Setelah cinta pertamanya harus kandas, Zayn Arsenio tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan kembali merasakan cinta. Dan gadis yang berhasil mencuri hatinya tak lain adalah Alisha Qiandra, putrinya sendiri. Benarkah Alisha adalah putri kandung Zayn? Ataukah mereka akan terlibat dalam hubungan terlarang? Temukan jawabannya dalam cerita MY LITTLE BABY GIRL
Ting
Terdengar suara notifikasi yang menandakan adanya pesan masuk di ponsel Rhein. Rhein hanya melihatnya sekilas. Karena pesan yang masuk hanya pemberitahuan dari Facebook, maka Rhein mengabaikannya. Karena menurutnya itu tidak terlalu penting. Diapun kembali melanjutkan kegiatannya mencatat stok barang yang sudah habis di toko kelontong miliknya.
Setelah menyelesaikan kegiatannya, Rhein melangkahkan kakinya kekamar mandi untuk membersihkan diri. Karena matahari sudah tampak mulai terbenam.
"Apakah kamu sudah mencatat semua stok barang yang habis di toko kita, Rhein?" tanya Lidya, Ibu Rhein.
"Sudah, Bu," Rhein menghentikan langkahnya dan melihat kearah Lidya.
"Kau yakin tidak ada yang terlewat?" tanya Lidya lagi. "Dan kamu sesuaikan juga uang yang ada dengan jumlah barang yang akan dibelanjakan," tambahnya
Rhein tersenyum. "Jangan khawatir, Bu. Ibu tidak usah terlalu banyak berpikir. Nanti penyakit darah tinggi ibu kambuh lagi. Tolong Ibu jaga tokonya sebentar ya? Rhein mau mandi dulu. Gerah banget nih. Badan Rhein rasanya lengket semua."
Rhein pun kembali melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Lidya mengangguk. "Baiklah," kemudian berjalan kearah toko yang berada didepan rumah mereka. Toko yang tidak terlalu besar, tapi hanya itulah satu-satunya sumber mata pencaharian mereka.
Rhein dan Lidya hidup dalam keprihatinan sejak sang kepala keluarga meninggal dunia tiga tahun silam. Saat itu Rhein masih berusia 17 tahun dan duduk dibangku kelas 12 SMA. Semua harta, rumah dan mobil habis terjual untuk kesembuhan sang Ayah.
Rhein terpaksa mengubur cita-citanya untuk kuliah dan menjadi seorang guru. Karena adiknya yang pada saat itu masih duduk dibangku kelas 8 SMP juga masih membutuhkan biaya sekolah dan melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA.
Ayah Rhein hanyalah pegawai negeri Sipil biasa. Setelah meninggal, uang pensiun yang diperoleh Ibunya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sedangkan sebagian uang hasil dari menjual rumahnya yang lama, Ibunya gunakan untuk membeli sebuah rumah kecil dipinggiran kota, dan membangun sebuah toko kelontong kecil-kecilan untuk menambah pemasukan.
Rhein sebagai anak tertua tidak mau tinggal diam. Dia membantu Ibunya mengelola toko. Karena memang tidak mudah mencari pekerjaan dijaman sulit seperti ini. Beberapa kali Rhein mencoba melamar pekerjaan ke perusahaan-perusahaan tetapi selalu ditolak. Karena ijazahnya yang hanya lulusan SMA.
Rhein juga berjualan baju-baju serta alat-alat make-up dengan cara online untuk membantu meringankan beban Ibunya.
***
#
I was so high
I did not recognize
The fire burning in your eyes
The chaos that controlled my mind
#
Lagu maroon five terdengar dari ponsel Rhein saat gadis itu baru saja keluar dari dalam kamar mandi.
"Hallo?" jawab Rhein setelah menggeser tombol hijau.
"Rhein, apakah sore ini kamu tidak ada kesibukan?" tanya suara di seberang panggilan.
"Seperti biasa, aku hanya menjaga toko dan melayani pembeli. Aku tidak ada kesibukan lainnya. Memangnya kenapa?" sahut Rhein
"Kita ngumpul di cafe XX yuk, Rhein. Aku kangen banget sama kamu. Udah lama kita nggak ngumpul. Ntar Donna sama Mia juga datang. Mau ya Rhein? please," kata Santi dengan suara yang terdengar memelas.
Rhein menghembuskan nafas berat. Sebetulnya dia merasa berat harus meninggalkan Ibunya mengurus toko sendiri. Tapi beberapa kali Rhein telah menolak ajakan sahabat-sahabat nya untuk hangout dan melepas rindu. Dan sepertinya saat ini Ia juga butuh refreshing untuk sejenak melepaskan kepenatan dari rutinitas yang dijalani.
