Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hidden Baby Girl

Hidden Baby Girl

bymes.story

4.9
Komentar
66.3K
Penayangan
47
Bab

Laras memilih pergi setelah David meminta untuk mengugurkan anak mereka. Kepergian perempuan itu tidak pernah menjamin hidupnya akan tenang dan kembali seperti semula. Bayang-bayang laki-laki itu masih terus menghantuinya. Lantas bagaimana jika mereka dipertemukan kembali Dengan diri mereka yang berbeda? Akankah mereka bersatu untuk anak mereka? Atau memilih hidup sesuai dengan rencana mereka masing-masing, walaupun rasa cinta masih bersemayam dalam hati mereka?

Bab 1 PROLOG

Wanita cantik bertubuh mungil itu duduk sendirian di kursi taman dengan gelisah, sedari tadi matanya menelisik ke penjuru taman berharap orang yang sedari tadi ia tunggu segera tiba. Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu ia duduk disini dengan segala perasaan gamang dan cemas yang bergumul di dada membuat Laras semakin di landa rasa takut.

"Maaf sayang tadi mas masih ada meeting."

Suara bariton yang tak asing ditelinga membuat Laras mengangkat wajah, wanita itu menatap David yang saat ini tengah menampilkan senyum hangat seperti biasa.

"Gapapa. Mas, ada yang ingin aku bicarakan."

Laras menatap David takut-takut membuat laki laki yang kini tengah berdiri di depan perempuan itu mengerutkan kening binggung namun tak urung mengangguk mengiyakan.

"Ya, katakan."

"Aku hamil."

To the point Laras berucap dengan satu tarikan nafas, suaranya yang bergetar berusaha perempuan itu redam sebisa mungkin. Sedang David, laki-laki itu menatap sang pujaan hati dengan wajah mengeras berusaha menepis bualan yang baru saja kekasihnya itu ucapkan. Yang benar saja. Sungguh sama sekali tidak lucu.

"Jangan bercanda Ras."

"Aku serius mas, apa kamu pikir aku sedang membuat lelucon dengan hal seperti ini."

Laki laki itu menatap Laras dengan mata memicing tajam, bibirnya menipis dan wajahnya merah padam karena emosi yang tersulut.

Sedang Laras yang duduk di depan David hanya mampu menundukkan kepalanya dalam dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Kita melakukannya mas," jelas perempuan itu.

"Lalu apa yang kamu inginkan?"

David berujar sinis dengan senyum miring yang tersungging di sudut bibir laki-laki itu.

"Aku ingin pertanggungjawaban."

"Jangan mimpi ras, kita melakukannya suka sama suka lagian kita ini jauh berbeda. Aku dan kamu bagaikan langit dan bumi. Keluargaku tentu tak akan mengijinkan aku menikahi perempuan sepertimu."

Laras tertegun mendengar penuturan David barusan, hatinya sakit dan kedua kelopak matanya berhasil meluncurkan cairan bening yang sedari tadi perempuan itu tahan. Sesakit ini kah tuhan. Di campakan setelah di cecap rasa manisnya.

"Gugurkan dan aku anggap masalah ini selesai."

Kalimat yang di ucapkan dengan nada entang barusan berhasil membuat emosi Laras mencapai ubun-ubun, tangannya terkepal kuat, semudah itukah membunuh bayi tak berdosa bahkan anak mereka baru sebesar biji sekarang.

Plak

Satu tamparan keras berhasil Laras layangkan pada laki-laki brengsek di depannya ini. Biarkan saja ia di anggap kurang ajar atau apapun itu. Laras tidak peduli.

"Kutekankan mas, sampai kapanpun aku nggak akan pernah membunuh janin tak berdosa ini. Dia harus tumbuh dan kamu sebagai manusia tidak memiliki hak untuk melenyapkannya."

Laras berucap dengan wajah memerah kedua tangannya mengepal kuat ingin sekali menghadiahi laki laki di depannya ini dengan tinjauan keras namun ia sadar tenaga perempuan tak bisa menandingi laki-laki.

"Oh silahkan saja, namun ingat jangan pernah menyusahkanku karena anak itu. Ini terakhir kali kita bertemu dan jangan pernah menemuiku lagi."

Kalimat dengan nada dingin David sukses membuat Laras memalingkan wajah, sekuat tenaga perempuan itu menahan tangis yang akan kembali pecah. Oh tidak, dia tak akan mengemis pada laki-laki kurang ajar ini. Sesusah apapun hidupnya nanti ia bersumpah tak akan pernah meminta bantuan pada David. Detik ini baginya David sudah mati.

"Jangan khawatir kalau perlu aku akan pergi jauh dari hidupmu."

Senyum miring menghiasi bibir David sebelum laki-laki itu berlalu meninggalkan Laras yang saat ini terduduk lemas di kursi taman. Ya memang ini yang terbaik, dan Laras sangat sadar dengan posisinya. Hah, cinta itu menyakitkan sekaligus memuakkan.

Setelah lima belas menit termenung Laras akhirnya bangkit dari duduknya, wanita itu berjalan dengan gontai menuju tempat dimana sepeda motor miliknya ia parkir.

Jalanan yang ramai membuat suasana hati Laras semakin memburuk, mendung yang menghiasi langit sore pun seakan menggambarkan bagaimana keadaan hati perempuan itu. Remuk, hancur, patah, dan semua kata kata menyakitkan berkumpul dalam dirinya membuat Raras kesulitan hanya untuk sekedar bernafas.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku