
1.3K
Penayangan
31
Bab

Arabella terus memacu tungkainya untuk menghindari kejaran warga. Sebelum berangkat sekolah, ia memang mengambil dompet seorang ibu-ibu di dalam angkot dan sialnya malah ketahuan. Dukk "Sial pake jatuh segala." "Naik!" "Hah?" "Gue bilang naik ke jok belakang sekarang! Atau lo mau digebukin warga karena ketahuan nyopet?" Tak ada pilihan lain, Abel terpaksa naik k e motor cowok yang tidak dikenalnya. Arabella terpaksa mencuri karena hidupnya tidak seberuntung orang-orang. Ia dipaksa dewasa di umurnya yang baru beranjak remaja. Hidup di lingkungan dengan mayoritas kriminal membentuk karakter Arabella menjadi seorang pencuri, itupun demi sesuap nasi.

Bab 1 First Meet

"Aturan itu dibuat untuk dilanggar"

-Arabella Jacqueline

Pukul 06.00 WIB seorang gadis cantik sudah keluar mengendap-endap dari rumah sederhana miliknya. Ditutupnya pagar yang terbuat dari bambu tersebut agar tidak ketahuan oleh orang-orang di dalam rumah. Sebatang rokok yang diselipkan di antara jari telunjuk dan jari tengahnya kini ia bakar dengan korek yang sedari tadi ia genggam di tangan satunya.

Pagi buta begini, ia sudah siap dengan seragam putih abu-abu lengkap dengan tas selempang berwarna hitam dengan gambar tengkorak itu. Kaos kaki panjang sebelah dan sepatu Converse putih ukuran 3/4 melekat di kaki jenjangnya.

"Masih pagi buta gini saatnya beraksi. Yakali cewek serajin gue jam segini udah ada di sekolah. Guru-guru aja masih pada sibuk di alam mimpi," monolognya.

Abel merealisasikan niat yang sudah ia pikir matang-matang sejak semalam. Pokoknya kali ini harus berhasil!

Senyumnya merekah melihat angkot yang ramai penumpang melintas di hadapannya. Pagi-pagi begini di sekitar rumahnya ibu - ibu ramai pergi ke pasar ataupun mengantar anaknya ke sekolah. Segera saja Abel naik setelah menghentikan angkot tersebut.

"Mau kemana neng?" Supir angkot berbasa-basi saja sebenarnya, padahal sudah tau Abel memakai seragam sekolah, sudah pasti mau ke sekolah. "Jalan aja dulu pak. Nanti saya bilang kalau mau turun," Sahut Abel yang diangguki oleh sang supir.

10 menit yang lalu angkot tersebut sudah melewati sekolah Abel. Tapi gadis itu tidak ingin turun. Matanya menatap gerak gerik penumpang yang mayoritas sibuk dengan handphone nya. "Wah kesempatan nih, gak ada yang curiga," girang Abel dalam hati.

Tak ada angin tak ada badai, dan angkot yang jalannya lurus-lurus saja, Abel berlagak seolah-olah terdorong ke arah kanan sehingga kepalanya bersandar dipundak ibu-ibu yang jarinya penuh dengan cincin berlian itu.

"Aduh aduhh maaf bu gak sengaja. Tubuh saya tadi gak seimbang." Cicitnya meminta maaf, sembari tangannya yang tersembunyi merogoh tas sang ibu.

"Gimana sih dek, lain kali hati-hati."

"Iyaa bu, maaf ya,"

"Yes akhirnya dapat juga," gumamnya kegirangan.

"Kiri pakk!"

"Loh dek, sekolahmu dimana emang? Disini mah jalan menuju pasar. Gak ada sekolah juga setahu saya," Abel menampilkan cengiran lebarnya.

"Udah lewat pak, tadi saya bengong. Saya turun sini aja ya, bye!" Abel buru-buru turun dari angkot setelah membayar menggunakan uang dari dompet yang ia copet itu. Itulah tujuannya mencopet, Abel tidak punya uang saku dan untuk naik angkot ke sekolah. Sekolahnya sudah kelewat jauh, dan sebentar lagi bel masuk. Tapi Abel tidak peduli, dia sudah biasa terlambat dan bukan masalah besar.

Dilain sisi, ibu-ibu yang dompetnya dicopet Abel kebingungan saat tak mendapati dompetnya di dalam tas. Ia turun tak lama Abel turun.

"Dompet saya kok gak ada ya? Perasaan tadi saya simpan di tas deh," paniknya.

"Ibu lupa bawa kali. Jadi gimana ini bu? Masih pagi baru juga nyari rezeki,"

"Saya ingat kok pak. Tadi saya masukin ke tas," Sang ibu semakin panik.

"Memang dompet ibu bentuknya seperti apa? Dan warna apa?" Tanya penumpang yang duduk disamping sopir.

"Dompet saya motif bunga-bunga warna biru navy," jawab sang ibu.

"Lohh, itukan dompet yang dipakai anak yang pakai seragam sekolah tadi,"

"Wahh kurang ajar tuh anak. Pantesan tadi dia modus sandar-sandar tahu-tahu nya copet."

Sang sopir yang mendengarnya pun menginstruksikan kepada para penumpangnya untuk mengejar Abel.

"Semuanya ayo turun, bantu ibu ini menangkap copet ingusan itu!"

Para penumpang bergegas turun dari angkot berniat mengejar Abel yang tak jauh dari mereka.

Abel yang belum sadar kalau orang-orang mengejarnya berjalan santai menuju sekolah. Hingga matanya terbelalak melihat segerombolan ibu-ibu dan sopir angkot berlari ke arahnya. Apalagi ibu-ibu yang ia copet tadi ada disana dan menatapnya seperti ingin memakannya hidup-hidup.

"Mampus ketahuan." umpatnya. Langsung saja Abel memacu tungkainya untuk menghindari segerombolan orang yang mayoritas ibu - ibu itu.

"Heyy jangan lari kamuu!"

"Cantik-cantik kok nyopet,"

"Kejarrr diaaa!"

"Oyy dekk kalau gak punya uang tuh kerja! Jangan nyopet kayak gini,"

Celoteh orang-orang memenuhi jalan raya pagi ini. Abel yang mendengarnya mendengus sebal namun tetap berlari.

"Banyak bacot tuh emak-emak rempong," gerutunya.

Dukkkk

"Sh*t pake berdarah segala." Umpatnya saat tak sengaja kakinya tersandung dan menabrak batu yang lumayan runcing hingga lututnya berdarah. Dengan langkah tertatih - tatih Abel tetap berlari menjauhi orang-orang yang mengejarnya, meskipun sudah agak jauh ia tak akan berhenti.

"Naik!" Lagi-lagi Abel dihadang oleh motor Ducati yang tiba-tiba berhenti di hadapannya.

"Hah?" Ia masih blank

"Naik ke jok belakang sekarang atau lo mau ditangkap sama mereka?" Tanpa bicara apapun lagi Abel naik ke motor laki-laki yang tidak dikenalnya.

Setelah memastikan Abel sudah naik, cowok itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi hingga Abel bisa selamat dari amukan ibu-ibu itu.

---

"Turun lo!" sesampainya di sekolah, pemuda yang menolong Abel memarkirkan motornya di parkiran sekolah.

"Kok lo tahu sekolah gue?" Tanya Abel heran.

Cowok itu berdecak kesal. Melepas helmnya kemudian menyugar rambutnya ke belakang.

"Seragam kita sama." Abel baru sadar kalau cowok yang menyelamatkan dia memakai seragam batik dengan corak yang sama.

"Oh iya sorry. Dan makasih udah selamatin gue." Abel buru - buru turun dan berlari menuju kelasnya.

Sebelum berlari Arghi menahan tangan cewek itu, seraya tangan satunya merongoh saku jaket.

"Obatin luka lo." Arghi mengambil tangan Abel, kemudian meletakkan plaster obat di atas telapak tangan gadis itu.

"Okay thanks." Abel menerimanya kemudian berlari dengan terburu-buru.

"Btw kenapa tadi lo dikejar-kejar kayak copet?" Tanya cowok itu sedikit teriak karena Abel sudah menjauh.

"GUE EMANG COPET. LO MAU GUE COPET?!" balas Abel teriak, membuat siswa-siswi memandangnya aneh. Abel memang suka bercanda. Begitu pikirnya.

"Cewek freak," batin Arghi seraya memandang tubuh mungil yang berlarian di hadapannya.

---

"Ghi!" Arghi yang sedari tadi memperhatikan Abel hingga punggung gadis itu menghilang di belokan menuju kelas tersentak saat pundaknya dipukul cukup keras.

Cowok yang menolong Abel tadi adalah Arghi Shaqueel Tamawijaya. Good boy SMA Bhakti, idaman siswi-siswi karena parasnya yang tampan, humble dan sangat menghargai perempuan. Arghi juga pintar, multitalent, tapi penampilannya jauh dari kata nerd.

"Ck, apaan sih," sahut Arghi sebal.

"Selow dong brother." sang pelaku hanya nyengir tanpa merasa bersalah. Cowok itu Nararyan Putra Javas, sahabat Arghi.

Arghi memutar bola matanya malas. "Ngapain lo disini?"

"Biasalah gue telat gara-gara nungguin nih bocah. Udah telat bangun, make up juga lama, kesal gue." gerutu Aryan menunjuk saudari kembarnya yang sedari tadi mencuri-curi pandang ke arah Arghi. Gadis itu Athaya Putri Javas.

"Hai, Ghi," Sapa Athaya excited tanpa memperdulikan ucapan Aryan. Arghi hanya membalas sapaan Athaya dengan senyum tipis.

Sudah menjadi rahasia umum jika gadis ini menyukainya. Namun sayangnya Arghi tidak memiliki perasaan apa - apa terhadap Athaya.

Dilain sisi, dua orang remaja laki -laki berusaha kabur dari kejaran ibu kantin. Kaivan dan Hideki Yogaswara.

Kai, cowok simpel yang sayangnya hidupnya tidak selalu simpel. Dan Hideki, cowok blasteran Jepang dengan sejuta kisah pelik di hidupnya namun selalu terlihat ceria.

"Untung selamat kita broo." Kai menarik nafasnya yang tak beraturan, diikuti Hideki di sampingnya. Arghi, Aryan dan Athaya memandang mereka bingung.

"Habis ngapain sih lo berdua? Kayak habis dikejar setan aja, " Aryan bertanya, heran melihat keduanya. Hideki kembali mengambil nafas sebelum menjawab pertanyaan Aryan

"Ini semua gara-gara Kai. Dia nyuruh gue ambil lima bakwan, satu mangkuk bakso, satu bungkus sate dan dua jus alpukat terus dia bilang dia yang bayar. Pas mau bayar Kai malah lupa bawa dompet," adu Hideki.

"Heh curut gue bilang pake duit lo dulu,"

"Duit gue mana cukup nyet? Uang jajan gue aja gak sampe segitu,"

"Gak apa-apa yang penting kenyang." Kai nyengir sambil mengusap perutnya yang sedikit membuncit setelah makan.

"Makanya lo berdua cek duit dulu sebelum pesan makanan. Malu-maluin aja udah habisin banyak malah gak ada duit. Nanti dikira gak modal," semua cowok yang berdiri disana kompak menatap Athaya yang ucapannya ada benarnya.

"Berisik cewek ribet!" Ketus Kai yang langsung dipelototi oleh Thaya. Athaya yang tak terima langsung mengadu ke kakak kembarnya.

"Yannn, temen lo tuh rese,"

Tukk

Kai meringis saat kepalanya digetuk botol tumbler oleh Aryan.

"Jangan ledekin adek gue!" Seru Aryan membuat Kai memutar bola matanya.

"Berapa semuanya?" Tanya Arghi.

"Kurang lebih lima puluh ribu, Ghi," Hideki menjawab. Sebenernya merasa tidak enak dengan Arghi, temannya itu terlalu royal. Tapi lebih merasa tidak enak lagi pada ibu kantin yang makanannya sudah ia makan tapi belum dibayar.

"Apa yang dibilang Athaya benar. Lain kali jangan ceroboh." Arghi mengambil selembar uang merah dari dompetnya, memberikan kepada temannya itu. Athaya yang merasa Arghi berpihak padanya malah senyum-senyum sendiri.

"Bayar dan minta maaf sama ibu kantin!"

"Thanks Ghi, nanti gue ganti," ujar Hideki merasa tidak enak

"Gak usah, lain kali jangan kek gitu lagi aja," jawabnya.

"Huaaaa makasih babang Arghii, lo emang paling baekk sedunia." Kai melompat ingin memeluk Arghi, namun secepat kilat Arghi menghindar.

"Jauh-jauh lo!" Arghi mendorong Kai kemudian berjalan menuju kelas. Meninggalkan teman-temannya yang aneh itu. Kemudian disusul oleh Aryan dan Athaya. Kai dan Hideki kembali ke kantin untuk membayar makanan yang tadi.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Eka's story

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku