Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dangerous Girl
5.0
Komentar
137
Penayangan
15
Bab

18+ Laut pun terlihat tenang jika kita melihatnya, tapi apa kalian tau? Jika laut itu ada bahaya di dalamnya." - "Lautan akan muncul ombak dengan perlahan, badai akan menghancurkan kamu dengan cepat. Kamu harus memilih mati dengan perlahan atau mati sama seperti ombak yang menghancurkan dengan sekejap?" ---- Aliya tidak pernah menyangka kedua orang tuanya yang sangat kaya, membuat banyak orang ingin menghancurkan kekayaan itu. Dirinya masih kecil tidak tau apa-apa tapi harus masuk kedalam kerumitan. Saat suatu kejadian yang tak pernah ia harapkan terjadi membuat dirinya berpisah begitupun dengan pangerannya. Semula ia memiliki hati yang lembut berubah menjadi dewi kematian. Dalam hidupnya hanya ada banyak balas dendam. Darah di bayar darah itulah prinsip hidupnya. Aliya pikir balas dendam itu mudah, tapi ia salah, banyak kepingan fuzzle yang harua ia susun. Mencari teka-teki siapa dalang dibalik pembunuhan di sekolahnya dan mencari siapa yang membunuh kedua orang tuanya. Selain itu Aliya juga harus mencari pengerannya. Samudra, pengeran yang memiliki mata biru sebiru lautan. ____ "Jika ingatan yang membuatmu lupa tentang diriku, apakah hatimu juga sama?" "Berhentilah berharap gue adalah pangeran lo bodoh! Gue bukan pengeran lo!" "Sekeras apapun kamu menolak kehadiranku semuannya akan sia-sia saja." "Ayo kita ke pantai." "Untuk apa?!" "Lautan sudah menunggumu." ____

Bab 1 Ingatan Asing

Lautan telah terombang ambing karena badai, perahu yang di naiki sekitar lima orang begitu panik. Salah satu dari mereka berteriak begitu keras kepada para bawahanya untuk membuang barang bawaan mereka yang begitu berat.

"Buang semua barang yang berat sekarang, agar perahu kita tidak tengelam!" teriak sang kapten. Mereka semua segera menuruti perintah sang kapten.

Bukan hanya mereka saja yang berada di perahu itu, tapi ada dua orang anak kecil yang sedang bersembunyi di balik tong untuk menyimpan ikan.

Dua anak kecil itu membuka penutup tong, karena penasaran dengan suara-suara yang begitu keras.

Dua anak kecil berbeda genre itu segera keluar dari tempat persembunyian yang selama dua jam mereka tempati.

"Aya pegang baju belakang aku erat-erat. Sutttt, jangan nangis kita akan selamat." Anak laki-laki itu menenangkan anak perempuan yang sedari tadi menangis ketakutan.

Dengan langkah kaki yang begitu kecil keduanya segera mengendap-endap, sesekali mereka berdua terombang-ambing oleh kapal.

Badai bergejolak, petir bergemuruh seakan lautan murka.

"Kapten semua barang-barang berharga berharga sudah kami buang, tapi air laut semakin naik kapten!"

Terdengar suara yang membuat telinga kedua anak itu merasa kesakitan.

Sirine pertanda bahaya terdengar.

Sang kapten kapal berpikir dengan frustrasi, tiba-tiba matanya melihat anak buahnya yang berdiam diri menunggu perintah darinya. Dengan otak yang begitu licik sang kapten mendorong satu persatu anak buahnya ke lautan yang begitu dasyat. Asalkan dirinya selamat cara apapun dia akan lakukan.

"Pria itu jahat Kak," ucap anak perempuan yang dipanggil Aya tadi.

Samudra juga takut, dia takut mati melihat pria yang berada tak jauh di depan mereka mendorong orang-orang begitu kejamnya.

Samudra harus segera menyelamatkan diri dan sahabatnya sebelum pria itu berbuat yang sama.

"Akhhhh! Sa-kit."

Tapi...

Sebelum dirinya akan berlari ia dicegat oleh pria iblis itu dengan segera dirinya melindungi sahabatnya. Dirinya terlambat karena Aya, sahabatnya telah didorong oleh pria iblis itu.

Samudra segera berlari kesisi kapal. Sial! Aya sudah terjatuh!

Bugh!

"Dasar iblis!"

Samudra mengigit pria iblis itu dengan kencang. Tiba-tiba gelombang air laut bergerumuh ke arah mer-

"Sial! Mimpi itu lagi!" geram Pria yang berhasil bangun dari mimpinya. Dengan napas memburu. Kenapa mimpi itu kembali lagi! Pria itu membantingkan vas yang berada di nakas.

Pyarr!

"Aya siapa sebenarnya kamu?"