"Baiklah, aku akan datang," putus Rhein kemudian.
"Yeiyy...akhirnya kita bisa kembali berkumpul dengan formasi lengkap!" seru Santi senang.
"Ya sudah, aku tunggu disana ya?" tambah Santi.
"Oke, sampai ketemu nanti," jawab Rhein singkat, kemudian menutup sambungan telponnya.
Rhein mengganti pakaian dan memoleskan make-up tipis diwajahnya yang sudah terlihat cantik meskipun tanpa polesan make-up. Dengan mengenakan jeans warna biru laut dan kaos rajut lengan panjang warna putih yang sedikit kebesaran, Rhein tampak cantik meskipun hanya dengan penampilan yang casual dan sederhana.
Rhein berjalan menemui Ibunya untuk berpamitan. Kemudian Ia berangkat dengan mengendarai motor matic nya untuk menemui sahabat-sahabatnya yang sudah beberapa bulan ini tidak pernah bertemu.
Rhein, Santi, Donna dan Mia adalah sahabat sejak mereka kelas 10 SMA. Mereka saling menyayangi tanpa memandang status sosial. Santi yang notabennya adalah anak orang kaya, tidak pernah pilih-pilih dalam berteman.
***
Rhein sampai di cafe XX kurang dari 30 menit. Karena kebetulan jalanan sedikit lengang dan tidak terlalu ramai. Rhein kemudian memarkirkan motornya di area parkir cafe.
Saat sampai didepan cafe, Rhein melihat teman-temannya sudah berkumpul semua dan melambaikan tangan kearahnya dengan senyuman lebar. Rhein pun membalasnya dengan lambaian tangan dan senyuman yang menghiasi bibirnya, sembari berjalan cepat kearah mereka. Keempat sahabat inipun kemudian saling mencium pipi dan berpelukan melepas rindu.
"Makin cantik aja kamu Rhein. Gimana kabarmu?" tanya Mia saat mereka kembali duduk.
"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja. Dan pastinya masih jomblo. So, kalian jangan bertanya lagi karena aku sudah memberikan jawaban dari pertanyaan yang belum kalian tanyakan," tukas Rhein, karena Ia sudah jengah dengan pertanyaan yang sama dari teman-temannya setiap kali mereka bertemu.
Sontak jawaban Rhein membuat semua teman-temannya tergelak.
"Lagian betah banget sih ngejomblo. Atau mungkin kamu masih menunggu abangku balik dari Jepang?" goda Santi sembari menaik turunkan alisnya dengan senyuman jahil.
"Apaan sih, San. Aku tuh bukannya nungguin bang Haris atau nggak bisa move on dari dia yaa... Tapi emang kesibukanku aja yang nggak memungkinkan aku untuk sempat bertemu dengan makhluk yang bernama cowok," sungut Rhein dengan sedikit kesal karena dianggap masih mengharapkan Haris, kakak Santi.
"Iya deh percaya. Lagian sensian amat sih. Lagi PMS ya, buk?" goda Santi lagi.
"Bukan PMS. Tapi efek dari terlalu lama ngejomblo," timpal Donna. Dan mereka semuapun tergelak mendengar selorohan Donna.
Rhein memang sempat menjalin kasih dengan Haris saat kelas 10 SMA. Mereka bertemu dirumah Santi saat mengerjakan tugas kelompok. Rhein yang memang cantik dan lembut membuat Haris terpikat.
Setelah setahun menjalin kasih, orang tua Haris yang juga orangtua dari Santi, meminta Haris melanjutkan pendidikan ke negeri sakura untuk kuliah di jurusan bisnis. Dan Haris tidak bisa menolak. Karena dia merupakan anak pertama sekaligus anak laki-laki, maka mau tidak mau dia harus meneruskan bisnis ayahnya.
Awal mereka menjalani long distance relationship, hubungan mereka baik-baik saja. Tapi setelah beberapa bulan berlalu, kesibukan Haris di kampus semakin bertambah. Pria itu jarang ada waktu lagi untuk menelpon Rhein ataupun berbalas pesan. Hanya sesekali saja mereka berkirim pesan untuk menanyakan kabar. Dan akhirnya hubungan mereka berdua berubah menjadi semakin hambar. Hingga pada akhirnya mereka berdua sepakat memutuskan untuk berpisah. Dan fokus pada pendidikan mereka berdua masing-masing.
Bab 1 MLBG1 SUICIDE
09/01/2024
Buku lain oleh Rin Rien
Selebihnya