*****

Bunyi suara knalpot terdengar begitu nyaring membuat seorang yang sedang duduk di halte Bus sedari tadi berdecak kesal.

"Woy setan!" Dia sudah kesal karena kedua orang tuanya menyita motor dan menyuruh dirinya untuk pergi ke sekolah menaiki Bus, sekarang ada lagi kesialan karena telinganya kesakitan mendengar suara knalpot yang terdengar sangat membagongkan. Dia ingin tenang sejenak malah di ganggu dengan suara bising knalpot.

Mungkin teriakannya terdengar begitu keras sampai para geng yang berpakaian serba hitam berhenti lalu berjalan ke arahnya.

"Bilang apa lo barusan?!"

Dewa berdecih, kenapa hari ini dirinya selalu sial?! Oke, mungkin sekarang dirinya lah yang salah karena meneriaki mereka.

"Lo ganteng, mirip Set*n," ucap Dewa dengan santai.

Sekitar dua orang yang yang berada di belakang tertawa dengan keras.

"Wah bos hajar tuh cowok belagu amat sama kita." Satu anggota dari The felix menimpal.

Dewa tau mereka bertiga yang berada di depannya. The Felix, orang-orang yang selalu menyiksa para korban di sekolah yang 2 bulan ia tempati.

"Lo ... Dewa kan? Cowok yang terkenal sombong dan suka menyendiri. Ck, kasihan banget idup lo."

Kemarahan Dewa tersulut, selama satu jam dua puluh menit ia sudah tahan kemarahannya dan sekarang ia bisa melampiaskan amarahnya kepada mereka.

Bugh!

Bugh!

Pertempuran pun tak terlelakan, Dewa dan ketika geng The Felix berkelahi. Oke, untuk pertamakalinya dirinya berkelahi setelah kejadian dua bulan lalu di sekolah lamanya.

Mungkin setelah ini Dewa akan mendapatkan ceramah yang sangat panjang lagi oleh Ayahnya.

"Bagus juga bela diri lo. Mau gabung ke geng kita?"

Dasar bajingan tengik ini, tadi lima menit lalu marah-marah sekarang malah menawarkan dirinya untuk bergabung ke geng mereka. Sorry gak mina ia sudah mempunyai geng lebih berkelas dari pada geng rendahan seperti mereka.

"Gak minat," ucap Dewa lalu pergi begitu saja. Ah, ia akan jalan kaki hari ini karena Bus yang sedari tadi ia tunggu sudah lewat saat dirinya berkelahi.

******

Di Draft High Scool atau sering orang bilang DHS, Sma ini penuh dengan misterius, banyak orang-orang yang sekolah disini selalu mengatakan jika banyak sekali korban yang bunuh diri. Sudah hal yang lumrah setiap sekolah pasti selalu ada yang bunuh diri kan? Tapi Aliya tau jika para korban yang bunuh diri itu bukan kemauan mereka tapi, ada suatu alasan Aliya yakin itu. Karena itulah dirinya berada di sekolah ini, sekolah yang penuh dengan teka-teki didalamnya.

Bruk!

Ini yang ke delapan dalam satu minggu dirinya selalu di tabrak oleh geng Wilona. Jika saja dirinya tidak berpura-pura menjadi Nerd dan bersikap menjadi orang yang baik, mungkin geng Wilona akan merasa ketakutan. Sial! Jika saja Bosnya tidak memerintahkan untuk bertugas di sini mungkin ia sekarang berada di Amerika untuk bersenang-senang bersama teman-teman setimnya.

"Ma-af," ucap Aliya dengan wajah menunduk sambil meremas Rok panjangnya.

"Mata lo ada 4 kan?! kenapa gak bisa liat gue!" bentak Wilona. Para ciclenya berada di belakang tersenyum sinis melihat Aliya.

Aliya semakin meremas roknya dengan kuat. Itukan cara orang yang ketakutan, meremas rok serta memasang wajah ketakutan?

Plak!

Tamparan dari Wilona membuat pipi kirinya berdenyut nyeri.

Saat Wilona akan menampar Aliya lagi, tiba-tiba datang gerombolan The Felix yang berjalan dengan wajah angkuhnya.

Aliya semakin tersiksa saja karena sudah datang lagi The Felix yang selalu membullynya. Sebelum The Felix memgetahui keberadaanya ia dengan segera berlari. Untung Wilona lengah Aliya bisa kabur dengan aman ke arah gudang.

Aliya mengendap-endap masuk ke dalam gudang.

"Lo telat." Gumaman dari suara dingin Regan begitu terdengar sangat dekat di telinga Aliya saat masuk kedalam gudang, padahal Regan sangat jauh berada di depanya tapi telinga Aliya yang tajam membuatnya bisa mendengar gumaman Regan.

"Ada kendala tadi," ucap Aliya. Aliya tau Regan juga mengetahui apa yang diucapkannya.

Regan menangguk lalu menyuruh Aliya untuk duduk di kursi yang berada di depannya.

"Gimana?"

Sial! Sudah satu minggu dan sekarang Regan pasti ingin mengetahui informasi yang ia dapatkan. Aliya menyengir lalu berdehem memasamg ekpresi serius.

"Lo tau kan kasus di sekolah ini belum menemukan titik terang? Jadi gue juga belum mengetahui orang itu bunuh diri atau di bunuh," ucap Aliya dengan serius, kacamata yang di pakainya ia lepaskan. "Tapi ... Gue nemu ini di rooftrop kemarin." Aliya menyerahkan gelang berwarna merah kepada Regan.

Regan menangguk dengan segera meneliti gelang yang di temukan Aliya.

"Oke lo inggat Tuan kita hanya kasih lo 5 bulan untuk mengusut kasus ini. 5 bulan sudah waktu yang terlama di tetapkan oleh Tuan. Mengerti?"

"Mengerti!"

"Lo boleh keluar dan ini tugas dari Tuan lagi untuk lo," ucap Regan sambil tersenyum miring.

Ya Tuhan apalagi ini?!

Aliya mengumpat dalam hati Tuannya sangat menyusahkan.

"Dua jam."

Aliya sangat mengerti kata 'dua jam' dari Regan, dirinya harus selesai dalam waktu dua jam untuk menyelesaikan tugas yang baru saja dalam tangannya.

"Rey siala-"

"Awas loh Tuan Reynaldo bakalan tau, diakan ada mata-mata dimana-mana."

Aliya segera pergi dari gudang meninggalkan Regan seorang diri.

"Ck, anak tak tau diri."

Suara dari telinga yang sedari tadi terdengar dari headset Regan disusul tawa yang begitu bahagia.

"Anda seharusnya tidak memberikan tugas yang baru kepada Aliya Tuan Rey," ucap Regan dengan wajah yang masih tetap sama, Datar.

"Tugas itu mungkin akan membawa dirinya untuk mengetahui keluarganya."

******

Posisi Aliya sekarang berada di rooftrop sedang mencari data tentang perusahaan Delton Cross, perusahaan yang terkaya di indonesia.

Aliya meregangkan jari-jarinya yamg pegal akibat kelelahan. Jadi Delton Cross di miliki oleh Nagama Mahendra, dalam data yang ia cari Keluarga Mahendra memiliki dunia gelap yang selalu di sembunyikan kepada khalayak. Keluarga Mahendra adalah keluarga yang tersembunyi mereka selalu menyembunyikan data-data dalam dunia gelap mereka, tapi semua data itu telah bocor oleh Aliya jadi apakah dirinya harus menyebarkan data ini?

Drett drett!

"Haloo Tuan Rey ada apa gerangan?"

"Sudah mencari data tentang keluarga Mahendra? Kalo sudah simpan baik-baik data itu tidak boleh jatuh ketangan orang lain. Mengerti?"

"Mengerti."

Tapi Sebenarnya untuk apa Tuan Reynold memerintahkan dirinya agar menyimpan data dunia gelap keluarga Mahendra? Apa ada hubungan dengan masalalu dirinya?

"Untuk apa aku harus menyimpan data ini?" Aliya mendengar decakan dari sebrang sana. Mungkin Tuan Rey kesal karena ia belum juga mengerti.

"Dasar gadis bodoh! Keluargamu yang hancur masih ada hubungan dengan keluarga Mahendra."

Degh!

Jantunya berdetak dengan kencang, benarkan apa yang ia pikirkan tadi.

"Apakah Keluarga Mahendra dalang dibalik kematian kedua orang tua ku Tuan?"

"Belum ada bukti, masih kemungkinan. Sekarang kamu fokus menemukan siapa pelaku pembunuhan di sekolah kamu Aliya."

"Siap Tuan Rey."

"Tetap waspadalah."

Setelah mendengar perkataan Tuan Reynold, sambungan telepon langsung terputus. Aliya menghela napas dalam-dalam wajahnya menengadah ke atas langit, dengan perlahan sudut bibirnya tertarik ke samping.

"Sedikit lagi akan aku balaskan dendam kedua orang tuaku."

"Balas dendam untuk apa."

Degh!

Aliya tersentak kaget sampai menjatuhkan sesuatu. Ia berbalik badan lalu dengan perlahan wajahnya memucat.

Mata pria itu...

Jantungnya seolah berhenti, udara disekitarnya seakan menghilang, ia tidak bisa menghirup udara. Dengan perlahan bibirnya mengucapkan dua kata yang begitu pelan.

"K-ak Sam."

Bruk!

Aliya terjatuh pingsan setelah mengucapkan kalimat itu.

Bersambung

____________

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Hann Lestari

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku